Hai
semua..
Apa
kabar.. kali ini saya ingin membahas profil seseorang yang saya kenal namanya
Udin (dipublikasikan sesuai dengan ijin yang bersangkutan). Udin adalah seorang pria berusia
sekitar 40 tahun yang mengalami Down Syndrome dan Retardasi mental. Ciri-ciri fisiknya adalah dahi
lebar, rambut agak pirang, cukup cekatan, dahinya lebar, matanya sipit tidak
punya punya kelopak, suka melongo, kakinya lebar, berbicara terbatah-batah
dengan lafal yang kurang jelas. Keterampilan mengurus dirinya cukup tinggi.
Udin mampu berpakaian dan makan secara mandiri, bahkan saat ini ia mampu
bekerja untuk menghasilkan uang yang dapat digunakannya sebagai keperluannya
sendiri. Menurut cerita yang saya dapat, Udin adalah anak sulung dari sembilan
bersaudara. karena perkembangannya yang tidak sama dengan anak seusianya, Udin
cenderung menghabiskan waktunya dengan bermain seorang diri. Meskipun demikian
penerimaan keluarganya sangat baik. Udin pernah mendapatkan pendidikan di SLB
saat usianya masih dalam tahap pendidikan. Hal ini berdampak pada kehidupannya
saat ini.
Itu cerita mengenai si Udin, sekarang saya membahas tentang gangguan
perkembangan yang terjadi pada Udin. Banyak orang yang meremahkan
kekurangannya, padahal tanpa mereka ketahui
banyak hal yang bisa dilakukan orang-orang dengan Down Sindrom dan
Retardasi mental, seperti Udin. Secara teori, Udin disebut sebagai orang dengan Down sindrom dan Retardasi
mental. Saya pernah membahas teori ini pada tulisan saya sebelumnya, namun saat
ini saya akan menjelaskanya lebih praktis.
Retardasi Mental (Mental Retardation/Mentally Retarded)
berarti terbelakang mental. Retardasi
mental sering disepadankan dengan istilah-istilah, seperti lemah fikiran ( Feeble-minded), terbelakang mental (Mentally Retarded), bodoh atau dungu (Idiot), pandir (Imbecile),
tolol (Moron), oligofrenia (Oligophrenia), meskipun demikian
Retardasi mental masih ada yang mampu Didik (Educable) dan mampu Latih (Trainable),
RM juga ada yang ketergantungan penuh (Totally Dependent) atau Butuh Rawat.
American Asociation on Mental Deficiency/AAMD mendefinisikan Retardasi mental
sebagai kelainan yang meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata-rata (Sub-average), yaitu IQ 84 ke bawah
berdasarkan tes, yang muncul sebelum usia 16 tahun dan menunjukkan hambatan
dalam perilaku adaptif.
Karakteristik anak retardasi mental menurut Brown et al, 1991; Wolery &
Haring, 1994 pada Exceptional Children, fifth edition, p.485-486, 1996
menyatakan lamban dalam mempelajari hal-hal yang baru, mempunyai kesulitan
dalam mempelajari pengetahuan abstrak atau yang berkaitan, dan selalu cepat
lupa apa yang dia pelajari tanpa latihan yang terus menerus. Kesulitan dalam
menggeneralisasi dan mempelajari hal-hal yang baru. Kemampuan bicaranya sangat
kurang bagi anak retardasi mental berat. Cacat fisik dan perkembangan gerak.
Kebanyakan anak dengan retardasi mental berat mempunyai ketebatasan dalam gerak
fisik, ada yang tidak dapat berjalan, tidak dapat berdiri atau bangun tanpa
bantuan. Mereka lambat dalam mengerjakan tugas-tugas yang sangat sederhana,
sulit menjangkau sesuatu , dan mendongakkan kepala. Kurang dalam kemampuan
menolong diri sendiri. Sebagian dari anak retardasi mental berat juga sangat
sulit untuk mengurus diri sendiri, seperti: berpakaian, makan, dan mengurus
kebersihan diri. Mereka selalu memerlukan latihan khusus untuk mempelajari
kemampuan dasar.
Abnormalitas kromosom yang paling umum menyebabkan retardasi mental
adalah down syndrome. Anak-anak down syndrome menderita berbagai defisit dalam
belajar dan perkembangan. Anak-anak ini mengalami defisit memori, khususnya
untuk informasi ynag ditampilkan secara verbal. Sehingga sulit untuk belajar di
sekolah. Mereka juga mengalami kesulitan mengikuti instruksi dari guru, dan
mengekspresikan pemikiran dan kebutuhan mereka dengan jelas secara verbal
dengan pendidikan yang tepat dan dukungan yang baik mereka dapat belajar
membaca, menulis, dan mengerjakan tugas aritmatika sederhana.
Retardasi Mental (Mental Retardation/Mentally Retarded) berarti terbelakang mental. Ciri-ciri
retardasi Mental tidak selalu sama dengan down sindrom. Down syndrome adalah
kelainan dengan ciri dan karakteristik fisik antara lain bagian belakang kepala
rata (flattening of the back of the head),
mata sipit karena adanya tambahan lipatan kulit sepanjang kelopak mata, alis
mata miring (slatning of the eyelids),
telinga lebih kecil, mulut yang mungil,otot lunak, persendian longgar (loose ligament) dan tangan serta kaki lebih
mungil. Di samping itu,
otot mulut mereka juga kerap lemah, sehingga menghambat kemampuan bicara.
Pertumbuhan gigi geligi mereka pun lambat dan tumbuh tak beraturan. Gigi yang
berantakan ini juga menyulitkan pertumbuhan gigi permanen, otot
lunak, di telapak tangan mereka terdapat garis melintang yang disebut simian crease. Rambut
mereka lemas, tipis, dan jarang.
Down
Syndrome disebabkan adanya gangguan pada kromosom ke-21. manusia memiliki 23
pasang kromosom. Tapi pada anak down syndrome, kromosom mereka yang ke-21 tidak
sepasang (dua) melainkan tiga kromosom (trisomi). Jadi dengan kata lain down
syndrome adalah gangguan genetik. Jumlah seluruh kromosom mencapai 47 buah.
Akibatnya, terjadi gangguan sistem metabolisme di dalam sel.
Bagi orang tua yang memiliki anak Down
Syndrome dan retardasi mental tidak perlu malu menerima keadaan anaknya namun
dapat mengusahakan konsultasi dengan pihak yang berkompeten agar dapat
memberikan pendidikan yang tepat dan dukungan yang baik bagi anak. Selain itu,
orang tua dapat menerapkan terapi yang tepat untuk tumbuh kembang anak yang
optimal meski memiliki kebutuhan khusus. Anak-anak dengan Down sindrom bisa
diberi terapi seperti Occuppasional
Therapy (Terapi Gerak), Play therapy (Terapi bermain), Activity Daily Living
(ADL) atau Kemampuan Merawat Diri, Life Skill (Keterampilan hidup) dan Vocational
Therapy (Terapi Bekerja). Perkembangan anak DS bisa optimal dengan melakukan terapi secara integritas, seperti sensorik, motorik, wicara, okupasi dan sebagainya. Hal ini pernah diberikan kepada Udin
saat ia mendapatkan pendidikan dulu. Sekolah mengajarkan ketrampilan untuk
merawat diri dan sebagainya serta tidak terlepas juga dari peranan orang tua dan lingkungan sehingga mereka menjadi lebih mandiri dan survive. Hal ini
membantu Udin menjalani kehidupannya saat ini dimana ia dapat hidup mandiri,
mampu bersosialisasi dengan baik dan mendapat pekerjaan untuk menghasilkan
uang.
Daftar
Pustaka
Rathus,
S.A., Nevid, J.J. 2005. Abnormal Psychology. New Jersey:
Prentice Hall, Englewood Cliffs.
The Arc of the United States. 2004. Mental
Retardation http://www.nichcy.org/pubs/factshe/fs8txt.htm. Diakses
tanggal 26 September 2007
Rathus, S.A., Nevid, J.J.
2005. Abnormal Psychology. New Jersey: Prentice Hall, Englewood
Cliffs.
The
Arc of the United States. 2004. Mental
Retardation http://www.nichcy.org/pubs/factshe/fs8txt.htm. Diakses tanggal 26 September 2007