Hai semua.. dalam artikel ini saya membahas mengenai
gangguan kecemasan, ketakutan dan panik. Tidak jarang kita merasa takut, cemas, atau panik.Takut
ketika melihat anjing. Cemas
bila tidak bisa menyelesaikan jenjang s2 tepat waktu.Panik ketika lupa
meletakkan blackberry-nya.Dari ketiga
contoh diatas menunjukkan bahwa perasaan-perasaan tersebut pernah kita alami. Ketiganya merupakan pengalaman wajar dari
sebuah pertumbuhan.Adanya perasaan takut, cemas, atau panik menunjukkan bahwa
individu tersebut sedang berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.Penanganan
terhadap rasa tersebut menjadi penting karena kegagalan dalam mengatasi
perasaan tersebut akan membawa individu pada label “kelainan”. Ada tiga
pertimbangan yang perlu diperhatikan untuk menentukan bahwa individu sudah
dapat dilabelkan “penderita kelainan”, yaitu intensity, maladaptiveness, persistence.(Kerig & Wenar, 2006)
Takut, cemas, dan panik adalah perasaan yang hampir
tidak pernah absen dari kehidupan kita, manusia.Setiap kita, pernah merasakan
ketiga sensasi rasa tersebut. Namun, tidak serta merta kita akan dikategorikan
sebagai “penderita/ kelainan”.Untuk itu perlu diketahui terlebih dahulu takut,
cemas, dan panik dalam taraf normal.
Dalam merespon sebuah rasa takut, cemas atau panik
tersebutlah istilah flight/ fightresponse. Fight berarti menghadapi sumber
bahaya sedangkan flight berarti mengelak.Keduanya bertujuan untuk menghindari
masalah.
Pernahkan kita memikirkan hal-hal yang membuat kita
cemas? Situasi apa saja yang memicu perasaan cemas/ takut tersebut? Apa sajakah
yang kita alami ketika rasa cemas/ takut/ panik melanda?
Setiap kita punya alasan masing-masing untuk merasa
takut, cemas, atau panik.Dalam buku dipaparkan alasan umum yang biasanya
menjadi pemicu rasa takut, cemas, atau panik.Rasa takut kita bisa berkembang
dari ketakutan yang berhubungan dengan khayalan atau ketakutan akan realitas.Biasanya
cemas adalah bentuk kegagalan dalam mengatasi rasa takut tersebut ( (Kerig & Wenar, 2006) hlm 216 dan (Mash & Wolfe, 2010) hlm 195)). Sedangkan
untuk mengetahui gejala rasa takut, cemas, atau panik yang dialami perlu
mengamati tiga sistem respon, yaitu: sistem fisik, sistem kognitif, dan sistem
perilaku.
Table 1 Sebab Kecemasan dan Ketakutan
(Kerig & Wenar, 2006)
Age Range
|
Kecemasan dan
Ketakutan
|
0-12 bulan
|
Suara keras, bayangan benda, taka da dukungan
|
12-24 bulan
|
Perpisahan, orang asing
|
24-36 bulan
|
Perpisahan, hewan, anjing
|
3-6 tahun
|
Perpisahan, orang asing, hewan,
kegelapan, hasil imaginasi
|
6-10 tahun
|
Kegelapan, kecelakaan, berada sendirian,
hewan, Guntur
|
10-12 tahun
|
Kecelakaan, kegagalan sekolah, cemoohan,
Guntur
|
12-18 tahun
|
Kegagalan social, penolakan kelompok
teman, perang, bencana alam, masa depan
|
Gejala fisik menghasilkan reaksi kimia dan fisik yang
membuat tubuh bereaksi baik fight atau flight respon. Akibat
dari reaksi dalam tubuh, individu akan merasa lelah.Adanya gejala kognitif
memunculkan pengertian sendiri terhadap perasaan yang muncul, kegelisahan,
kesulitan konsentrasi, dan panik.Lalu, gejala perilaku yang mengikuti reapon fight
atau flight adalah agresi and keinginan untuk menghindari situasi
yang mengancam, tetapi lingkungan social tidak mengijinkan.Sering menghindari
situasi yang mengancam merupakan kecenderungan kuat untuk menjadi “penderita”
kecemasan.(Mash & Wolfe, 2010)
Table 2 Jenis Gejala Kecemasan
(Mash & Wolfe, 2010)
Fisik
Meningkatnya detak jantung
Kelelahan
Meningkatnya pernapasan
Mual
Kerusakan sistem pencernaan (perut)
|
Rasa pusing
Penglihatan berkurang
Mulut menjadi kering
Otot tegang
Jantung berdebar
|
Muka memerah
Muntah
Kekakuan
Berkeringat
|
Kognitif
Berpikir mengenai rasa takut dan rasa sakit
Berpikir gambaran monster atau binatang buas
Mengkritisi diri sendiri
|
Berpikir mengenai ketidakmampuan dan ketidaksesuaian
Sulit berkonsentrasi
Pelupa
Berpikir akan munculnya sesuatu yang bodoh
|
Berpikir akan kecelakaan
Membayangkan sesuatu yang buruk kepada orang yang
dikasihi
Berpikir akan menjadi gila
|
Perilaku
Penolakan
Menangis atau berteriak
Menggigit jari
Suara bergetar
Gagap
|
Bibir bergetar
Menelan ludah
Kelumpuhan
Tersentak
Menghisap jempol
|
Penolakan kontak mata
Kedekatan fisik
Mengatupkan mulut
Gelisah
|
Akhirnya perbedaan dari ketiga rasa tersebut adalah sebagai
berikut: Takut merupakan tanda bahwa ada bahaya yang segera akan dihadapi.Takut
menunjuk pada keadaan emosional sekarang untuk bahaya yang sedang dihadapi.
Sedangkan cemas adalah emosi masa mendatang dengan melibatkan rasa ketakutan
dan ketidakmampuan mengontrol bahaya yang mungkin akan mengancam. Dengan kata
lain cemas biasanya dirasakan ketika tidak ada bahaya yang saat itu muncul.
Sedangkan panik adalah munculnya gelaja fisik dari respon fight/ flightrespon yang
tidak diikuti oleh bahaya yang jelas mengancam.(Mash
& Wolfe, 2010)
TAKUT-CEMAS MENJADI GANGUAN
KECEMASAN
Untuk mendiagnosis bahwa individu mengalami gangguan
kecemasan perlu diperhatikan gejala yang muncul. Gejala yang akan ditunjukkan
meliputi tiga sistem respon diatas (fisik, kognitif, dan perilaku). Seperti
yang sudah diungkapkan sebelumnya bahwa indikasi perilaku cemas menjadi gangguan
juga perlu dengan mempertimbangkan
seringnya perilaku muncul (intense)
dan menetapnya perilaku (persistent).
Gangguan kecemasan, secara umum, menjadi konsumsi
terbanyak pada masa anak dan dewasa.Terdapat pula perbedaan jenis kelamin pada
penderita gangguan kecemasan, ditemukan bahwa 6 perempuan memiliki kemungkinan
dua kali lipat merasakan gangguan kecemasan daripada laki-laki.Anak perempuan cenderung
lebih besar diduga gangguan kecemasan sejak masa anak, dan memasuki masa
remaja, dan pada masa dewasa awal, dibandingkan anak laki-laki.
Ganguan kecemasan tidak mungkin muncul tunggal.Bisa
diikuti ADHD atau gangguan perilaku.Tetapi biasanya gangguan kecemasan diikuti
oleh jenis gangguan kecemasan lainnya.Depresi juga menjadi salah satu “teman”
yang muncul pada gangguan ini.
Depresi dan gangguan kecemasan memiliki persamaan pada
perasaan negative.Lalu perbedaan mendasar dari persamaan yang ada adalah anak
yang depresi bermasalah dengan hilangnya minat dan rendahnya motivasi disertai
dengan pandangan negative mengenai dirinya. Sedangkan anak yang mengalami
gangguan kecemasan akan lebih khawatir mengenai masa depan, keberadaan dirinya,
dan reaksi orang mengenai dirinya.(Kerig &
Wenar, 2006)
DAFTAR PUSTAKA
Kerig, P. K., & Wenar, C. (2006). DEVELOPMENTAL PSYCHOPATHOLOGY. From
Infancy through Adolescence. New York: McGraw-Hill.
Mash, E. J., & Wolfe, D. A. (2010). Abnormal Child Psychology.
Canada: Wadsworth.
Sekian dan Terima kasih