Sabtu, 01 Agustus 2015

Cerita Down sindrom dan Retardasi Mental

Hai semua..
Apa kabar.. kali ini saya ingin membahas profil seseorang yang saya kenal namanya Udin (dipublikasikan sesuai dengan ijin yang bersangkutan). Udin adalah seorang pria berusia sekitar 40 tahun yang mengalami Down Syndrome dan Retardasi mental. Ciri-ciri fisiknya adalah dahi lebar, rambut agak pirang, cukup cekatan, dahinya lebar, matanya sipit tidak punya punya kelopak, suka melongo, kakinya lebar, berbicara terbatah-batah dengan lafal yang kurang jelas. Keterampilan mengurus dirinya cukup tinggi. Udin mampu berpakaian dan makan secara mandiri, bahkan saat ini ia mampu bekerja untuk menghasilkan uang yang dapat digunakannya sebagai keperluannya sendiri. Menurut cerita yang saya dapat, Udin adalah anak sulung dari sembilan bersaudara. karena perkembangannya yang tidak sama dengan anak seusianya, Udin cenderung menghabiskan waktunya dengan bermain seorang diri. Meskipun demikian penerimaan keluarganya sangat baik. Udin pernah mendapatkan pendidikan di SLB saat usianya masih dalam tahap pendidikan. Hal ini berdampak pada kehidupannya saat ini.
       Itu cerita mengenai si Udin, sekarang saya membahas tentang gangguan perkembangan yang terjadi pada Udin. Banyak orang yang meremahkan kekurangannya, padahal tanpa mereka ketahui  banyak hal yang bisa dilakukan orang-orang dengan Down Sindrom dan Retardasi mental, seperti Udin. Secara teori, Udin disebut sebagai orang dengan Down sindrom dan Retardasi mental. Saya pernah membahas teori ini pada tulisan saya sebelumnya, namun saat ini saya akan menjelaskanya lebih praktis.
Retardasi Mental (Mental Retardation/Mentally Retarded) berarti terbelakang mental.  Retardasi mental sering disepadankan dengan istilah-istilah, seperti lemah fikiran ( Feeble-minded), terbelakang mental (Mentally Retarded),  bodoh atau dungu (Idiot), pandir (Imbecile), tolol (Moron), oligofrenia (Oligophrenia), meskipun demikian Retardasi mental masih ada yang mampu Didik (Educable) dan mampu Latih (Trainable),  RM juga ada yang ketergantungan penuh (Totally Dependent) atau Butuh Rawat.
American Asociation on Mental Deficiency/AAMD mendefinisikan Retardasi mental sebagai kelainan yang meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata-rata (Sub-average), yaitu IQ 84 ke bawah berdasarkan tes, yang muncul sebelum usia 16 tahun dan menunjukkan hambatan dalam perilaku adaptif.
Karakteristik anak retardasi mental menurut Brown et al, 1991; Wolery & Haring, 1994 pada Exceptional Children, fifth edition, p.485-486, 1996 menyatakan lamban dalam mempelajari hal-hal yang baru, mempunyai kesulitan dalam mempelajari pengetahuan abstrak atau yang berkaitan, dan selalu cepat lupa apa yang dia pelajari tanpa latihan yang terus menerus. Kesulitan dalam menggeneralisasi dan mempelajari hal-hal yang baru. Kemampuan bicaranya sangat kurang bagi anak retardasi mental berat. Cacat fisik dan perkembangan gerak. Kebanyakan anak dengan retardasi mental berat mempunyai ketebatasan dalam gerak fisik, ada yang tidak dapat berjalan, tidak dapat berdiri atau bangun tanpa bantuan. Mereka lambat dalam mengerjakan tugas-tugas yang sangat sederhana, sulit menjangkau sesuatu , dan mendongakkan kepala. Kurang dalam kemampuan menolong diri sendiri. Sebagian dari anak retardasi mental berat juga sangat sulit untuk mengurus diri sendiri, seperti: berpakaian, makan, dan mengurus kebersihan diri. Mereka selalu memerlukan latihan khusus untuk mempelajari kemampuan dasar.
        Abnormalitas kromosom yang paling umum menyebabkan retardasi mental adalah down syndrome. Anak-anak down syndrome menderita berbagai defisit dalam belajar dan perkembangan. Anak-anak ini mengalami defisit memori, khususnya untuk informasi ynag ditampilkan secara verbal. Sehingga sulit untuk belajar di sekolah. Mereka juga mengalami kesulitan mengikuti instruksi dari guru, dan mengekspresikan pemikiran dan kebutuhan mereka dengan jelas secara verbal dengan pendidikan yang tepat dan dukungan yang baik mereka dapat belajar membaca, menulis, dan mengerjakan tugas aritmatika sederhana.
           Retardasi Mental (Mental Retardation/Mentally Retarded) berarti terbelakang mental. Ciri-ciri retardasi Mental tidak selalu sama dengan down sindrom. Down syndrome adalah kelainan dengan ciri dan karakteristik fisik antara lain bagian belakang kepala rata (flattening of the back of the head), mata sipit karena adanya tambahan lipatan kulit sepanjang kelopak mata, alis mata miring (slatning of the eyelids), telinga lebih kecil, mulut yang mungil,otot lunak, persendian longgar (loose ligament) dan tangan serta kaki lebih mungil. Di samping itu, otot mulut mereka juga kerap lemah, sehingga menghambat kemampuan bicara. Pertumbuhan gigi geligi mereka pun lambat dan tumbuh tak beraturan. Gigi yang berantakan ini juga menyulitkan pertumbuhan gigi permanen, otot lunak, di telapak tangan mereka terdapat garis melintang yang disebut simian crease. Rambut mereka lemas, tipis, dan jarang.
        Down Syndrome disebabkan adanya gangguan pada kromosom ke-21. manusia memiliki 23 pasang kromosom. Tapi pada anak down syndrome, kromosom mereka yang ke-21 tidak sepasang (dua) melainkan tiga kromosom (trisomi). Jadi dengan kata lain down syndrome adalah gangguan genetik. Jumlah seluruh kromosom mencapai 47 buah. Akibatnya, terjadi gangguan sistem metabolisme di dalam sel.
       Bagi orang tua yang memiliki anak Down Syndrome dan retardasi mental tidak perlu malu menerima keadaan anaknya namun dapat mengusahakan konsultasi dengan pihak yang berkompeten agar dapat memberikan pendidikan yang tepat dan dukungan yang baik bagi anak. Selain itu, orang tua dapat menerapkan terapi yang tepat untuk tumbuh kembang anak yang optimal meski memiliki kebutuhan khusus. Anak-anak dengan Down sindrom bisa diberi terapi seperti Occuppasional Therapy (Terapi Gerak), Play therapy (Terapi bermain), Activity Daily Living (ADL) atau Kemampuan Merawat Diri, Life Skill (Keterampilan hidup) dan Vocational Therapy (Terapi Bekerja). Perkembangan anak DS bisa optimal dengan melakukan terapi secara integritas, seperti sensorik, motorik, wicara, okupasi dan sebagainya. Hal ini pernah diberikan kepada Udin saat ia mendapatkan pendidikan dulu. Sekolah mengajarkan ketrampilan untuk merawat diri dan sebagainya serta tidak terlepas juga dari peranan orang tua dan lingkungan sehingga mereka menjadi lebih mandiri dan survive. Hal ini membantu Udin menjalani kehidupannya saat ini dimana ia dapat hidup mandiri, mampu bersosialisasi dengan baik dan mendapat pekerjaan untuk menghasilkan uang.





Daftar Pustaka

Rathus, S.A., Nevid, J.J. 2005. Abnormal Psychology. New Jersey: Prentice Hall, Englewood Cliffs.
The Arc of the United States.  2004. Mental Retardation http://www.nichcy.org/pubs/factshe/fs8txt.htm. Diakses tanggal 26 September 2007
Rathus, S.A., Nevid, J.J. 2005. Abnormal Psychology. New Jersey: Prentice Hall, Englewood Cliffs.
       The Arc of the United States.  2004. Mental Retardation http://www.nichcy.org/pubs/factshe/fs8txt.htm. Diakses tanggal 26 September 2007