Hai...
kali ini aku mau ngebahas mengenai teori yang berhubungan dengan Positive Reinforcement, semoga bermanfaat.
Pengertian
Positive Reinforcement
Reinforcement adalah cara yang
efektif untuk mengubah dan mengontrol perilaku dengan penguatan sebagai
strategi kegiatan yang membuat tingkah laku tertentu berpeluang untuk terjadi
atau sebaliknya berpeluang untuk tidak terjadi pada masa yang akan datang.
Reinforcement merupakan suatu langkah tepat untuk mempertahankan tingkah laku
positif, perlakuan tersebut dapat berbentuk penghargaan, hadiah, perhatian
khusus dan penerimaan atas diri anak[1]
Teori
Skinner penguatan dianggap sangat penting untuk membentuk perilaku. Skinner
menerangkan penguatan berdasarkan dampaknya untuk meningkatkan atau menguatkan
dorongan untuk dilakukannya suatu respon. Ada dua jenis reinforcement yaitu reinforcemen positif dan reinforcemen negatif.[2]
Salah
satu metode yang ampuh untuk mengubah dan membentuk suatu pola tingkah laku
adalah dengan cara memberikan reward (ganjaran) atau reinforcemen positif segera setelah
tingkah laku yang diharapkan terjadi (penguatan
positif). Pemberian penguatan
yang menyenangkan setelah tingkah laku yang diinginkan ditampilkan agar tingkah
laku yang diinginkan cenderung akan diulang, meningkatkan dan menetap dimasa
akan datang. Bentuk
penguatan yang diberikan
dapat berupa penguatan dalam bentuk primer yaitu memuaskan kebutuhan-kebutuhan dasar
fisiologis yang berupa makanan, tidur, tempat tinggal, dan istirahat. Penguatan
sekunder seperti memuaskan kebutuhan kebutuhan
psikologis dan sosial, seperti senyuman, persetujuan, pujian, tanda
penghargaan, uang, dan hadiah- hadiah.[3]
Reinforcement
positif, yaitu kejadian atau segala sesuatu yang dapat membuat tingkah laku
yang diinginkan berpeluang diulangi karena bersifat di senangi.[4]
Pemberian penguatan yang menyenangkan setelah tingkah laku yang diinginkan
ditampilkan agar tingkah laku yang diinginkan cenderung akan diulang,
meningkatkan dan menetap dimasa akan datang.
Contoh penguatan positif seperti ada seorang istri
yang menderita dalam pernikahannya, namun ia tidak berusaha melakukan perubahan
positif, seperti mengubah pola hidup bersama sang suami atau benar-benar
meninggalkannya. Ada seorang peserta didik yang sudah belajar dengan sangat
bersungguh-sungguh, namun pada saat menghadapi ujian ia selalu memikirkan kegagalan,
dan mengakibatkan pikiran yang ada meluruhkan penyesuaian dirinya.[5]
Pada umumnya, penghargaan memberi pengaruh positif terhadap
kehidupan manusia, karena dapat mendorong dan memperbaiki tingkah laku seseorang
serta meningkatkan usahnaya. Dengan kata lain, positive reinforcement adalah
konsekuen yang diberikan untuk menguatkan ataumeningkatkan perilaku yang
positif. Sehingga, untuk memperbaiki tingkah laku seseorang dan menguatkan
perilaku tersebut oleh sebab itu perlu adanya penghargaan atau positive reinforcement.
Keberadaan layanan konseling dengan teknik positive reinforcement menjadi sangat
penting. Sebab positive reinforcement kini
memang sudah mulai dilakukan dalam bimbingan dan konseling, terutama untuk
peserta didik yang memiliki tingkah laku yang kurang menyenangkan. Hal ini
diungkapkan Walker dan Shea, bahwa penguatan positif dapat dimanfaatkan untuk
memberikan pengutan yang menyenangkan setelah tingkah laku yang diinginkan
cenderung akan diulang, meningkat, menetap di masa yang akan datang.[6]
Penguatan yang positif yaitu peristiwa atau sesuatu yang membuat
tingkah laku yang dikehendaki berpeluang diulang karna bersifat disenangi.
Dalam memahami penguatan positif, perlu dibedakan dengan penguatan negatif.
Penguatan negatif yaitu menghilangkan perbuatan yang biasa dilakukan agar
tingkah laku yang tidak diinginkan berkurang dan tingkah laku yang diinginkan
meningkat.[7]
2.1
Tujuan Positive
Reinforcement
Pemberian
positive reinforcement bukan hanya meningkatkan perilaku namun dalam
penerapannya saat pembelajaran memiliki tujuan tertentu.
Penguatan memiliki tujuan
sebagai berikut: [8]
a. Meningkatkan perhatian peserta didik dan membantu peserta
didik
b. Memberi motivasi kepada peserta didik
c. Dipakai untuk
mengontrol atau mengubah tingkah laku peserta didik yanng mengganggu dan
meningkatkan cara belajar yang produktif
d. Mengembangkan kepercayaan diri peserta didik untuk mengatur
diri sendiri dalam pengalaman belajar
e. Mengarahkan terhadap pengembangan berpikir yang berbeda dan
pengambilan inisiatif yang berbeda.
Berdasarkan pendapat di atas, penerapan positive reinforcement yang diberikan guru baik berupa hadiah
ataupun bentuk penghargaan yang lain dalam kegiatan bimbingan konseling di
sekolah, bertujuan agar peserta didik mampu memfokuskan perhatian dan dapat
mengembangkan rasa percaya diri siswa karena ia merasa dihargai. Selain itu,
penerapan positive reinforcement yang
tepat dapat mengontrol dan mengubah perilaku peserta didik yang dianggap kurang
sesuai, sehingga nantinya ia mampu mempertahankan bahkan meningkatkan tingkah
laku yang sudah baik.
Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi keefektifan reinforcement positif, yaitu :[9]
1)
Memilih perilaku yang akan ditingkatkan.
Perilaku yang akan dikukuhkan harus diidentifikasi secara spesifik. Hal ini
akan membantu untuk memastikan reliabilitas dari deteksi contoh dari perilaku
dan perubahan frekuensinya, serta meningkatkan perilaku kemungkinan program
reinforcement ini dilakukan secara konsisten.
2)
Memilih Reinforcer
Berbeda
individu kemungkinan reinforcer yang digunakan juga berbeda. Ada juga reinforce
yang merupakan reinforcer bagi semua orang 5 macam reinforcer yaitu :
a)
Consumable
reinforcer: makanan, minuman
b)
Activity
reinforcer : hobi, olahraga, belanja
c)
Manipulative
reinforcer: menggunakan internet
d)
Possesional
reinforcer: gelas / baju kesayangan
e)
Social
reinforcer : pujian, pelukan, senyum
3)
Contingent vs Noncontingent
Reinforcement
a)Reinforcement contingent: reinforcer tergantung pada perilaku
b)Reinforcement noncontingent: reinforcer diberikan pada waktu
tertentu dan tidak tergantung pada perilaku.
Komponen Pemberian Positive Reinforcement
Pemberian penguatan perlu mempertimbangkan jenjang
pendidikan, variasi individu (kelamin, ras, dan agama) dan kelompok usia
tertentu. Selama praktik dalam implementasi penguatan diperlukan penggunaan
komponen keterampilan yang tepat. Komponen tersebut yaitu penguatan
verbal, penguatan gestural, pengunaan kegiatan, penguatan sentuhan, penguatan
mendekati dan penguatan tanda[10]:
a. Penguatan verbal
Penguatan verbal dilakukan oleh guru berupa pujian
dan dorongan yang diucapkan sebagai bentuk penghargaan atas respon atau tingkah
laku individu. Penguatan verbal dapat
berupa kata-kata: wah, bagus, sip, baik, benar, tepat dan lain-lain, juga dapat
berupa kalimat: misalnya, hasil pekerjaanmu baik sekali, sangat sesuai dengan
tugas yang diberikan.
b.
Penguatan gestural
Penguatan gestural dapat diberikan berupa mimik
wajah yang cerah, senyuman, anggukkan, acungan jempol, tepuk tangan dan
lain-lain. Pemberian penguatan gestural sangat erat sekali dengan pemberian
peguatan verbal.
c.
Penguatan kegiatan
Penguatan
dalam bentuk kegiatan banyak terjadi bila menggunakan suatu kegiatan atau tugas
sebagai suatu hadiah atas respon ataupun pekerjaan, dimana individu dapat memilih sendiri bentuk kegiatan tersebut. Perlu diperhatikan bahwa dalam memilih kegiatan atau tugas
hendaknya dipilih yang memiliki relevansi dengan tujuan pembelajaran yang
dibutuhkan dan digunakan individu.
Contoh penguatan kegiatan: Saat ssiswa di sekolah pulang
lebih dulu, diberi waktu istirahat lebih, bermain, berolahraga, menjadi ketua,
membantu siswa lain.
d. Penguatan mendekati
Penguatan mendekati diberikan kepada individu sebagai
bentuk perhatian. Penguatan ini menunjukkan bahwa seseorang tertarik dan ingin
memberikan perhatiannya terhadap orang lain agar merasa lebih dihargai.
Penguatan mendekati dipergunakan untuk memperkuat penguatan verbal, penguatan
tandaa, dan penguatan sentuhan. Contoh penguatan mendekati: saat disekolah,
guru berdiri disamping peserta didik, berjalan dekat peserta didik, duduk
bersama kelompok diskusi.
e. Penguatan sentuhan
Penguatan
sentuhan sangat mendekati dengan penguatan mendekati. Penguatan sentuhan adalah
penguatan yang terjadi bila guru secara fisik menyentuh peserta didik. Contoh
penguatan sentuhan menepuk bahu, berjabat tangan, merangkulnya, mengusap
kepala, semua ditunjukkan untuk penghargaan penampilan, tingkah laku atau kerja
peserta didik.
f.
Penguatan tanda
Penguatan
tanda dilakukan guru dengan cara menggunakan simbol baik berupa benda atau
tulisan yang diberikan kepada peserta didik sebagai bentuk penghargaan terhadap
suatu penampilan, tingkah laku, atau hasil kerja peserta didik. Penguatan tanda yang berbentuk tulisan seperti komentar
tertulis berupa ijazah, sertifikat, tanda penghargaan dan lainlain berupa
tulisan. Penguatan dengan memberikan suatu benda misalnya: piala, medali, buku,
cokelat dan lain-lain.
Positif Reinforcement yang diberikan oleh guru
dapat bermacam-macam bentuknya, yaitu penguatan verbal, penguatan gestural,
penguatan kegiatan, penguatan mendekati, penguatan sentuhan, dan penguatan
tanda. Penguatan verbal dilakukan guru untuk merespon tingkah laku peserta
didik dalam bentuk ucapan, misalnya saja memberikan pujian berupa bagus, benar
kepada peserta didik yang rajin. Penguatan gestural berupa gerak tubuh guru
sangat berkaitan erat dengan penguatan verbal, seperti guru memberikan tepuk
tangan, acungan jempol, senyuman atau mimik muka yang cerah. Guru juga dapat
memberikan penguatan kegiatan berupa sebuah tugas yang memiliki keterkaitan
dengan tujuan pembelajaran yang dirancang menjadi sebuah hadiah untuk peserta
didik. Selain hal tersebut guru juga dapat mendekati tempat duduk peserta didik
sebagai bentuk penguatan mendekati yang memperkuat penguatan verbal, penguatan
tanda dan penguatan sentuhan. Penguatan sentuhan berkaitan dengan penguatan
mendekati, guru dapat secara fisik menyentuh peserta didik dengan tujuan
memberikan penghargaan atas penampilan peserta didik. Guru juga dapat
memberikan penguatan berupa tulisan, simbol sebagai penghargaan atas penampilan
peserta didik yang ddapat disebut penguatan tanda.
Prinsip-prinsip
Penerapan Positive Reinforcement
Dalam penguatan positif terkandung beberapa prinsip dasar
dalampenerapannya, yaitu: [11]
a.
Penguatan positif
tergantung pada penampilan tingkah laku yang diinginkan
b.
Tingkah laku yang
diingkan diberi penguatan segera tingkah laku tersebut ditampilkan
c.
Pada tahap awal, proses
perubahan tingkah laku yang diingkan diberi penguatan setiap kali tingkah laku
tersebut ditampilkan
d.
Ketika tingkah laku
yang diinginkan sudah dilakukan dengan baik, penguatan diberikan secara berkala
dan pada akhirnya dihentikan.
e.
Pada tahap awal,
penguatan sosial selalu diikuti dengan penguatan yang berbentuk benda.
Konselor sebagai pemeran utama dalam memberi positive
reinforcement harus mengerti prinsip-prinsip penggunaannya. Kehanggatan dan
penyampaian konselor yang antusias dalam memberikan positive reinforcement akan
lebih berdampak pada klien, terlebih lagi jika guru menerapkannya dengan lebih
bervariasi. Konselor harus menghindari penguatan yang negatif karena akan
mempengaruhi psikologis peserta didik dalam penerimaannya. Pengunaan penguatan
yang negatif nantinya akan berdampak kurang baik bagi peserta didik, seperti
mereka menjadi frustasi, menjadi pemberani, dan merasa hukuman dianggap sebagai
kebangaan, selain itu dengan pemberian hukuman, peserta didik akan memikirkan
cara apapun meskipun salah dan buruk untuk terbebas. Hal ini tentunya kurang
baik untuk perkembangan psikologis klien dalam mengembangkan sikapnya. Pendapat
ini diperkurat oleh pernyataan Skinner: [12]
a.
Pengaruh hukuman
terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara
b.
Dampak psikologis yang
buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari jiwa peserta didik yang
terkena hukuman)bila hukuman berlangsung lama
c.
Hukuman mendorong
peserta didik mencari cara lain (meskipun salah dan buruk) agar ia terbebas
dari hukuman. Dengan kata lain, hukuman dapat mendorong si terhukum melakukan
hal-hal lain yang kadangkala lebih buruk dari kesalahan yang diperbuatnya.
Jenis-jenis
Positive Reinforcement
Terdapat tiga jenis penguatan pada
umumnya yang dapat digunakan untuk modifikasi tingkah laku seseorang, yaitu:
a.
Primary reinforcer atau uncondition reinforcer, yaitu penguatan
yang langsung dapat dinikmati, misalnya makanan dan minuman
b.
Secondary reinforcer atau condition reinforcer. Pada umumnya
tingkah laku manusia berhubungan dengan ini, contohnya: pujian, senyuman,
kehormatan, dan hadiah
c.
Contingency reinforcement, tingkah laku tidak menyenangkan dipakai sebagai syarat agar anak
melakukan tingkah laku menyenangkan, misalnya kerjakan dulu PR baru nonton TV.
Reinforcement ini sangat efektif dalam modifikasi tingkah laku.[13]
Langkah-langkah Penerapan Positive Reinforcement
Untuk menerapkan penguatan reinforcement yang
efektif, konselor perlu mempertimbangkan beberapa syarat, di antaranya adalah: [14]
a.
Memberikan penguatan
dengan segera
b.
Penguatan memberikan
efek yang lebih bermakna bila diberikan segera setelah tingkah laku yang
diinginkan dilakukan oleh konseli. Alasan pemberian penguatan dengan segera
adalah untuk menghindari terdapat tingkah laku lain yang menyela tingkah laku
yang diharapkan.dengan demikian, tujuan pemberian penguatan terfokus pada
tingkah laku yang diharapkan
c.
Memilih penguatan yang
tepat
d.
Mengatur kondisi
situasional
e.
Menentukan kuantitas
penguatan
f.
Memilih kualitas dan
kebaruan penguatan
g.
Memberikan sampel
penguatan
h.
Menangani persaingan
asosiasi
i.
Mengatur jadwal
penguatan
j.
Mempertimbangkan efek
penguatan terhadap kelompok
k.
Menangani efek kontrol
kontra.
Langkah-langkah pemberian positive reinforcement : [15]
a. mengumpulkan
informasi tentang permasalahan melalui analisis ABC
1.) Antecedent (pencetus perilaku)
2.) Behavior
(perilaku yang dipermasalahkan: frekuensi, intensitas, dan durasi)
3.) Consequense (akibat
yang diperoleh dari perilaku tersebut)
b. memilih perilaku
target yang ingin ditingkatkan
c. menetapkan data awal, perilaku awal
d. menentukan
reinforcement yang bermakna
e. menerapkan jadwal pemberian reinforcement
f. Penerapan positive
reinforcement
g. tahap-tahap pemberian penguatan positif
[1] Farozin, M dan Fathiyah,
K.N. 2004. Pemahaman tingkah laku. Jakarta: Rineka Cipta
[2] ibid
[3]
Ismiati, Psikologi Konseling, Cet-1, (Banda Aceh: Dakwah Ar-Raniry
Press,2013), hal. 176
[4] Mulawarman, Dkk, Psikologi
Konseling…,hal. 125
[5] Ibrahim Elfiky, Terapi
Berpikir Positif. Terj. Khalifurrahman Fath dan M. Taufik Daamas
(Tanggerang : Zaman Cet. Ke-XIX, 2015), hal. 54-55
[6]
Gantina Komalasari, Eka Wahyuni, Karsih, Teori dan Teknik Konseling, (
Jakarta : PT.Indeks Cet.ke-X, 2016), hal. 161
[7] Sutarlinah Sukaji., Modifikasi
Prilaku: Penerapan sehari-hari dan Penerapan Profesional, ( Yogyakarta :
Liberty, 1983 ), hal. 12
[8] Gantina
Komalasari, Eka Wahyuni, Karsih, Teori dan Teknik Konseling, ( Jakarta :
PT.Indeks Cet.ke-X, 2016), hal. 160
[9] Farozin, M dan Fathiyah, K.N.
2004. Pemahaman tingkah laku. Jakarta: Rineka Cipta
[10] HJ. Gino dkk, 2000. Belajar dan
Pembelajaran. Surakarta: UNS Press
[11] Ibid., hal. 162
[12] Ibid., hal. 163
[13] Ibid., hal. 163
[14] Ibid., hal. 164
[15] Wirna Bin Ary, Tri Rjeki
Andayani, dan Dian Ratna Sawitri, “Hubungan Konsep Diri dengan Penyesuaian
Sosial Siswa Kelas Akselerasi di SMP Negeri 2 dan SMP Pldominico Savio
Semarang”, dalam Jurnal Psikologi Undip Vol. 3 No. 1, Maret 2014, hal. 4