Hai semua... kali ini saya
ingin berbagi kembali mengenai ilmu psikologi. Kali ini saya ingin membahas
mengenai siklus kehidupan yang dipandang melalui Teori Erik Erikson. Erikson
biasa menyebutnya sebagai 8 tahap kehidupan. Tahapan kehidupan akan dialami
semua orang sejak lahir hingga orang itu meninggal. Tahapan ini melalui urutan
tertentu dan tidak dapat dilompati, karena tahap yang sebelumnya merupakan
fondasi bagi tahapan berikutnya. Tiap tahap mempunyai ciri dan target tertentu
yang harus dicapai agar perkembangankepribadian menjadi optimal. Hal ini
disebut juga sebagai prinsip epigenetik.
Tahapan kehidupan yang
disebutkan oleh Erikson merupakan tahap perkembangan psikososial setiap orang.
Tahapan itu adalah tahap trust
versus mistrust, autonomy versus shame and doubt, initiative versus guilt,: industry
versus inferiority, ego identity versus role
confusion, intimacy versus isolation, generativity
versus stagnation, ego integrity versus
despair. Diawal tahapan tersebut sejalan dengan tahapan
psikoseksual dari Sigmund Freud sampai akhir masa remaja dan tahapan terakhir
ditambahkan oleh Erikson, mulai dewasa muda sampai manula.
Pada tahapan pertama yaitu TRUST VS MISTRUST
(0-18 bulan) disebutkan bahwa The infant “lives through
and loves with” its mouth. Disini bayi mulai
mengamati dan memberi signal. Kepekaan primary care taker untuk merespons
signal dari bayi sangat penting. Bila kebutuhan terpenuhi, maka akan terbentuk
TRUST, dimana
bayi mempunyai rasa percaya pada lingkungan. Bila tidak terpenuhi atau
terlantar maka akan MISTRUST. Bayi menjadi tidak percaya bahwa lingkungan akan
membantunya, sehingga akan memunculkan rasa takut pada bayi. Tahap inilah awal
munculnya perasaan takut pada diri seseorang.
Tahapan kedua adalah tahap AUTONOMY vs SHAME & DOUBT (18 bulan –
3 tahun). Disini anak mulai bisa bicara, bisa mengontrol sphincter dan
gerakan motoriknya.
Beri kesempatan anak mengembangkan kemampuan
kontrolnya (“Holding on and letting go”). Disni sering ada “battle” antara anak dengan
pengasuhnya. Sikap
lingkungan sebaiknya tegas tapi menenteramkan, jadi bukan galak dan selalu
melarang.
Targetnya rasa otonomi, bila tak berhasil yang
terbentuk rasa malu dan ragu-ragu.Tahap
inilah awal munculnya rasa malu dan ragu-ragu.
Pada tahap ketiga disebut INITIATIVE
vs GUILT (3-5 tahun). Anak secara aktif memasuki dunia dengan suaranya,
geraknya, rasa ingin tahunya.
Anak mencoba semuanya (“being on the make”). Beri kesempatan
untuk berinisiatif, walaupun belum menghasilkan sesuatu yang berarti, beri
support. Hindari untuk selalu melarang dan memarahi/menghukum. Jika berhasil, maka akan muncul
rasa inisiatif.
Apabila tidak berhasil, yang dominan adalah rasa bersalah. Saat
inilah berkembangnya perasaan bersalah dan inisiatif.
Pada tahap keempat adalah INDUSTRY vs INFERIORITY (5 – 13 tahun).
Tahapan ini adalah tahap usia sekolah dasar. Anak mulai berkarya. Handaknya lingkungan dapat memberi
fasilitas dan kesempatan.
Beri pujian dan bimbingan untuk hasil karyanya, agar
muncul rasa industri nya, dia tidak enggan untuk berkarya. Bila
sering dihina, direndahkan, diremehkan, yang muncul rasa rendah diri.
Pada tahap kelima yaitu IDENTITY vs ROLE CONFUSION (13 – 21 tahun).
Tahapan ini bersamaan dengan onset pubertas (perubahan fisik).
Sejalan dengan mulainya perubahan psikologis dan sosial. Anak akan “mencoba-coba
peran”, dan mencari
identitas yang pas.
Ia mempunyai beberapa idola yang mungkin berubah-ubah. Beri
kesempatan dan pengarahan, sehingga anak mantap dengan rasa identitasnya,
termasuk social role dan gender role. Bisa
tidak berhasil, bisa terjadi “kebingungan peran” , rasa identitas
yang belum mantap.
Pada tahapan keenam adalah INTIMACY vs ISOLATION (21 – 40 tahun). Anak akan bisa mencintai
dan dicintai,“to love and to work” Bisa berkarya
dan diterima secara social.
Yang harus dicapai adalah rasa kedekatan dengan
lingkungan, terutama pasangannya. Bila tidak tercapai, yang terjadi “rasa terisolasi”
Tahapan ketujuh adalah GENERATIVITY vs STAGNATION (40 – 60 tahun). Anak akan merasa dalam hidupnya
sudah mantap, fungsi utama adalah sebagai orang-tua dalam membesarkan dan
membimbing anak-anaknya serta generasi dibawahnya. Establishing
and guiding the next generation. Disamping
itu masih harus produktif dan kreatif. Kepribadian harus semakin mature. Bila
tidak ada peningkatan, terjadi stagnasi.
Pada tahapan kedelapan yaitu INTEGRITY vs DESPAIR (60 tahun – meninggal). Yang
seharusnya dicapai adalah kebijaksanaan dan kebahagiaan di masa
tua. Merasa segalanya sudah tercukupi. Bila tidak tercapai, maka timbul “rasa keputus-asaan/kekecewaan/kehilangan
harapan”.
Itu penjelasan saya mengenai tahapan kehidupan. Setiap orang penting untuk melewati setiap tahapan kehidupannya agar ia dapat memiliki kepuasanan akan kehidupannya. Jika semua tahapan terpenuhi, maka anak akan tumbuh sebagai anak yang percaya diri, puas akan dirinya sendiri dan dapat dengan mudah menyesuaikan diri dengan tuntutan kehidupannya.