Jumat, 18 Desember 2020

Shaping dan Fading

 

 Hai... kali ini aku mau ngebahas mengenai teori yang berhubungan dengan Shaping dan Fading, semoga bermanfaat. 


Shaping

      Shaping didefinisikan sebagai perkembangan perilaku baru oleh penguatan berturut-turut dari perilaku yang ingin dikuatkan sebelumnya. Kadang-kadang perilaku baru terjadi ketika seorang individu menampakkan beberapa perilaku awal, dan lingkungan (orang lain) memperkuat variasi-variasi kecil dalam perilaku. Akhirnya bahwa perilaku awal dapat dibentuk sehingga bentuk akhir tidak lagi menyerupai perilaku awal.

      Shaping adalah mengembangkan perilaku baru dengan penguatan berturut- turut dan perkiraan yang teliti serta menghilangkan perkiraan yang terdahulu dari perilaku. Shaping juga merupakan salah satu prosedur untuk membentuk perilaku yang belum dimunculkan oleh individu. Menurut prinsip behavioral, shaping merupakan teknik yang Selalu mengesampingkan hal-hal yang berhubungan dengan mekanistik, yang memiliki tahap-tahap di antaranya reinforcement, dan ada modal awal yang harus dimiliki, di mana hal tersebut mirip dengan suatu tujuan. Kemudian, dalam teori kondisioning operant dari Skinner, menunjuk pada pengubahan tingkah laku pada suatu arah spesifik melalui penguatan, atau Reinforcement bagi respons-respons spesifik.

       Shaping merupakan teknik yang digunakan untuk mengembangkan perilaku baru dengan cara menguatkan perilaku yang mendekati target secara bertahap. Lima aspek  atau  dimensi  dari  perilaku  yang bisa dibentuk melalui shaping  yaitu  Topografi  (bentuk), frekuensi, durasi, latensi, dan intensitas.[1]

       Shaping merupakan suatu prosedur yang dapat digunakan untuk membentuk suatu  perilaku  yang  belum  pernah ditampilkan  oleh  individu  di  dalam modifikasi perilaku. Di dalam shaping pembentukan perilaku baru dilakukan dengan cara memberikan reinforcer pada setiap tahapan perilaku sehingga   semakin   lama   semakin mendekati   target   perilaku   yang diinginkan  sehingga   semakin   lama   semakin mendekati   target   perilaku   yang diinginkan . Oleh karena itu teknik ini dikenal juga sebagai method of successive approximations. [2]

       Teknik shaping sebagai bentuk dari differential reinforcement, dimana reinforcement hanya akan diberikan pada perilaku yang menyerupai target perilaku saja dan perilaku lainnya tidak akan diberikan reinforcement, disebut juga sebagai method of successive approximations. Dengan begitu, perilaku yang diberikan reinforcement akan terus meningkat dan perilaku yang tidak berkaitan akan menghilang.[3]

       Untuk melatih suatu perilaku, Skinner mengemukakan istilah Shapping, yaitu upaya secara bertahap untuk membentuk perilaku, mulai dari bentuk yang paling sederhana (elementer) sampai bentuk yang paling kompleks. Terdapat dua unsur dalam pengertian shaping:[4]

a.       Adanya penguatan secara berbeda–beda (differential reinforcement), yaitu ada respon yang diberi penguatan dan ada respon yang tidak diberi penguatan.

b.      Successive approximation upaya mendekat terus menerus yang mengacu pada pengertian bahwa hanya respon yang sesuai dengan harapan eksperimenter yang akan diberi penguatan.

 

Prosedur Shaping

Prosedur untuk melaksanakan shaping yaitu:

a.   Menentukan perilaku akhir yang diinginkan

Langkah pertama dalam shaping adalah mengidentifikasikan dengan jelas perilaku akhir yang diinginkan, yang sering disebut sebagai perilaku terminal (tujuan akhir). Dalam kasus anak yang mencoba berjalan tadi, perilaku terakhir yang diinginkan adalah berjalan tanpa bantuan, misalnya dari ruang TV sampai ruang makan. Dengan definisi yang spesifik seperti ini, ada sedikit kemungkinan bahwa orang yang berbeda akan mengembangkan harapan yang berbeda mengenai kinerja sang anak. Jika orang yang berbeda bekerja dengan individu yang mengharapkan hal yang berbeda, maka kemajuan cenderung terbelakang. Akhir perilaku yang diinginkan harus dinyatakan sedemikian rupa sehingga semua karakteristik dari perilaku (topografi, jumlah maupun intensitas) diidentifikasi.

b.  Pemilihan pemulaian tingkah laku (memilih perilaku)

Karena terminal perilaku yang diinginkan tidak terjadi pada awalnya perlu memperkuat beberapa perilaku yang mendekati itu, dan mengidentifikasi titik awal. Tujuan program awal ini adalah untuk membentuk perilaku, dengan memperkuat titik awal ke final yang diinginkan meskipun titik awal mungkin sama sekali berbeda dengan perilaku terminal.

c.   Pemilihan langkah-langkah pembentukan (langkah memilih Shaping)

Tahap ini membantu kita untuk mendekati akhir perilaku yang diinginkan. Contoh; anggaplah akhir perilaku yang diharapkan dalam program membentuk seorang anak berkata “papa”, telah ditetapkan bahwa anak berkata “Paa” dan respon ini diatur sebagai perilaku awal. Kita andaikan bahwa kita memutuskan untuk pergi dari perilaku awal “Paa” melalui langkah-langkah beriku “Paa-Paa”, “Pa-Pa”, dan “Papa”.

Untuk memulai, penguatan diberikan pada sejumlah kesempatan untuk memancarkan perilaku awal (“Paa”). Ketika perilaku ini terjadi pelatih bergerak ke langkah berikutnya dan memperkuat langkah demi langkah sampai anak akhirnya berkata “papa”.

Memang tidak ada seperangkat pedoman untuk mengidentifikasi ukuran langkah yang ideal, namun dalam usaha untuk menentukan langkah-langkah perilaku awal ke terminal perilaku, pelatih sudah bisa membayangkan langkah-langkah yang akan dilalui.

d.  Bergerak untuk memperbaiki

Ada beberapa aturan praktis untuk memperkuat respon akhir yang diinginkan :

1)     Jangan bergerak terlalu cepat ke langkah berikutnya. Masuk ke langkah selanjutnya dapat dilakukan apabila langkah sebelumnya telah mapan.

2)    Lanjutkan dalam langkah-langkah cukup kecil. Jika tidak, langkah sebelumnya akan hilang. Namun, jangan membuat langkah-langkah kecil yang tidak perlu.

3)    Jika kehilangan suatu perilaku karena anda bergeerak terlalu cepat atau terlalu besar mengambil langkah, kembali ke langkah awal dimana anda dapat mengambil perilaku lagi.

4)     Item a dan b memberutahukan untuk tidak berjalan terlalu cepat, dan butir c menyatakan bagaimana untuk mengoreksi efek buruk berjalan terlalu cepat. Hal ini juga penting, agar perkembangannya tidak terlambat. Jika salah satu langkah diterapkan begitu lama maka akan menjadi sangat kuat, kemugkinan untuk mencapai terminal akan kecil.

 

       Dalam penerapan teknik shaping, prompt digunakan untuk membantu meningkatkan perilaku yang diinginkan. Terdapat dua kategori prompt yang digunakan dalam memodifikasi perilaku, yaitu response prompts dan stimulus prompts. Stimulus prompt merupakan penambahan stimulus untuk memicu target perilaku. Response prompts adalah perilaku yang ditunjukan oleh orang lain yang akan memicu target perilaku dan membantu individu mempertahankan target perilakunya, dapat berbentuk verbal, gestur, modeling (demonstrasi target perilaku), dan fisik. Fading juga akan digunakan sebagai teknik untuk mengurangi prompt dan reinforcement yang diberikan secara berkala agar perilaku tetap muncul secara mandiri.[5]

 

Fading

      Dalam buku Behavior Modification: What It Is and How to Do It, oleh Garry Martin dan Joseph Pear pada tahun 1992, fading adalah perubahan secara bertahap dimana sebelum melangkah ke tahap berikutnya maka tahap sebelumnya harus berhasil terlebih dahulu (misalnya, munculnya respon yang diharapkan) dan setiap keberhasilan akan mendapatkan reinforcement; terdapat suatu stimulus yang mengontrol suatu respon, dimana akhirnya akan terdapat stimulus yang berbeda yang akan menghasilkan respon yang sama.[6]

       Teknik fading merupakan suatu teknik yang melibatkan promting dan positive reinforcement. Prompting adalah suatu stimulus yang seara langsung menuntun dan mendorang terjadinya perilaku yang diharapkan. Teknik fading ini dilakukan dengan cara memberikan prompting kepada subyek hingga perilaku yang diharapkan muncul, setelah muncul perilaku tersebut langsung mendapatkan penguatan dalam bentuk reward. Reward diberikan untuk meningkatkan kemungkinan terjadinya perilaku yang diharapkan. Dengan kata lain pada proses ini, perilaku yang sebelumnya sudah muncul akan dialihkan dengan prompt untuk memunculkan satu perilaku baru dan pemberian reward meningkatkan kemungkinan terjadinya perilaku yang baru. Dalam tahapan ini terjadi proses belajar. Proses belajar ini terbentuk ketika individu melalui sebuah stimulus mengeluarkan suatu perilaku baru, kemudian mendapatkan reward sebagai dampak dari perilaku tersebut. Perilaku baru yang muncul bisa disebut sebagai perilaku yang dikondisikan. Selanjutnya, individu memiliki harapan untuk mendapatkan reward sehingga perilaku yang dikondisikan akan diulang kembali. [7]

 

 Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas Fading

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi fading, yaitu :

a.             Memilih stimulus akhir yang diinginkan

Stimulus yang kita harap dapat menghasilkan perilaku pada bagian akhir dari prosedur fading). Kita harus berhati-hati dalam memilih stimulus ini. Sehingga munculnya respon atas stimulus ini dapat dipertahankan di lingkungan pasien sehari-hari. Salah satu fading yang salah yaitu ketika fading tidak memasukkan aspek-aspek situasi yang sering dijumpai oleh pasien di lingkungannya sehari- hari.

b.            Memilih stimulus awal

Penting untuk memilih stimulus awal, yang secara konstan/reliabel, dapat membangkitkan perilaku yang diinginkan. Stimulus tambahan yang mengontrol perilaku yang diinginkan tetapi bukan merupakan bagian dari stimulus akhir yang diinginkan disebut dengan prompts. Ada berbagai macam prompts, antara lain: verbal prompts, gestural prompts, enviromental prompts, physical prompts. Seorang guru mungkin akan memberikan sebagian atau semua jenis prompt ini untuk memastikan respon yang benar. Memilih beberapa jenis prompt, secara bersamaan, yang secara konstan menghasilkan respon yang diinginkan akan meminimalkan kesalahan dan memperbesar keberhasilan program fading.

c.             Memilih langkah-langkah fading

Penting untuk mengawasi secara dekat performa pelajar untuk menentukan seberapa lama seharusnya fading dilaksanakan.

 

 Faktor penerapan fading

Ada beberapa faktor penerapan fading, yaitu :

a.     Memilih stimulus akhir yang diinginkan

Tentukan secara jelas stimuli apa yang akan diberikan ketika target perilaku seharusnya muncul.

b.    Memilih penguat yang pantas

memilih stimulus awal dan langkah-langkah fading:

1)      Menentukan secara jelas kondisi ketika perilaku yang diinginkan terjadi

2)      Menentukan secara jelas dimensi-dimensi (misalnya, warna) yang ingin dipudarkan (fade) untuk mencapai stimulus kontrol yang diinginkan.

3)      Menekankan langkah-langkah fading yang spesifik untuk dipatuhi dan aturan- aturan tentang perpindahan dari suatu tahap ke tahap selanjutnya.

4)      Merencanakan antisipasi kegagalan

 

       Pemudaran (fading) isyarat-isyarat haruslah secara bertahap sehingga kemunculan kesalahan dapat diminimalkan. Jika kesalahan terjadi, kita harus kembali lagi ke langkah sebelumnya dan melakukan beberapa kali latihan serta memberikan prompt-prompt tambahan. Prompt adalah stimulus yang diperkenalkan untuk mengontrol perilaku yang diinginkan selama masa awal program belajar dan kemudian dihilangkan setelah perilaku yang diinginkan diperkuat. Prompt dibedakan menjadi :

1)  Physical prompt

    Misalnya : orang tua memegangi anaknya ketika belajar berjalan

2)  Gestural prompt

    Misalnya : trainer menunjukan materi pada peserta dengan meggunakan pointer

3)  Environmental prompt

    Misalnya : orang yang mengurangi berat badan menempel fotonya yang gemuk didepan pintu  kulkas

 

Selain itu, prompt juga dibedakan menjadi :

1)             Extra stimulus prompt

         Sesuatu yang ditambahkan pada lingkungan untuk membentuk respon yang diinginkan

2)             Within stimulus prompt

          Perubahan    karakteristik    dari    stimulus    untuk    membuatnya    lebih    mudah diperhatikan / dibedakan

3)             Memilih reinforce

          Pemilihan reinforcer yang tidak sesuai bisa menyebabkan perilaku yang dihasilkan sebagai respon tidak terkuatkan

4)             Menerapkan rencana pada efek program

         Untuk memperkecil terbentuknya efek negatif dan memperbesar efek positif sebagai hasil program fading yang dilakukan

 

Contoh penerapan fading :

a) Belajar mengendarai sepeda

b)   Menuntun anak belajar menggambar lingkaran, segitiga, menulis angka dan huruf

c)  Mengajarkan kemampuan verbal pada anak autis

d)  Memunculkan perilaku tidak merokok

 



[1] Martin, G., & Pear, J. (2015). Behavior Modification: What It Is and How To Do It. Pearson

 

[2] Ibid

 

[3] Miltenberger, R. G. (2012). Behavior Modification: Principles and Procedures (5th ed.). Wadsworth Cengage Learning.

 

[4] Farozin, M dan Fathiyah, K.N. 2004. Pemahaman tingkah laku. Jakarta: Rineka Cipta

[5] Miltenberger, R. G. (2012). Behavior Modification: Principles and Procedures (5th ed.). Wadsworth Cengage Learning.

 

[6] Martin, G., & Pear, J. (2015). Behavior Modification: What It Is and How To Do It. Pearson

 

[7] ibid

 


Rabu, 18 November 2020

Teori Dasar Pengubahan Tingkah Laku

 Hai... kali ini aku mau ngebahas mengenai teori yang berhubungan dengan pengubahan tingkah laku, semoga bermanfaat. 


Teori Dasar Pengubahan Tingkah Laku


Respon dan Aspek perubahan perilaku

      Manusia merupakan individu yang mempunyai sikap, kepribadian dan latar belakang sosial ekonomi yang berbeda, perlu kesungguhan dari beberapa komponen masyarakat untuk ikut adil dalam mengubah perilaku. [1]

       Skiner (1938) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Pengertian ini dikenal dengan teori „S-O‟R” atau “Stimulus-Organisme-Respon”.[2] Respon dibedakan menjadi dua yaitu:

a.       Respon respondent atau reflektif

Adalah respon yang dihasilkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu. Biasanya respon yang dihasilkan bersifat relatif tetap disebut juga eliciting stimuli. Perilaku emosional yang menetap misalnya orang akan tertawa apabila mendengar kabar gembira atau lucu, sedih jika mendengar musibah, kehilangan dan gagal serta minum jika terasa haus

b.      Operan Respon

Respon operant atau instrumental respon yang timbul dan berkembang diikuti oleh stimulus atau rangsangan lain berupa penguatan. Perangsang perilakunya disebut reinforcing stimuli yang berfungsi memperkuat respon. Misalnya, petugas kesehatan melakukan tugasnya dengan baik dikarenakan gaji yang diterima cukup, kerjanya yang baik menjadi stimulus untuk memperoleh promosi jabatan.

 

       Perubahan perilaku dalam belajar mencangkup seluruh aspek pribadi individu, yaitu aspek kognif, afektif, dan psikomotor sebagaimana dikemukan bloom dkk yang dikutip berikut:[3]

a.       Indikator Aspek Kognitif melibatkan otak (berpikir dan mengingat). Hal ini disebut juga sebagai Cognitif domain, ini dapat diukur dari knowledge (pengetahuan) seseorang. Individu tahu terlebih dahulu terhadap stimulus berupa obyek sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada individu, seperti:

1) Ingatan atau pengetahuan (knowledge) yaitu kemapuan mengingat bahan yang telat di pelajari

2). Pemahaman (comprehesion), yaitu kemampuan menangkap pengertian, menterjemahkan, dan menafsirkan

3)  Penerapan (application), yaitu kemampuan menggunakan bahan yang telah dipelajari dalam situasi baru dan nyata.

4). Analisis (analisys), yaitu kemapuan mengguraikan mengidentifikasi dan mempersatukan bagian yang terpisah, menghubungkan antarbagian guna membangun suatu keseluruhan.

5). Sintesis (synthesis), yaitu kemampuan menyimpulkan mempersatukan bagian yang terpisah guna membangun suatu keseluruhan dan sebagainya.

6). Penilaian (evaluation), yaitu kemampuan mengkaji nilai atau harga sesuatu, seperti pernyataan atau laporan penelitian yang didasarkan suat

 

b.      Indikator Aspek Afektif, melibatkan perasaan (Emosi, subyektif). Hal ini disebut juga sebagai Affective domain, ini dapat diukur dari attitude (sikap) seseorang timbul respon batin dalam bentuk sikap dari individu terhadap obyek yang diketahuinya

1). Penerimaan (receiving), yaitu keseiaan untuk menghadirkan dirinya untuk penerimaan memperhatikan pada suatu perangsang.

2). Penanggapan (responding), yaitu keturutsertaan, memberi reaksi, menunjukan kesenangan, memberikan tanggapan, secara sukarela.

3). Penghargaan (valuing), ketanggapan terhadap nilai atas suatu rangsangan, tanggung jawab, konsisten, dan komitmen.

4). Pengorganisasian (organization), yaitu mengintegrasikan berbagai nilai yang berbeda, memecahkan konflik antar nilai, dan membangun sitem nilai, serta pengkonseptualisasian suatu nilai.

5). Pengkaraterisasian (characterization), yaitu proses afeksi dimana individu memiliki suatu sistem nilai sendiri yang mengendalikan perilakunya dalam waktu yang lama yang membentuk gaya hidupnya, hasil belajar ini berkaitan dengan pola umum penyesuaian diri secara personal, sosial, dan emosional.

 

c. Indikator Aspek Psikomotor melibatkan gerak fisik dari hasil pengalaman (memukul, menulis, lari,dll),hal ini bisa disebut juga sebagai Psychomotor domain, ini dapat diukur dari psychomotor/ practice (ketrampilan) seseorang. Obyek yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya yang akhirnya menimbulkan respon berupa tindakan. Indikator aspek psikomotor mencakup:

1). Persepsi (perception), yaitu pemakaian alat-alat perasa untuk membimbing efektifitas gerak.

2)        Kesiapan (set), yaitu kesediaan untuk mengambil tindakan

3)        Repon terbimbing (guide respons) yaiu tahap awal belajar keterampilan lebih kompleks, meliputi peniruan gerak yang dipertunjukan kemudian mencoba-coba dengan menggunaka tanggapan jamak dalam menangkap suatu gerakan.

4)        Mekanisme (mechanism), yaitu gerakan penampilan yang melukiskan proses dimana gerak yang telah dipelajari gerak yang telah dipelajari, kemudian diterima atau didopsi menjadi kebiasaan sehingga dapat ditampilkan dengan penuh percaya diri dan mahir.

5)        Respon yang kompleks (complex over respons), yaitu penampilan gerakan secara mahir dan cermat dalam bentuk gerakan yang rumit, aktivitas motorik berkadar tinggi.

6)        Penyesuaian (adaptation), yaitu keterampilan yang telah dikembangkan secara lebih baik sehingga tampak dapat mengolah gerakan dan menyesuaikannya dengan tuntutan dan dan kondisi yang khusus dalam suasana yang lebih problematis.

7)         Penciptaan (origination), yaitu penciptaan pola gerakan baru yang sesuai dengan situasi dan masalah tertentu sebagai kreativitas.

 

       Perilaku dipandang sebagai respons terhadap stimulasi atau perangsangan eksternal dan internal. Dasar dari perubahan tingkah laku diperoleh dari teori terapi behavioral yaitu bahwa perilaku dapat dipahami sebagai hasil kombinasi: [4]

a.       Belajar waktu lalu dalam hubungannya dengan keadaan yang serupa

b.      Keadaan motivasional sekarang dan efeknya terhadap kepekaan lingkungan

c.       Perbedaan-perbedaan biologik baik secara genetik atau karena gangguan fisiologik.

 



[1] Notoatmodjo S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

 

[2] ibid.

 

[3] Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.

[4] Sofyan S. Willis, Konseling Keluarga (Family Counseling), (Bandung: Alfabeta, 2017), h. 104-105.