Rabu, 31 Agustus 2016

Tahapan Kehidupan dari segi Psikologi Perkembangan

       Hai semua... kali ini saya ingin berbagi kembali mengenai ilmu psikologi. Kali ini saya ingin membahas mengenai siklus kehidupan yang dipandang melalui Teori Erik Erikson. Erikson biasa menyebutnya sebagai 8 tahap kehidupan. Tahapan kehidupan akan dialami semua orang sejak lahir hingga orang itu meninggal. Tahapan ini melalui urutan tertentu dan tidak dapat dilompati, karena tahap yang sebelumnya merupakan fondasi bagi tahapan berikutnya. Tiap tahap mempunyai ciri dan target tertentu yang harus dicapai agar perkembangankepribadian menjadi optimal. Hal ini disebut juga sebagai prinsip epigenetik.
       Tahapan kehidupan yang disebutkan oleh Erikson merupakan tahap perkembangan psikososial setiap orang. Tahapan itu adalah tahap trust versus mistrust,  autonomy versus shame and doubt,  initiative versus guilt,: industry versus inferiority,  ego identity versus role confusion,  intimacy versus isolation, generativity versus stagnation, ego integrity versus despair. Diawal tahapan tersebut sejalan dengan tahapan psikoseksual dari Sigmund Freud sampai akhir masa remaja dan tahapan terakhir ditambahkan oleh Erikson, mulai dewasa muda sampai manula.
       Pada tahapan pertama yaitu TRUST VS MISTRUST (0-18 bulan) disebutkan bahwa The infant “lives through and loves with” its mouth. Disini bayi mulai mengamati dan memberi signal. Kepekaan primary care taker untuk merespons signal dari bayi sangat penting. Bila kebutuhan terpenuhi, maka akan terbentuk TRUST, dimana bayi mempunyai rasa percaya pada lingkungan. Bila tidak terpenuhi atau terlantar maka akan MISTRUST. Bayi menjadi tidak percaya bahwa lingkungan akan membantunya, sehingga akan memunculkan rasa takut pada bayi. Tahap inilah awal munculnya perasaan takut pada diri seseorang.
       Tahapan kedua adalah tahap AUTONOMY vs SHAME & DOUBT  (18 bulan – 3 tahun). Disini anak mulai bisa bicara, bisa mengontrol sphincter dan gerakan motoriknya. Beri kesempatan anak mengembangkan kemampuan kontrolnya (“Holding on and letting go”). Disni sering ada “battle” antara anak dengan pengasuhnya. Sikap lingkungan sebaiknya tegas tapi menenteramkan, jadi bukan galak dan selalu melarang. Targetnya rasa otonomi, bila tak berhasil yang terbentuk rasa malu dan ragu-ragu.Tahap inilah awal munculnya rasa malu dan ragu-ragu.
       Pada tahap ketiga disebut INITIATIVE  vs  GUILT (3-5 tahun). Anak secara aktif memasuki dunia dengan suaranya, geraknya, rasa ingin tahunya. Anak mencoba semuanya (“being on the make”).  Beri kesempatan untuk berinisiatif, walaupun belum menghasilkan sesuatu yang berarti, beri support. Hindari untuk selalu melarang dan memarahi/menghukum. Jika berhasil, maka akan muncul rasa inisiatif. Apabila tidak berhasil, yang dominan adalah rasa bersalah. Saat inilah berkembangnya perasaan bersalah dan inisiatif.
       Pada tahap keempat adalah INDUSTRY vs INFERIORITY (5 – 13 tahun). Tahapan ini adalah tahap usia sekolah dasar. Anak mulai berkarya. Handaknya lingkungan dapat memberi fasilitas dan kesempatan. Beri pujian dan bimbingan untuk hasil karyanya, agar muncul rasa industri nya, dia tidak enggan untuk berkarya. Bila sering dihina, direndahkan, diremehkan, yang muncul rasa rendah diri.
       Pada tahap kelima yaitu IDENTITY vs ROLE CONFUSION (13 – 21 tahun). Tahapan ini bersamaan dengan onset pubertas (perubahan fisik). Sejalan dengan mulainya perubahan psikologis dan sosial. Anak akan “mencoba-coba peran”, dan mencari identitas yang pas. Ia mempunyai beberapa idola yang mungkin berubah-ubah. Beri kesempatan dan pengarahan, sehingga anak mantap dengan rasa identitasnya, termasuk social role dan gender role. Bisa tidak berhasil, bisa terjadi “kebingungan peran” , rasa identitas yang belum mantap.
       Pada tahapan keenam adalah INTIMACY vs ISOLATION (21 – 40 tahun). Anak akan bisa mencintai dan dicintai,“to love and to work” Bisa berkarya dan diterima secara social. Yang harus dicapai adalah rasa kedekatan dengan lingkungan, terutama pasangannya. Bila tidak tercapai, yang terjadi “rasa terisolasi
        Tahapan ketujuh adalah GENERATIVITY vs STAGNATION (40 – 60 tahun). Anak akan merasa dalam hidupnya sudah mantap, fungsi utama adalah sebagai orang-tua dalam membesarkan dan membimbing anak-anaknya serta generasi dibawahnya. Establishing and guiding the next generation. Disamping itu masih harus produktif dan kreatif. Kepribadian harus semakin mature. Bila tidak ada peningkatan, terjadi stagnasi.
       Pada tahapan kedelapan yaitu INTEGRITY vs DESPAIR (60 tahun – meninggal). Yang seharusnya dicapai adalah kebijaksanaan dan kebahagiaan di masa tua. Merasa segalanya sudah tercukupi. Bila tidak tercapai, maka timbul “rasa keputus-asaan/kekecewaan/kehilangan harapan”.
       Itu penjelasan saya mengenai tahapan kehidupan. Setiap orang penting untuk melewati setiap tahapan kehidupannya agar ia dapat memiliki kepuasanan akan kehidupannya. Jika semua tahapan terpenuhi, maka anak akan tumbuh sebagai anak yang percaya diri, puas akan dirinya sendiri dan dapat dengan mudah menyesuaikan diri dengan tuntutan kehidupannya.