Selasa, 10 Maret 2020

Positive Reinforcement

 

 Hai... kali ini aku mau ngebahas mengenai teori yang berhubungan dengan Positive Reinforcement, semoga bermanfaat.


Pengertian Positive Reinforcement

Reinforcement adalah cara yang efektif untuk mengubah dan mengontrol perilaku dengan penguatan sebagai strategi kegiatan yang membuat tingkah laku tertentu berpeluang untuk terjadi atau sebaliknya berpeluang untuk tidak terjadi pada masa yang akan datang. Reinforcement merupakan suatu langkah tepat untuk mempertahankan tingkah laku positif, perlakuan tersebut dapat berbentuk penghargaan, hadiah, perhatian khusus dan penerimaan atas diri anak[1]

Teori Skinner penguatan dianggap sangat penting untuk membentuk perilaku. Skinner menerangkan penguatan berdasarkan dampaknya untuk meningkatkan atau menguatkan dorongan untuk dilakukannya suatu respon. Ada dua jenis reinforcement yaitu reinforcemen positif dan reinforcemen negatif.[2]

       Salah satu metode yang ampuh untuk mengubah dan membentuk suatu pola tingkah laku adalah dengan cara memberikan reward (ganjaran) atau reinforcemen positif segera setelah tingkah laku yang diharapkan terjadi (penguatan positif). Pemberian penguatan yang menyenangkan setelah tingkah laku yang diinginkan ditampilkan agar tingkah laku yang diinginkan cenderung akan diulang, meningkatkan dan menetap dimasa akan datang. Bentuk penguatan yang diberikan dapat berupa penguatan dalam bentuk primer yaitu memuaskan kebutuhan-kebutuhan dasar fisiologis yang berupa makanan, tidur, tempat tinggal, dan istirahat. Penguatan sekunder seperti memuaskan kebutuhan kebutuhan psikologis dan sosial, seperti senyuman, persetujuan, pujian, tanda penghargaan, uang, dan hadiah- hadiah.[3]

        Reinforcement positif, yaitu kejadian atau segala sesuatu yang dapat membuat tingkah laku yang diinginkan berpeluang diulangi karena bersifat di senangi.[4] Pemberian penguatan yang menyenangkan setelah tingkah laku yang diinginkan ditampilkan agar tingkah laku yang diinginkan cenderung akan diulang, meningkatkan dan menetap dimasa akan datang.

Contoh penguatan positif seperti ada seorang istri yang menderita dalam pernikahannya, namun ia tidak berusaha melakukan perubahan positif, seperti mengubah pola hidup bersama sang suami atau benar-benar meninggalkannya. Ada seorang peserta didik yang sudah belajar dengan sangat bersungguh-sungguh, namun pada saat menghadapi ujian ia selalu memikirkan kegagalan, dan mengakibatkan pikiran yang ada meluruhkan penyesuaian dirinya.[5]

Pada umumnya, penghargaan memberi pengaruh positif terhadap kehidupan manusia, karena dapat mendorong dan memperbaiki tingkah laku seseorang serta meningkatkan usahnaya. Dengan kata lain, positive reinforcement adalah konsekuen yang diberikan untuk menguatkan ataumeningkatkan perilaku yang positif. Sehingga, untuk memperbaiki tingkah laku seseorang dan menguatkan perilaku tersebut oleh sebab itu perlu adanya penghargaan atau positive reinforcement.

Keberadaan layanan konseling dengan teknik positive reinforcement menjadi sangat penting. Sebab positive reinforcement kini memang sudah mulai dilakukan dalam bimbingan dan konseling, terutama untuk peserta didik yang memiliki tingkah laku yang kurang menyenangkan. Hal ini diungkapkan Walker dan Shea, bahwa penguatan positif dapat dimanfaatkan untuk memberikan pengutan yang menyenangkan setelah tingkah laku yang diinginkan cenderung akan diulang, meningkat, menetap di masa yang akan datang.[6]

       Penguatan yang positif yaitu peristiwa atau sesuatu yang membuat tingkah laku yang dikehendaki berpeluang diulang karna bersifat disenangi. Dalam memahami penguatan positif, perlu dibedakan dengan penguatan negatif. Penguatan negatif yaitu menghilangkan perbuatan yang biasa dilakukan agar tingkah laku yang tidak diinginkan berkurang dan tingkah laku yang diinginkan meningkat.[7]

 

2.1  Tujuan Positive Reinforcement

       Pemberian positive reinforcement bukan hanya meningkatkan perilaku namun dalam penerapannya saat pembelajaran memiliki tujuan tertentu.

Penguatan memiliki tujuan sebagai berikut: [8]

a.    Meningkatkan perhatian peserta didik dan membantu peserta didik

b.    Memberi motivasi kepada peserta didik

c.  Dipakai untuk mengontrol atau mengubah tingkah laku peserta didik yanng mengganggu dan meningkatkan cara belajar yang produktif

d.   Mengembangkan kepercayaan diri peserta didik untuk mengatur diri sendiri dalam pengalaman belajar

e. Mengarahkan terhadap pengembangan berpikir yang berbeda dan pengambilan inisiatif yang berbeda.

Berdasarkan pendapat di atas, penerapan positive reinforcement yang diberikan guru baik berupa hadiah ataupun bentuk penghargaan yang lain dalam kegiatan bimbingan konseling di sekolah, bertujuan agar peserta didik mampu memfokuskan perhatian dan dapat mengembangkan rasa percaya diri siswa karena ia merasa dihargai. Selain itu, penerapan positive reinforcement yang tepat dapat mengontrol dan mengubah perilaku peserta didik yang dianggap kurang sesuai, sehingga nantinya ia mampu mempertahankan bahkan meningkatkan tingkah laku yang sudah baik.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keefektifan reinforcement positif, yaitu :[9]

1)   Memilih perilaku yang akan ditingkatkan. Perilaku yang akan dikukuhkan harus diidentifikasi secara spesifik. Hal ini akan membantu untuk memastikan reliabilitas dari deteksi contoh dari perilaku dan perubahan frekuensinya, serta meningkatkan perilaku kemungkinan program reinforcement ini dilakukan secara konsisten.

2)   Memilih Reinforcer

     Berbeda individu kemungkinan reinforcer yang digunakan juga berbeda. Ada juga reinforce yang merupakan reinforcer bagi semua orang 5 macam reinforcer yaitu :

a)      Consumable reinforcer: makanan, minuman

b)       Activity reinforcer : hobi, olahraga, belanja

c)      Manipulative reinforcer: menggunakan internet

d)     Possesional reinforcer: gelas / baju kesayangan

e)      Social reinforcer : pujian, pelukan, senyum

3)        Contingent vs Noncontingent Reinforcement

a)Reinforcement contingent: reinforcer tergantung pada perilaku

b)Reinforcement noncontingent: reinforcer diberikan pada waktu tertentu dan tidak tergantung pada perilaku.

 

 Komponen Pemberian Positive Reinforcement

Pemberian penguatan perlu mempertimbangkan jenjang pendidikan, variasi individu (kelamin, ras, dan agama) dan kelompok usia tertentu. Selama praktik dalam implementasi penguatan diperlukan penggunaan komponen keterampilan yang tepat. Komponen tersebut yaitu penguatan verbal, penguatan gestural, pengunaan kegiatan, penguatan sentuhan, penguatan mendekati dan penguatan tanda[10]:

a.       Penguatan verbal

Penguatan verbal dilakukan oleh guru berupa pujian dan dorongan yang diucapkan sebagai bentuk penghargaan atas respon atau tingkah laku  individu. Penguatan verbal dapat berupa kata-kata: wah, bagus, sip, baik, benar, tepat dan lain-lain, juga dapat berupa kalimat: misalnya, hasil pekerjaanmu baik sekali, sangat sesuai dengan tugas yang diberikan.

b.      Penguatan gestural

Penguatan gestural dapat diberikan berupa mimik wajah yang cerah, senyuman, anggukkan, acungan jempol, tepuk tangan dan lain-lain. Pemberian penguatan gestural sangat erat sekali dengan pemberian peguatan verbal.

c.       Penguatan kegiatan

Penguatan dalam bentuk kegiatan banyak terjadi bila menggunakan suatu kegiatan atau tugas sebagai suatu hadiah atas respon ataupun pekerjaan, dimana individu dapat memilih sendiri bentuk kegiatan tersebut. Perlu diperhatikan bahwa dalam memilih kegiatan atau tugas hendaknya dipilih yang memiliki relevansi dengan tujuan pembelajaran yang dibutuhkan dan digunakan individu.

Contoh penguatan kegiatan: Saat ssiswa di sekolah pulang lebih dulu, diberi waktu istirahat lebih, bermain, berolahraga, menjadi ketua, membantu siswa lain.

d.      Penguatan mendekati

Penguatan mendekati diberikan kepada individu sebagai bentuk perhatian. Penguatan ini menunjukkan bahwa seseorang tertarik dan ingin memberikan perhatiannya terhadap orang lain agar merasa lebih dihargai. Penguatan mendekati dipergunakan untuk memperkuat penguatan verbal, penguatan tandaa, dan penguatan sentuhan. Contoh penguatan mendekati: saat disekolah, guru berdiri disamping peserta didik, berjalan dekat peserta didik, duduk bersama kelompok diskusi.

e.       Penguatan sentuhan

           Penguatan sentuhan sangat mendekati dengan penguatan mendekati. Penguatan sentuhan adalah penguatan yang terjadi bila guru secara fisik menyentuh peserta didik. Contoh penguatan sentuhan menepuk bahu, berjabat tangan, merangkulnya, mengusap kepala, semua ditunjukkan untuk penghargaan penampilan, tingkah laku atau kerja peserta didik.

f.             Penguatan tanda

Penguatan tanda dilakukan guru dengan cara menggunakan simbol baik berupa benda atau tulisan yang diberikan kepada peserta didik sebagai bentuk penghargaan terhadap suatu penampilan, tingkah laku, atau hasil kerja peserta didik. Penguatan tanda yang berbentuk tulisan seperti komentar tertulis berupa ijazah, sertifikat, tanda penghargaan dan lainlain berupa tulisan. Penguatan dengan memberikan suatu benda misalnya: piala, medali, buku, cokelat dan lain-lain.

Positif Reinforcement yang diberikan oleh guru dapat bermacam-macam bentuknya, yaitu penguatan verbal, penguatan gestural, penguatan kegiatan, penguatan mendekati, penguatan sentuhan, dan penguatan tanda. Penguatan verbal dilakukan guru untuk merespon tingkah laku peserta didik dalam bentuk ucapan, misalnya saja memberikan pujian berupa bagus, benar kepada peserta didik yang rajin. Penguatan gestural berupa gerak tubuh guru sangat berkaitan erat dengan penguatan verbal, seperti guru memberikan tepuk tangan, acungan jempol, senyuman atau mimik muka yang cerah. Guru juga dapat memberikan penguatan kegiatan berupa sebuah tugas yang memiliki keterkaitan dengan tujuan pembelajaran yang dirancang menjadi sebuah hadiah untuk peserta didik. Selain hal tersebut guru juga dapat mendekati tempat duduk peserta didik sebagai bentuk penguatan mendekati yang memperkuat penguatan verbal, penguatan tanda dan penguatan sentuhan. Penguatan sentuhan berkaitan dengan penguatan mendekati, guru dapat secara fisik menyentuh peserta didik dengan tujuan memberikan penghargaan atas penampilan peserta didik. Guru juga dapat memberikan penguatan berupa tulisan, simbol sebagai penghargaan atas penampilan peserta didik yang ddapat disebut penguatan tanda.

 

Prinsip-prinsip Penerapan Positive Reinforcement

Dalam penguatan positif terkandung beberapa prinsip dasar dalampenerapannya, yaitu: [11]

a.       Penguatan positif tergantung pada penampilan tingkah laku yang diinginkan

b.      Tingkah laku yang diingkan diberi penguatan segera tingkah laku tersebut ditampilkan

c.       Pada tahap awal, proses perubahan tingkah laku yang diingkan diberi penguatan setiap kali tingkah laku tersebut ditampilkan

d.      Ketika tingkah laku yang diinginkan sudah dilakukan dengan baik, penguatan diberikan secara berkala dan pada akhirnya dihentikan.

e.       Pada tahap awal, penguatan sosial selalu diikuti dengan penguatan yang berbentuk benda.

 

Konselor sebagai pemeran utama dalam memberi positive reinforcement harus mengerti prinsip-prinsip penggunaannya. Kehanggatan dan penyampaian konselor yang antusias dalam memberikan positive reinforcement akan lebih berdampak pada klien, terlebih lagi jika guru menerapkannya dengan lebih bervariasi. Konselor harus menghindari penguatan yang negatif karena akan mempengaruhi psikologis peserta didik dalam penerimaannya. Pengunaan penguatan yang negatif nantinya akan berdampak kurang baik bagi peserta didik, seperti mereka menjadi frustasi, menjadi pemberani, dan merasa hukuman dianggap sebagai kebangaan, selain itu dengan pemberian hukuman, peserta didik akan memikirkan cara apapun meskipun salah dan buruk untuk terbebas. Hal ini tentunya kurang baik untuk perkembangan psikologis klien dalam mengembangkan sikapnya. Pendapat ini diperkurat oleh pernyataan Skinner: [12]

a.       Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara

b.      Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari jiwa peserta didik yang terkena hukuman)bila hukuman berlangsung lama

c.       Hukuman mendorong peserta didik mencari cara lain (meskipun salah dan buruk) agar ia terbebas dari hukuman. Dengan kata lain, hukuman dapat mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain yang kadangkala lebih buruk dari kesalahan yang diperbuatnya.

 

  Jenis-jenis Positive Reinforcement

       Terdapat tiga jenis penguatan pada umumnya yang dapat digunakan untuk modifikasi tingkah laku seseorang, yaitu:

a.       Primary reinforcer atau uncondition reinforcer, yaitu penguatan yang langsung dapat dinikmati, misalnya makanan dan minuman

b.      Secondary reinforcer atau condition reinforcer. Pada umumnya tingkah laku manusia berhubungan dengan ini, contohnya: pujian, senyuman, kehormatan, dan hadiah

c.       Contingency reinforcement, tingkah laku tidak menyenangkan dipakai sebagai syarat agar anak melakukan tingkah laku menyenangkan, misalnya kerjakan dulu PR baru nonton TV. Reinforcement ini sangat efektif dalam modifikasi tingkah laku.[13]

 Langkah-langkah Penerapan Positive Reinforcement

Untuk menerapkan penguatan reinforcement yang efektif, konselor perlu mempertimbangkan beberapa syarat, di antaranya adalah: [14]

a.       Memberikan penguatan dengan segera

b.      Penguatan memberikan efek yang lebih bermakna bila diberikan segera setelah tingkah laku yang diinginkan dilakukan oleh konseli. Alasan pemberian penguatan dengan segera adalah untuk menghindari terdapat tingkah laku lain yang menyela tingkah laku yang diharapkan.dengan demikian, tujuan pemberian penguatan terfokus pada tingkah laku yang diharapkan

c.       Memilih penguatan yang tepat

d.      Mengatur kondisi situasional

e.       Menentukan kuantitas penguatan

f.       Memilih kualitas dan kebaruan penguatan

g.      Memberikan sampel penguatan

h.      Menangani persaingan asosiasi

i.        Mengatur jadwal penguatan

j.        Mempertimbangkan efek penguatan terhadap kelompok

k.      Menangani efek kontrol kontra.

 

Langkah-langkah pemberian positive reinforcement : [15]

a.  mengumpulkan informasi tentang permasalahan melalui analisis ABC

1.)  Antecedent (pencetus perilaku)

2.) Behavior (perilaku yang dipermasalahkan: frekuensi, intensitas, dan durasi)

3.) Consequense (akibat yang diperoleh dari perilaku tersebut)

b.  memilih perilaku target yang ingin ditingkatkan

c. menetapkan data awal, perilaku awal

d.  menentukan reinforcement yang bermakna

e. menerapkan jadwal pemberian reinforcement

f.  Penerapan positive reinforcement

g. tahap-tahap pemberian penguatan positif

 

 



[1] Farozin, M dan Fathiyah, K.N. 2004. Pemahaman tingkah laku. Jakarta: Rineka Cipta

 

[2] ibid

[3]  Ismiati, Psikologi Konseling, Cet-1, (Banda Aceh: Dakwah Ar-Raniry Press,2013), hal. 176

 

[4] Mulawarman, Dkk, Psikologi Konseling…,hal. 125

 

[5] Ibrahim Elfiky, Terapi Berpikir Positif. Terj. Khalifurrahman Fath dan M. Taufik Daamas (Tanggerang : Zaman Cet. Ke-XIX, 2015), hal. 54-55

 

[6] Gantina Komalasari, Eka Wahyuni, Karsih, Teori dan Teknik Konseling, ( Jakarta : PT.Indeks Cet.ke-X, 2016), hal. 161

 

[7] Sutarlinah Sukaji., Modifikasi Prilaku: Penerapan sehari-hari dan Penerapan Profesional, ( Yogyakarta : Liberty, 1983 ), hal. 12

 

[8] Gantina Komalasari, Eka Wahyuni, Karsih, Teori dan Teknik Konseling, ( Jakarta : PT.Indeks Cet.ke-X, 2016), hal. 160

 

[9] Farozin, M dan Fathiyah, K.N. 2004. Pemahaman tingkah laku. Jakarta: Rineka Cipta

[10] HJ. Gino dkk, 2000. Belajar dan Pembelajaran. Surakarta: UNS Press

[11] Ibid., hal. 162

 

[12] Ibid., hal. 163

 

[13] Ibid., hal. 163

 

[14] Ibid., hal. 164

 

[15] Wirna Bin Ary, Tri Rjeki Andayani, dan Dian Ratna Sawitri, “Hubungan Konsep Diri dengan Penyesuaian Sosial Siswa Kelas Akselerasi di SMP Negeri 2 dan SMP Pldominico Savio Semarang”, dalam Jurnal Psikologi Undip Vol. 3 No. 1, Maret 2014, hal. 4