Halo para
pembaca... pembahasan mengenai remaja memang tidak ada habisnya. Banyak hal
yang bisa menjadi sebuah cerita tentang remaja. Saya pernah berbagi cerita
dengan seorang ibu yang membahas tentang anaknya. Dulu waktu anaknya duduk di
bangku taman kanak-kanak, anaknya selalu memintanya untuk menemaninya duduk di dalam kelas karena anaknya merasa takut. Lalu kemudian waktu berganti dan ibu itu mengatakan bahwa
anaknya sekarang melarangnya untuk mengantar dan menemaninya di sekolah. Ibu itu bertanya, apa
yang salah dari anaknya dan ia pun menyadari bahwa penolakan itu
lebih pada
keinginan diakuinya perubahan yg terjadi
pada diri remaja.
Mendidik seorang remaja tidak sama dengan mendidik seorang anak balita. Pada anak kecil, kita
mengasuh mereka dapat bersikap otoriter dan sepenuhnya
mengatur kegiatan mereka. Pada saat usia dibawah 7 tahun orang tua
berfungsi sebagai MANAJER bagi anak, namun hal ini tidak dapat orangtua lakukan lagi pada saat anak memasuki usia remaja.
Di usia remaja, anak mulai belajar hidup mandiri, dan mencoba bagaimana caranya
untuk hidup tidak tergantung pada orangtua.
Pada saat ini peran orangtua harus berubah sikap. Orangtua
yang dulunya adalah manajer bagi si anak,
sekarang pada saat anak menginjak usia remaja maka orangtua dipecat dari
jabatan manajer menjadi seorang konsultan,
karena anak tidak lagi mau diperintah begitu saja.
Hal yang paling sulit dilakukan oleh
orangtua dalam membesarkan anak remaja adalah menentukan apa saja yang ada di rumah dimana disukai orangtua dan juga
disukai anak. Karena sering kita sebagai
orangtua hanya memikirkan apa yang disukai oleh kita itulah yang terbaik. Akibatnya kita sering mengeluhkan mengenai
perilaku anak.
Keluhan yang sering ditemui adalah dimana anak sulit untuk mendengarkan atau menerima saran dari
orangtua, senang membantah, lebih mendengarkan
saran atau keinginan kelompok sebaya daripada orangtua, lebih
senang menyendiri di dalam kamar dan tidak mau lagi diajak
jalan bersama dengan
orangtua.
Dari sejumlah keluhan ini, dapatlah kita lihat bahwa ada perbedaan antara
keinginan orangtua dan keinginan anak.
Lalu apa yang mesti kita lakukan?. Ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa tugas orangtua adalah MENDIDIK DAN
MEMBENTUK ANAK MEREKA MENJADI ORANG DEWASA DENGAN MODEL TERTENTU. Hal ini sebenarnya tidak dapat dibenarkan karena pada
dasarnya tugas orangtua adalah memberikan teladan dan menciptakan
lingkungan dimana remaja dapat mengembangkan
pribadi dan potensi yg dimiliki.
|
Dalam hal ini orangtua tidak dapat secara kaku memaksakan keinginannya agar
anak tidak melanggar aturan yang telah ditetapkan dan melakukan kesalahan. Mungkin sebaiknya kita sebagai orang tua dapat merenung sejenak dan berpikir mengenai masa lalu kita dan mengingat apa yg terjadi pada diri kita saat kita berusia remaja. Bukankah kita juga pernah berbuat salah? Bagaimana impian-impian kita yg tidak masuk akal, kenakalan
kita di dalam kelas, dan dengan lingkungan kita dulu.
Bagaimana cara kita belajar?. Apakah kita
selalu menceritakan masalah kita pada orangtua? Apakah kita juga selalu
mendengarkan perkataan mereka dan kemudian melaksanakannya? Tentu saja tidak.
Peraturan yg telah ditetapkan oleh orangtua
cenderung dilanggar, ini merupakan sifat manusia. Jadi sebaiknya dalam memberikan larangan pada anak
haruslah jelas dan dapat dimengerti oleh anak. Makin anak mengerti akan aturan yang ditetapkan oleh
orangtua maka anak akan melaksanakannya dengan senang hati. Contohnya seperti pulang tepat waktu.
Kita orangtua kadang-kadang penuh semangat
ingin mengatur dan mengontrol kehidupan nak remaja kita, kita merasa bahwa kita
yang telah memiliki pengalaman yang lebih banyak. Sehingga sering terjadi
konflik antara anak dan orangtua bila anak tidak mau menerima saran dari
orangtua. Sebenarnya orangtua yang menyadari bahwa dirinya saat ini adalah
seorang konsultan, berfungsi membantu anak mengontrol kehidupannya. Ada orangtua yang pasif dalam
menghadapi konflik ini dan menginginkan tidak ada konflik sama sekali. Orangtua seperti ini akan menanggung beban yang berat karena walaupun
ia dinjak-injak oleh anaknya, ia akan berusaha diam
demi ketenangan dan kedamaian di dalam
rumah. Selanjutnya akan timbul
perasaan cemas, putus asa, merasa gagal dan lain sebagainya. Ada pula orangtua
yang agresif, dimana setiap
perilaku anak yg berbeda atau tidak sesuai dg aturan
akan menjadi ajang medan pertempuran
dimana disana harus ada yg menang dan ada yg kalah.
Sebagai orang
tua yang bijaksana sebaiknya melihat perbedaan ini sebagai suatu kesempatan
bagi anak untuk membuka komunikasi. Karena peran orangtua dalam mengontrol bukan
senang berada dipihak yang menang dan selalu benar. Dapatlah
kita lihat contoh bila ditempat kerja atau dipertemuan arisan dimana antar
anggota kelompok selalu terdapat perbedaan pedapat, lalu pada akhir pertemuan
kita harus menerima atau bahkan
menyetujui perbedaan tersebut.
Kita sebaiknya memberikan kebebasan kepada
anak untuk berbeda pandangan. Kita sebagai orangtua
tidak dapat mengendalikan pikirannya. Kita
hanya dapat meyakinkan mereka akan apa yang kita lihat. Pertentangan dan
pemberontakan adalah bagian alamiah dari kebutuhan remaja untuk menjadi orang
dewasa yang mandiri. Para remaja adalah orang yang idealis, mereka
ingin mengubah dunia dan menjadikannya tempat yg lebih baik.
Demikian pula terhadap para remaja,
sebaiknya kita juga mendengarkan apa pendapat mereka, bagaimana perasaan
mereka, apa kendala mereka, mengapa tidak ingin melaksanakan aturan. Dengan terjalinnya komunikasi dengan anak
maka anak akan merasa aman dan selalu lari mendekat ke orangtua bila mereka menghadapi masalah.
Demikian
sedikit pembahasan saya mengenai remaja, semoga bermanfaat..