Kamis, 07 Januari 2016

DEPRESI PADA REMAJA


       Hai semua.. tahukan anda bahwa remaja tampaknya semakin rentan terhadap depresi. Mengapa mereka rapuh? Bagaimana mereka dapat dibantu?. Menurut buku yang saya baca, depresi memiliki dampak yang menghancurkan terhadap para remaja. Bahkan, para pakar yakin bahwa depresi memainkan peranan yang signifikan dalam kasus-kasus remaja yang mengalami kelainan perilaku makan, penyakit psikosomatik, masalah di sekolah, dan penyalahgunaan zat-zat.
       Yang lebih tragis lagi bahwa depresi telah dihubungkan dengan kasus bunuh diri di kalangan remaja. Penelitian memperlihatkan bahwa kira-kira 8 persen populasi remaja di Amerika Serikat menderita suatu bentuk depresi dan bahwa tiap tahun sekitar 4 persen menderita depresi serius. Namun, statistik ini tidak menyingkapkan seluruh perinciannya, karena depresi sering kali salah didiagnosis atau sama sekali disepelekan. "Bahkan, tulis psikolog masalah remaja David G. Fassler, setelah meninjau riset yang diadakan terhadap Anak-anak dan remaja, saya yakin bahwa lebih dari seperempat remaja yang akan mengalami episode depresi yang serius sewaktu menginjak usia kedelapan belas."
       Remaja adalah masa transisi perkembangan fisik dan mental yang terjadi antara masa anak-anak dan masa dewasa. Jika dibahas melalui teori Erikson, masalah yang paling dekat dengan para remaja adalah dorongan untuk unjuk diri, pencarian indentitas dan menghadapi kebingungan peran.
       Satu sisi, mereka punya dorongan untuk menunjukkan siapa dirinya, tetapi di sisi lain, mereka belum memiliki kemampuan untuk membuktikan siapa dirinya. Mereka ingin dipandang, tetapi orang tua belum memiliki alasan untuk memandangnya. Mereka ingin dibebaskan, tetapi orang tua masih meragukan konsistensinya. Inilah yang kerap memicu bentrokan dalam keluarga. Bentrokan ini yang memicu stress yang dialami remaja. Jikalau persoalan ini berlarut-larut dan tidak ada jalan keluar yang tepat, tidak tertutup kemungkinan remaja itu bisa mengalami depresi.
       Dr. Daniel Goleman menyatakan, "Tiap-tiap generasi yang lahir di seluas dunia sejak awal abad ke-20 memiliki resiko lebih tinggi mengalami depresi berat dibandingkan orang tua mereka—bukan sekedar kesedihan, melainkan juga ketidak berdayaan yang bersifat melumpuhkan, kemurungan, perasan mengasihani diri sendiri, dan keputusaasan yang tidak tertanggulangi—selama kehidupan mereka. Dan, episode itu dimulai pada usia yang semakin muda."
       Ada orang yang sulit untuk mengerti bahwa remaja dapat benar-benar depresi. Banyak yang beranggapan bahwa remaja itu masih kecil. Demikian mungkin penalaran orang dewasa. Hidup mereka tanpa beban, dan mereka tentunya tidak memiliki kekhawatiran yang dirasakan orang dewasa. Atau, apakah malah sebaliknya?. Faktanya adalah bahwa remaja menghadapi tekanan yang jauh lebih hebat daripada yang disadari banyak orang dewasa.
       Kaum remaja dewasa ini menghadapi tantangan dimana mereka bertumbuh dalam suatu dunia yang boleh dibilang berbeda dengan dunia orang tua mereka sewaktu masih remaja," tulis Dr. Kathleen McCoy dalam bukunya Understanding Your Teenager's Depression. Setelah menyoroti perubahan penting yang terjadi pada dekade-dekade belakangan ini, Dr. McCoy menyimpulkan, "Remaja zaman sekarang merasa kurang aman, kurang percaya diri, dan kurang optimis dibandingkan generasi kita sebelumnya." Mengingat kian merebaknya depresi di kalangan remaja.
       Apa yang sebenarnya penyebab dari depresi remaja?. Sewaktu kita mengamati pertumbuhan anak, perhatikan setiap perubahan yang terjadi. Mengapa? Karena gejala yang timbul bisa saja bukan karena depresi, melainkan perubahan hati yang sementara. Lalu, bagaimana kita mengetahui gejala depresi pada remaja?. Remaja yang mengalami depresi sangat mudah cemas, cepat tersinggung, lekas marah, mudah lelah dan takut terhadap sesuatu.        
       Bagaimana cara kita menolong remaja yang mengalami depresi?. Berikan dukungan dan semangat pada remaja. Memang kata-kata yang menghibur akan sangat menyejukkan bagi hati. Namun hendaknya kita berhati-hati sewaktu memilih kata, hindari ungkapan larangan. Sebaiknya perlihatkan sikap seperasaan dengan mendengarkan perasaannya, perlahan-lahan bantu dia menemukan hal-hal bernilai yang ada pada dirinya. Berikan perhatian yang tulus dan penuhi kebutuhannya, seperti olahraga, pola makan, pengobatan dan kasih sayang.
       Demikian ulasan saya mengenai depresi remaja. Semoga bermanfaat.