Rabu, 18 November 2020

Teori Dasar Pengubahan Tingkah Laku

 Hai... kali ini aku mau ngebahas mengenai teori yang berhubungan dengan pengubahan tingkah laku, semoga bermanfaat. 


Teori Dasar Pengubahan Tingkah Laku


Respon dan Aspek perubahan perilaku

      Manusia merupakan individu yang mempunyai sikap, kepribadian dan latar belakang sosial ekonomi yang berbeda, perlu kesungguhan dari beberapa komponen masyarakat untuk ikut adil dalam mengubah perilaku. [1]

       Skiner (1938) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Pengertian ini dikenal dengan teori „S-O‟R” atau “Stimulus-Organisme-Respon”.[2] Respon dibedakan menjadi dua yaitu:

a.       Respon respondent atau reflektif

Adalah respon yang dihasilkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu. Biasanya respon yang dihasilkan bersifat relatif tetap disebut juga eliciting stimuli. Perilaku emosional yang menetap misalnya orang akan tertawa apabila mendengar kabar gembira atau lucu, sedih jika mendengar musibah, kehilangan dan gagal serta minum jika terasa haus

b.      Operan Respon

Respon operant atau instrumental respon yang timbul dan berkembang diikuti oleh stimulus atau rangsangan lain berupa penguatan. Perangsang perilakunya disebut reinforcing stimuli yang berfungsi memperkuat respon. Misalnya, petugas kesehatan melakukan tugasnya dengan baik dikarenakan gaji yang diterima cukup, kerjanya yang baik menjadi stimulus untuk memperoleh promosi jabatan.

 

       Perubahan perilaku dalam belajar mencangkup seluruh aspek pribadi individu, yaitu aspek kognif, afektif, dan psikomotor sebagaimana dikemukan bloom dkk yang dikutip berikut:[3]

a.       Indikator Aspek Kognitif melibatkan otak (berpikir dan mengingat). Hal ini disebut juga sebagai Cognitif domain, ini dapat diukur dari knowledge (pengetahuan) seseorang. Individu tahu terlebih dahulu terhadap stimulus berupa obyek sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada individu, seperti:

1) Ingatan atau pengetahuan (knowledge) yaitu kemapuan mengingat bahan yang telat di pelajari

2). Pemahaman (comprehesion), yaitu kemampuan menangkap pengertian, menterjemahkan, dan menafsirkan

3)  Penerapan (application), yaitu kemampuan menggunakan bahan yang telah dipelajari dalam situasi baru dan nyata.

4). Analisis (analisys), yaitu kemapuan mengguraikan mengidentifikasi dan mempersatukan bagian yang terpisah, menghubungkan antarbagian guna membangun suatu keseluruhan.

5). Sintesis (synthesis), yaitu kemampuan menyimpulkan mempersatukan bagian yang terpisah guna membangun suatu keseluruhan dan sebagainya.

6). Penilaian (evaluation), yaitu kemampuan mengkaji nilai atau harga sesuatu, seperti pernyataan atau laporan penelitian yang didasarkan suat

 

b.      Indikator Aspek Afektif, melibatkan perasaan (Emosi, subyektif). Hal ini disebut juga sebagai Affective domain, ini dapat diukur dari attitude (sikap) seseorang timbul respon batin dalam bentuk sikap dari individu terhadap obyek yang diketahuinya

1). Penerimaan (receiving), yaitu keseiaan untuk menghadirkan dirinya untuk penerimaan memperhatikan pada suatu perangsang.

2). Penanggapan (responding), yaitu keturutsertaan, memberi reaksi, menunjukan kesenangan, memberikan tanggapan, secara sukarela.

3). Penghargaan (valuing), ketanggapan terhadap nilai atas suatu rangsangan, tanggung jawab, konsisten, dan komitmen.

4). Pengorganisasian (organization), yaitu mengintegrasikan berbagai nilai yang berbeda, memecahkan konflik antar nilai, dan membangun sitem nilai, serta pengkonseptualisasian suatu nilai.

5). Pengkaraterisasian (characterization), yaitu proses afeksi dimana individu memiliki suatu sistem nilai sendiri yang mengendalikan perilakunya dalam waktu yang lama yang membentuk gaya hidupnya, hasil belajar ini berkaitan dengan pola umum penyesuaian diri secara personal, sosial, dan emosional.

 

c. Indikator Aspek Psikomotor melibatkan gerak fisik dari hasil pengalaman (memukul, menulis, lari,dll),hal ini bisa disebut juga sebagai Psychomotor domain, ini dapat diukur dari psychomotor/ practice (ketrampilan) seseorang. Obyek yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya yang akhirnya menimbulkan respon berupa tindakan. Indikator aspek psikomotor mencakup:

1). Persepsi (perception), yaitu pemakaian alat-alat perasa untuk membimbing efektifitas gerak.

2)        Kesiapan (set), yaitu kesediaan untuk mengambil tindakan

3)        Repon terbimbing (guide respons) yaiu tahap awal belajar keterampilan lebih kompleks, meliputi peniruan gerak yang dipertunjukan kemudian mencoba-coba dengan menggunaka tanggapan jamak dalam menangkap suatu gerakan.

4)        Mekanisme (mechanism), yaitu gerakan penampilan yang melukiskan proses dimana gerak yang telah dipelajari gerak yang telah dipelajari, kemudian diterima atau didopsi menjadi kebiasaan sehingga dapat ditampilkan dengan penuh percaya diri dan mahir.

5)        Respon yang kompleks (complex over respons), yaitu penampilan gerakan secara mahir dan cermat dalam bentuk gerakan yang rumit, aktivitas motorik berkadar tinggi.

6)        Penyesuaian (adaptation), yaitu keterampilan yang telah dikembangkan secara lebih baik sehingga tampak dapat mengolah gerakan dan menyesuaikannya dengan tuntutan dan dan kondisi yang khusus dalam suasana yang lebih problematis.

7)         Penciptaan (origination), yaitu penciptaan pola gerakan baru yang sesuai dengan situasi dan masalah tertentu sebagai kreativitas.

 

       Perilaku dipandang sebagai respons terhadap stimulasi atau perangsangan eksternal dan internal. Dasar dari perubahan tingkah laku diperoleh dari teori terapi behavioral yaitu bahwa perilaku dapat dipahami sebagai hasil kombinasi: [4]

a.       Belajar waktu lalu dalam hubungannya dengan keadaan yang serupa

b.      Keadaan motivasional sekarang dan efeknya terhadap kepekaan lingkungan

c.       Perbedaan-perbedaan biologik baik secara genetik atau karena gangguan fisiologik.

 



[1] Notoatmodjo S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

 

[2] ibid.

 

[3] Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.

[4] Sofyan S. Willis, Konseling Keluarga (Family Counseling), (Bandung: Alfabeta, 2017), h. 104-105.