Hai semua... saya ingin memaparkan
sedikit pengertian saya mengenai perilaku manusia. Perilaku dari aspek biologis
diartikan sebagai suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup
yang bersangkutan. Aktivitas tersebut ada yang dapat diamati secara langsung
dan tidak langsung. Menurut Ensiklopedia Amerika perilaku diartikan sebagai
suatu aksi atau reaksi organisme terhadap lingkungannya.
Notoadmodjo (2005), mendefinisikan perilaku sebagai respons atau reaksi
seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dengan demikian perilaku
manusia terjadi melalui proses: Stimulus-organisme-respon, sehingga teori ini
disebut dengan teori “S-O-R”. Selanjutnya teori skinner menjelaskan ada
dua jenis respon yaitu
- Respondent respons atau refleksif,
yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus)
tertentu yang disebut dengan elicting stimuli, karena menimbulkan
reaksi-raksi yang relatif tetap.
- Operant respons atau instrumental
respons, yakni respons yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh
stimulus atau rangsangan yang lain. Perangsang yang terakhir ini disebut
reinforcing stimuli atau reinforcer , karena berfungsi untuk memperkuat
respons.
Berdasarkan beberapa teori di atas, dapat diuraikan bahwa Perilaku
adalah keseluruhan (totalitas) pemahaman dan aktivitas seseorang yang merupakan
hasil bersama antara faktor internal dan eksternal. Perilaku terbentuk di dalam
diri seseorang dari dua faktor utama yakni :
a.
Respons
(Faktor dari dalam diri /internal) seperti : perhatian, pengamatan, persepsi,
inteligensi,motivasi, fantasi, dan sugesti).
b.
Stimulus
(Faktor dari luar diri/eksternal) seperti : lingkungan (fisik dan non fisik :
sosial, budaya).
Berdasarkan penelitian faktor eksternal yang paling besar peranannya
dalam membentuk perilaku manusia adalah faktor sosial budaya. Sosial
meliputi : struktur sosial, pranata sosial dan permasalahan-permasalahan
sosial. Budaya meliputi : nilai-nilai, adat istiadat, kepercayaan, kebiasaan
masyarakat dan tradisi. Dari kedua faktor utama tersebut, untuk mempelajari
perilaku membutuhkan tiga cabang ilmu yaitu sosiologi, antropologi dan
psikologi, yang sering disebut dengan behavioral science.
Margono S (1998), mengemukakan bahwa perilaku terdiri dari tiga domain
yang meliputi : pertama, domain perilaku pengetahuan (knowing behavior), kedua,
domain perilaku sikap (feeling behavior) dan ketiga, domain perilaku
keterampilan (doing behavior). Apabila pengertian perilaku ini lebih
disederhanakan maka perilaku dapat dibagi menjadi 2 unsur yang saling
berhubungan satu sama lain yaitu kecerdasan intelektual dan kecerdasan
emosional.
Menurut Lawrence Green (1980), Perilaku dibentuk oleh 3 faktor antara
lain:
a.
Faktor
pendukung (predisposing factors), mencakup: pengetahuan, sikap, tradisi,
kepercayaan/keyakinan, sistem nilai, pendidikan, sosial ekonomi, dan
sebagainya.
b.
Faktor
pemungkin(enambling factors), mencakup: fasilitas kesehatan, misal: air bersih,
pembuangan sampah, MCK, makanan bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga tempat
pelayanan kesehatan seperti RS, poliklinik, puskesmas, RS, posyandu, polindes,
bides, dokter, perawat dan sebagainya.
c.
Faktor
penguat (reinforcing factors), mencakup: sikap dan perilaku: toma, toga,
petugas kesehatan, Kebijakan/peraturan/UU, LSM.
Berdasarkan teori SOR, maka perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi
:
Perilaku tertutup (Covert behavior) :
Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih belum
dapat diamati oleh orang lain (dari luar) secara jelas.
Perilaku terbuka (Overt behavior) :
Perilaku terbuka terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah berupa
tindakan, atau praktik ini dapat diamati oleh orang lain dari luar atau
observable behavior.
Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respons
organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek
tersebut. Respons ini berbentuk 2 macam, yakni :
Bentuk pasif adalah respons internal yaitu yang terjadi didalam diri
manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya
berpikir, tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan. Misalnya seorang ibu tahu
bahwa imunisasi itu dapat mencegah suatu penyakit tertentu meskipun ibu
tersebut tidak membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi. Contoh lain
seorang yang menganjurkan orang lain untuk mengikuti keluarga berencana
meskipun ia sendiri tidak ikut keluarga berencana. Dari kedua contoh tersebut
terlihat bahwa ibu telah tahu gunanya imunisasi dan contoh kedua orang tersebut
telah mempunyai sikap yang positif untuk mendukung keluarga berencana meskipun
mereka sendiri belum melakukan secara konkret terhadap kedua hal tersebut. Oleh
sebab itu perilaku mereka ini masih terselubung (covert behaviour).
Bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara
langsung. Misalnya pada kedua contoh di atas, si ibu sudah membawa anaknya ke
puskesmas atau fasilitas kesehatan lain untuk imunisasi dan orang pada kasus
kedua sudah ikut keluarga berencana dalam arti sudah menjadi akseptor KB. Oleh
karena perilaku mereka ini sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata maka
disebut overt behaviour.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap adalah
merupakan respons seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang masih
bersifat terselubung dan disebut covert behaviour. Sedangkan tindakan nyata
seseorang sebagai respons seseorang terhadap stimulus (practice) adalah
merupakan overt behaviour.
MEKANISME PEMBENTUKAN PERILAKU
Untuk memahami perilaku individu dapat dilihat dari dua pendekatan, yang
saling bertolak belakang, yaitu: (1) behaviorisme dan (2) holistik atau
humanisme:
1. Menurut Aliran
Behaviorisme
Behaviorisme memandang bahwa pola-pola
perilaku itu dapat dibentuk melalui proses pembiasaan dan penguatan
(reinforcement) dengan mengkondisikan atau menciptakan stimulus-stimulus
(rangsangan) tertentu dalam lingkungan. Behaviorisme menjelaskan mekanisme
proses terjadi dan berlangsungnya perilaku individu dapat digambarkan dalam
bagan berikut : S > R atau S > O > R
S = stimulus (rangsangan); R = Respons (perilaku, aktivitas) dan O=organisme (individu/manusia).
Karena stimulus datang dari lingkungan (W = world) dan R juga ditujukan kepadanya, maka mekanisme terjadi dan berlangsungnya dapat dilengkapkan seperti tampak dalam bagan berikut ini :
S = stimulus (rangsangan); R = Respons (perilaku, aktivitas) dan O=organisme (individu/manusia).
Karena stimulus datang dari lingkungan (W = world) dan R juga ditujukan kepadanya, maka mekanisme terjadi dan berlangsungnya dapat dilengkapkan seperti tampak dalam bagan berikut ini :
W > S > O > R > W
Yang dimaksud dengan lingkungan (W =
world) di sini dapat dibagi ke dalam dua jenis yaitu :
a. Lingkungan objektif (umgebung=segala sesuatu yang ada di sekitar individu dan secara potensial dapat melahirkan S).
b. Lingkungan efektif (umwelt=segala sesuatu yang aktual merangsang organisme karena sesuai dengan pribadinya sehingga menimbulkan kesadaran tertentu pada diri organisme dan ia meresponsnya)
a. Lingkungan objektif (umgebung=segala sesuatu yang ada di sekitar individu dan secara potensial dapat melahirkan S).
b. Lingkungan efektif (umwelt=segala sesuatu yang aktual merangsang organisme karena sesuai dengan pribadinya sehingga menimbulkan kesadaran tertentu pada diri organisme dan ia meresponsnya)
Perilaku yang berlangsung seperti dilukiskan dalam bagan di atas biasa disebut dengan perilaku spontan.
Contoh : seorang mahasiswa sedang
mengikuti perkuliahan Psikologi Pendidikan di ruangan kelas yang terasa panas,
secara spontan mahasiswa tersebut mengipas-ngipaskan buku untuk meredam
kegerahannya.
Ruangan kelas yang panas merupakan
lingkungan (W) dan menjadi stimulus (S) bagi mahasiswa tersebut (O), secara
spontan mengipaskan-ngipaskan buku merupakan respons (R) yang dilakukan
mahasiswa. Merasakan ruangan tidak terasa gerah (W) setelah mengipas-ngipaskan
buku.
Sedangkan perilaku sadar dapat
digambarkan sebagai berikut: W > S > Ow > R > W
Contoh : ketika sedang mengikuti
perkuliahan Psikologi Pendidikan di ruangan kelas yang terasa agak gelap karena
waktu sudah sore hari ditambah cuaca mendung, ada seorang mahasiswa yang sadar
kemudian dia berjalan ke depan dan meminta ijin kepada dosen untuk menyalakan
lampu neon yang ada di ruangan kelas, sehingga di kelas terasa terang dan
mahasiswa lebih nyaman dalam mengikuti perkuliahan.
Ruangan kelas yang gelap, waktu sore hari, dan cuaca mendung merupakan lingkungan (W), ada mahasiswa yang sadar akan keadaan di sekelilingnya (Ow), –meski di ruangan kelas terdapat banyak mahasiswa namun mereka mungkin tidak menyadari terhadap keadaan sekelilingnya–. berjalan ke depan, meminta ijin ke dosen, dan menyalakan lampu merupakan respons yang dilakukan oleh mahasiswa yang sadar tersebut (R), suasana kelas menjadi terang dan mahasiswa menjadi lebih menyaman dalam mengikuti perkuliahan merupakan (W).
Ruangan kelas yang gelap, waktu sore hari, dan cuaca mendung merupakan lingkungan (W), ada mahasiswa yang sadar akan keadaan di sekelilingnya (Ow), –meski di ruangan kelas terdapat banyak mahasiswa namun mereka mungkin tidak menyadari terhadap keadaan sekelilingnya–. berjalan ke depan, meminta ijin ke dosen, dan menyalakan lampu merupakan respons yang dilakukan oleh mahasiswa yang sadar tersebut (R), suasana kelas menjadi terang dan mahasiswa menjadi lebih menyaman dalam mengikuti perkuliahan merupakan (W).
2. Menurut Aliran
Holistik (humanisme)
Holistik atau humanisme memandang
bahwa perilaku itu bertujuan, yang berarti aspek-aspek intrinsik (niat, motif,
tekad) dari dalam diri individu merupakan faktor penentu untuk melahirkan suatu
perilaku, meskipun tanpa ada stimulus yang datang dari lingkungan. Holistik
atau humanisme menjelaskan mekanisme perilaku individu dalam konteks what
(apa), how (bagaimana), dan why (mengapa). What (apa) menunjukkan kepada tujuan
(goals/incentives/purpose) apa yang hendak dicapai dengan perilaku itu. How
(bagaimana) menunjukkan kepada jenis dan bentuk cara mencapai tujuan
(goals/incentives/pupose), yakni perilakunya itu sendiri. Sedangkan why
(mengapa) menunjukkan kepada motivasi yang menggerakan terjadinya dan
berlangsungnya perilaku (how), baik bersumber dari diri individu itu sendiri
(motivasi instrinsk) maupun yang bersumber dari luar individu (motivasi
ekstrinsik).
Berdasarkan dua aliran tersebut dapat
disimpulkan adanya urutan terjadinya perilaku sebagai berikut :
SKEMA PERILAKU
Dari skema tersebut dapat dijelaskan
bahwa perilaku terjadi diawali dengan adanya pengalaman-pengalaman seseorang
serta faktor-faktor diluar orang tersebut (lingkungan), baik fisik maupun non
fisik. Kemudian pengalaman dan lingkungan tersebut diketahui, dipersepsikan,
diyakini dan sebagainya, sehingga menimbulkan motivasi, niat untuk bertindak,
dan akhirnya terjadilah perwujudan niat tersebut yang berupa perilaku.
1.
PROSEDUR
PEMBENTUKAN PERILAKU
Prosedur pembentukan perilaku dalam operant conditioning ini menurut
Skinner adalah sebagai berikut :
Melakukan identifikasi tentang hal-hal
yang merupakan penguat atau reinforcer berupa
hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan dibentuk.
Melakukan analisis untuk
mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang membentuk
perilaku yang dikehendaki. Kemudian komponen-komponen
tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya
perilaku yang dimaksud.
Dengan menggunakan secara urut
komponen-komponen itu sebagai tujuan- tujuan sementara,
mengidentifikasi reinforcer atau hadiah untuk
masing-masing komponen tersebut.
Melakukan pembentukan perilaku dengan
menggunakan urutan komponen yang telah tersusun itu.
Apabila komponen pertama telah dilakukan maka hadiahnya
diberikan. Hal ini akan mengakibatkan komponen atau perilaku
(tindakan) tersebut cenderung akan sering dilakukan.
Kalau perilaku ini sudah terbentuk kemudian dilakukan komponen (perilaku) yang
kedua, diberi hadiah (komponen pertama tidak memerlukan hadiah lagi), demikian
berulang-ulang sampai komponen kedua terbentuk. Setelah itu dilanjutkan dengan
komponen ketiga,keempat, dan selanjutnya sampai seluruh perilaku yang
diharapkan terbentuk.
PUSTAKA
Green, Lawrence (1980). Health
education planing: A diagnostic approach. The John Hopkins University:Maufield Publishing.co.
Margono,S (1997). Metodologi
Penelitian, Yayasan Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta.
Soekidjo Notoadmodjo (2005). Promosi
Kesehatan Teori dan Aplikasi. Rineka Cipta. Jakarta.