Hai...
kali ini aku mau ngebahas mengenai teori yang berhubungan dengan Shaping dan Fading, semoga bermanfaat.
Shaping
Shaping
didefinisikan sebagai perkembangan perilaku baru oleh penguatan berturut-turut dari perilaku yang ingin dikuatkan
sebelumnya. Kadang-kadang perilaku baru terjadi ketika seorang individu menampakkan beberapa perilaku awal, dan lingkungan (orang lain) memperkuat variasi-variasi kecil dalam perilaku.
Akhirnya bahwa perilaku awal dapat dibentuk sehingga bentuk akhir tidak lagi
menyerupai perilaku awal.
Shaping adalah
mengembangkan perilaku baru dengan penguatan berturut- turut dan perkiraan yang teliti serta menghilangkan perkiraan
yang terdahulu dari perilaku. Shaping juga merupakan salah satu
prosedur untuk membentuk perilaku yang belum dimunculkan oleh individu. Menurut
prinsip behavioral, shaping merupakan
teknik yang Selalu mengesampingkan hal-hal
yang berhubungan dengan mekanistik, yang memiliki tahap-tahap di antaranya reinforcement, dan ada modal awal
yang harus dimiliki, di mana hal tersebut mirip dengan suatu tujuan. Kemudian, dalam teori kondisioning
operant dari Skinner, menunjuk pada pengubahan tingkah
laku pada suatu arah spesifik
melalui penguatan, atau Reinforcement bagi respons-respons spesifik.
Shaping merupakan teknik yang digunakan
untuk mengembangkan perilaku baru dengan cara menguatkan perilaku yang
mendekati target secara bertahap. Lima aspek
atau dimensi dari
perilaku yang bisa dibentuk
melalui shaping yaitu Topografi
(bentuk), frekuensi, durasi, latensi, dan intensitas.[1]
Shaping merupakan suatu prosedur yang
dapat digunakan untuk membentuk suatu
perilaku yang belum
pernah ditampilkan oleh individu
di dalam modifikasi perilaku. Di
dalam shaping pembentukan perilaku baru dilakukan dengan cara memberikan
reinforcer pada setiap tahapan perilaku sehingga semakin
lama semakin mendekati target
perilaku yang diinginkan sehingga
semakin lama semakin mendekati target
perilaku yang diinginkan . Oleh
karena itu teknik ini dikenal juga sebagai method
of successive approximations. [2]
Teknik shaping sebagai bentuk dari differential
reinforcement, dimana reinforcement
hanya akan diberikan pada perilaku yang menyerupai target perilaku saja dan
perilaku lainnya tidak akan diberikan reinforcement,
disebut juga sebagai method of successive
approximations. Dengan begitu, perilaku yang diberikan reinforcement akan
terus meningkat dan perilaku yang tidak berkaitan akan menghilang.[3]
Untuk
melatih suatu perilaku, Skinner mengemukakan istilah Shapping, yaitu upaya
secara bertahap untuk membentuk perilaku, mulai dari bentuk yang paling
sederhana (elementer) sampai bentuk yang paling kompleks. Terdapat dua unsur
dalam pengertian shaping:[4]
a.
Adanya penguatan secara berbeda–beda (differential reinforcement), yaitu ada
respon yang diberi penguatan dan ada respon yang tidak diberi penguatan.
b.
Successive
approximation upaya mendekat terus menerus yang
mengacu pada pengertian bahwa hanya respon yang sesuai dengan harapan
eksperimenter yang akan diberi penguatan.
Prosedur Shaping
Prosedur untuk melaksanakan shaping yaitu:
a.
Menentukan perilaku
akhir yang diinginkan
Langkah pertama dalam shaping adalah mengidentifikasikan
dengan jelas perilaku akhir yang diinginkan, yang sering disebut
sebagai perilaku terminal
(tujuan akhir). Dalam kasus
anak yang mencoba berjalan tadi, perilaku terakhir yang diinginkan adalah berjalan tanpa bantuan, misalnya dari ruang TV
sampai ruang makan. Dengan definisi yang spesifik seperti ini, ada sedikit kemungkinan bahwa orang yang berbeda
akan mengembangkan harapan
yang berbeda mengenai
kinerja sang anak. Jika orang yang berbeda
bekerja dengan individu
yang mengharapkan hal yang
berbeda, maka kemajuan cenderung terbelakang. Akhir perilaku yang diinginkan harus dinyatakan sedemikian rupa sehingga semua karakteristik dari perilaku
(topografi, jumlah maupun intensitas) diidentifikasi.
b. Pemilihan pemulaian tingkah
laku (memilih perilaku)
Karena terminal perilaku
yang diinginkan tidak terjadi pada awalnya perlu memperkuat beberapa
perilaku yang mendekati
itu, dan mengidentifikasi titik awal. Tujuan program awal ini adalah untuk membentuk
perilaku, dengan memperkuat titik awal ke final yang diinginkan meskipun titik
awal mungkin sama sekali berbeda dengan perilaku terminal.
c. Pemilihan langkah-langkah pembentukan (langkah memilih Shaping)
Tahap ini membantu
kita untuk mendekati
akhir perilaku yang diinginkan. Contoh; anggaplah akhir perilaku yang
diharapkan dalam program membentuk seorang
anak berkata “papa”, telah ditetapkan bahwa
anak berkata “Paa” dan respon ini
diatur sebagai perilaku awal. Kita andaikan bahwa kita memutuskan untuk pergi dari perilaku awal “Paa” melalui
langkah-langkah beriku “Paa-Paa”, “Pa-Pa”, dan “Papa”.
Untuk memulai, penguatan
diberikan pada sejumlah
kesempatan untuk memancarkan perilaku awal (“Paa”). Ketika perilaku ini terjadi pelatih
bergerak ke langkah
berikutnya dan memperkuat langkah demi langkah
sampai anak akhirnya
berkata “papa”.
Memang tidak ada seperangkat pedoman untuk mengidentifikasi
ukuran langkah yang ideal, namun
dalam usaha untuk menentukan langkah-langkah perilaku awal ke terminal perilaku, pelatih sudah bisa
membayangkan langkah-langkah yang akan dilalui.
d. Bergerak untuk memperbaiki
Ada beberapa
aturan praktis untuk memperkuat respon akhir yang
diinginkan :
1)
Jangan bergerak
terlalu cepat ke langkah berikutnya. Masuk ke langkah
selanjutnya dapat dilakukan apabila
langkah sebelumnya telah
mapan.
2)
Lanjutkan dalam
langkah-langkah cukup kecil. Jika tidak, langkah sebelumnya akan hilang.
Namun, jangan membuat langkah-langkah kecil yang tidak perlu.
3)
Jika kehilangan
suatu perilaku karena anda bergeerak terlalu cepat atau terlalu besar mengambil langkah,
kembali ke langkah
awal dimana anda dapat mengambil perilaku lagi.
4)
Item a dan b
memberutahukan untuk tidak berjalan terlalu cepat, dan butir c menyatakan bagaimana untuk mengoreksi efek buruk berjalan
terlalu cepat. Hal ini
juga penting, agar perkembangannya tidak terlambat. Jika salah satu langkah diterapkan begitu lama maka akan menjadi
sangat kuat, kemugkinan untuk mencapai terminal akan kecil.
Dalam penerapan teknik shaping, prompt digunakan untuk membantu
meningkatkan perilaku yang diinginkan. Terdapat dua kategori prompt yang digunakan dalam memodifikasi
perilaku, yaitu response prompts dan
stimulus prompts. Stimulus prompt
merupakan penambahan stimulus untuk memicu target perilaku. Response prompts adalah perilaku yang ditunjukan
oleh orang lain yang akan memicu target perilaku dan membantu individu
mempertahankan target perilakunya, dapat berbentuk verbal, gestur, modeling (demonstrasi target perilaku), dan fisik. Fading
juga akan digunakan sebagai teknik untuk mengurangi prompt dan reinforcement
yang diberikan secara berkala agar perilaku tetap muncul secara mandiri.[5]
Fading
Dalam buku Behavior Modification: What It Is and How to Do It, oleh Garry Martin dan Joseph Pear pada tahun 1992,
fading adalah perubahan secara bertahap dimana
sebelum melangkah ke tahap berikutnya maka tahap sebelumnya harus berhasil terlebih dahulu (misalnya,
munculnya respon yang diharapkan) dan setiap
keberhasilan akan mendapatkan reinforcement; terdapat suatu stimulus yang mengontrol
suatu respon, dimana akhirnya akan terdapat stimulus yang berbeda yang akan
menghasilkan respon yang sama.[6]
Teknik fading merupakan suatu
teknik yang melibatkan promting dan positive reinforcement. Prompting
adalah suatu stimulus yang seara langsung menuntun dan mendorang terjadinya
perilaku yang diharapkan. Teknik fading
ini dilakukan dengan cara memberikan prompting kepada subyek hingga perilaku
yang diharapkan muncul, setelah muncul perilaku tersebut langsung mendapatkan
penguatan dalam bentuk reward. Reward diberikan
untuk meningkatkan kemungkinan terjadinya perilaku yang diharapkan. Dengan kata
lain pada proses ini, perilaku yang sebelumnya sudah muncul akan dialihkan
dengan prompt untuk memunculkan satu perilaku baru dan pemberian reward
meningkatkan kemungkinan terjadinya perilaku yang baru. Dalam tahapan ini
terjadi proses belajar. Proses belajar ini terbentuk ketika individu melalui
sebuah stimulus mengeluarkan suatu perilaku baru, kemudian mendapatkan reward
sebagai dampak dari perilaku tersebut. Perilaku baru yang muncul bisa disebut
sebagai perilaku yang dikondisikan. Selanjutnya, individu memiliki harapan
untuk mendapatkan reward sehingga perilaku yang dikondisikan akan diulang
kembali. [7]
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas Fading
Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi fading, yaitu :
a.
Memilih stimulus
akhir yang diinginkan
Stimulus yang kita harap dapat menghasilkan
perilaku pada bagian akhir dari prosedur
fading). Kita harus berhati-hati dalam memilih stimulus ini. Sehingga munculnya respon atas stimulus ini dapat
dipertahankan di lingkungan pasien sehari-hari.
Salah satu fading yang salah yaitu ketika fading tidak memasukkan aspek-aspek situasi yang sering dijumpai
oleh pasien di lingkungannya sehari- hari.
b.
Memilih stimulus
awal
Penting untuk memilih
stimulus awal, yang secara konstan/reliabel, dapat membangkitkan
perilaku yang diinginkan. Stimulus tambahan yang mengontrol perilaku yang diinginkan tetapi bukan
merupakan bagian dari stimulus akhir yang diinginkan
disebut dengan prompts. Ada berbagai macam prompts, antara lain: verbal prompts, gestural
prompts, enviromental prompts,
physical prompts. Seorang guru mungkin akan memberikan
sebagian atau semua jenis prompt ini untuk
memastikan respon yang benar. Memilih beberapa jenis prompt, secara bersamaan, yang secara konstan
menghasilkan respon yang diinginkan akan meminimalkan kesalahan dan memperbesar
keberhasilan program fading.
c.
Memilih langkah-langkah fading
Penting untuk mengawasi
secara dekat performa
pelajar untuk menentukan seberapa lama seharusnya fading dilaksanakan.
Faktor penerapan fading
Ada beberapa faktor penerapan fading,
yaitu :
a.
Memilih stimulus
akhir yang diinginkan
Tentukan secara jelas stimuli apa yang akan diberikan
ketika target perilaku
seharusnya muncul.
b.
Memilih penguat
yang pantas
memilih stimulus
awal dan langkah-langkah fading:
1)
Menentukan secara jelas kondisi
ketika perilaku yang diinginkan terjadi
2)
Menentukan secara jelas dimensi-dimensi (misalnya, warna) yang ingin dipudarkan (fade) untuk mencapai stimulus kontrol yang diinginkan.
3)
Menekankan langkah-langkah fading yang spesifik untuk dipatuhi dan aturan- aturan
tentang perpindahan dari suatu tahap
ke tahap selanjutnya.
4)
Merencanakan antisipasi kegagalan
Pemudaran (fading) isyarat-isyarat haruslah secara
bertahap sehingga kemunculan kesalahan
dapat diminimalkan. Jika kesalahan terjadi, kita harus kembali lagi ke langkah
sebelumnya dan melakukan
beberapa kali latihan
serta memberikan prompt-prompt tambahan.
Prompt adalah stimulus yang diperkenalkan untuk mengontrol perilaku
yang diinginkan selama masa awal program belajar
dan kemudian dihilangkan setelah perilaku yang diinginkan diperkuat. Prompt dibedakan
menjadi :
1) Physical prompt
Misalnya
: orang tua memegangi anaknya
ketika belajar berjalan
2) Gestural prompt
Misalnya
: trainer menunjukan materi pada peserta dengan meggunakan pointer
3) Environmental prompt
Misalnya
: orang yang mengurangi berat badan menempel
fotonya yang gemuk
didepan pintu kulkas
Selain itu, prompt juga dibedakan menjadi
:
1)
Extra stimulus
prompt
Sesuatu yang ditambahkan pada lingkungan untuk
membentuk respon yang
diinginkan
2)
Within stimulus prompt
Perubahan karakteristik dari stimulus untuk membuatnya lebih mudah
diperhatikan / dibedakan
3)
Memilih reinforce
Pemilihan reinforcer
yang tidak sesuai bisa menyebabkan perilaku yang dihasilkan sebagai respon tidak terkuatkan
4)
Menerapkan rencana
pada efek program
Untuk memperkecil terbentuknya efek negatif
dan memperbesar efek positif sebagai
hasil program fading yang
dilakukan
Contoh penerapan fading :
a) Belajar mengendarai sepeda
b)
Menuntun anak belajar menggambar lingkaran, segitiga, menulis
angka dan huruf
c)
Mengajarkan kemampuan
verbal pada anak autis
d)
Memunculkan perilaku
tidak merokok
[1] Martin, G., & Pear, J.
(2015). Behavior Modification: What It Is and How To Do It. Pearson
[2] Ibid
[3] Miltenberger, R. G. (2012).
Behavior Modification: Principles and Procedures (5th ed.). Wadsworth Cengage
Learning.
[4] Farozin, M dan Fathiyah, K.N.
2004. Pemahaman tingkah laku. Jakarta: Rineka Cipta
[5] Miltenberger, R. G. (2012).
Behavior Modification: Principles and Procedures (5th ed.). Wadsworth Cengage
Learning.
[6] Martin, G., & Pear, J.
(2015). Behavior Modification: What It Is and How To Do It. Pearson
[7] ibid