Hai... kali ini aku mau ngebahas mengenai teori yang berhubungan dengan pengubahan tingkah laku, semoga bermanfaat.
Extinction adalah sebuah teknik perilaku klasik yang didasarkan pada hukuman yang melibatkan menahan pemberian reinforcement guna mengurangi frekuensi perilaku tertentu seperti bentuk-bentuk hukuman lain, extinction sering kali lebih efektif jika dikombinasikan dengan reinforcement positif terhadap sebuah perilaku alternatif. Strategi mengganti dengan perilaku yang lebih diharapkan untuk perilaku yang tidak diharapkan kadang-kadang disebut sebagai counter conditioning. Sangat penting untuk dicatat bahwa extinction sering menghasilkan peningkatan temporer pada perilaku target sebelum perilaku tersebut kemudian menurun. Peningkatan perilaku negatif ini disebut extinction burst. Disamping itu, ketika dilakukan sendirian, extinction menghasilkan pengurangan gradual, bukan pengurangan segera, pada perilaku yang dimaksud. Akan tetapi, mengkombinasikan extinction dengan reinforcement konsisten terhadap sebuah perilaku alternatif dapat membuahkan hasil yang lebih permanen dan lebih cepat. [1]
Langkah – Langkah Teknik Extinction[2]
1. Tentukan
tingkah laku yang akan dibentuk dengan analisis ABC
A = Antecedent (pencetus perilaku)
B = Behavior (perilaku yang dipermasalahkan)
C = Consequence (konsekuensi atau akibat perilaku tersebut)
2. Bila
tingkah laku itu ditampilkan guru atau orang tua diam dan tidak memberikan
indikasi bahwa guru atau orang tua melihat tingkah laku tersebut.
3. Exctinction akan
lebih kuat bila dikombinasikan dengan teknik penguatan positif. [3]
Kelebihan
dan Kelemahan Prosedur Teknik Extinction
Kelebihan
Prosedur Teknik Extinction:
1. Prosedur ini dikombinasikan
dengan prosedur lain telah terbukti efektif diterapkan dalam berbagai macam
situasi. Berlangsung cepat apabila di kombinasikan dengan penguatan perilaku
yang di inginkan.
2.
Prosedur penghapusan menimbulkan efek yang tahan lama.
3.
Prosedur penghapusan tidak menimbulkan efek samping se-negatif
prosedur-prosedur yang menggunakan stimulus aversif.
Kelemahan Prosedur Teknik Extinction: [4]
Efek penghapusan biasanya tidak terjadi dengan segera dan tidak seketika terjadi. Setelah konsekuensi yang mengukuhkan dihilangkan, perilaku sasaran tetep berlangsung sampai waktu tertentu. Ini dapat menimbulkan masalah dalam penerapannya.
2.
Frekuensi dan intensitas sementara
meningkat, pada saat-saat permulaan penguatan tidak diberikan, frekuensi dan
intensitas perilaku sasaran cendrung.
Faktor-faktor
dalam Pelaksanaan Teknik Penghapusan (Extinction)
Adapun hal-hal yang menjadi
faktor dalam pelaksanaan teknik extinction
agar harapan dalam melaksanakan konseling dapat tercapai dengan baik dan teknik
extinction dapat dilaksanakan dengan
terarah, maka ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan
penghapusan yaitu[5]
a. kontrol terhadap pemberian
penguatan bagi perilaku yang akan diturunkan atau dihapuskan. Saat perilaku
diabaikan jangan sampai ada orang lain yang mamberikan perhatian atau penguatan
pada perilaku yang tidak diharapkan.
b. Penurunan perilaku dikombinasikan
dengan penguatan positif bagi perilaku alternatif. Penguatan diberi secara
gradual. Misalnya saat anak menangis menjerit-jerit diabaikan, kemudian setelah
anak diam menangis selama 15 detik -25 detik-1 menit kemudian deberi penguatan
positif.
c. Lakukan pada situasi yang
memaksimalkan program extinction dan
meminimalkan situasi yang memungkinkan pihak lain memperkuat perilaku yang
tidak diharapkan. Misalanya anak temper tantrum disuper market akan sulit
ditenangkan dibandingkan dilakukan dirumah.
d. Memberi intruksi dengan membuat
aturan. Contoh suami setiap pulang kantor selalu mengeluh kemacetan lalu
lintas. Istri mengatakan “ Tono, kemacetan terjadi setiap hari dan tidak ada
yang bias dilakukan dengan mengeluh.
Saya lebih suka bicara dengan kamu tentang hal lain. Tapi kalau satu saat nanti
kamu pulang dan complain lagi tentang lalu lintas, saya akan mengabaikannya”.
Ini perlu dilakukan beberapa kali agar benarbenar menurun.
e. Extinction akan berlangsung cepat
setelah diikuti continuous reinforcement
pemberian penguatan setiap kali perilaku diharapkan muncul. Contohnya anak
meminta perhatian saat ibu sedang bicara di telepon, ibu mengabaikannya. Begitu
anak diam dan tenang ibu langsung memperhatikan dan memberikan apa yang
dibutuhkan anak.
f.
Pemberian
continuous reinforcement pada extinction akan lebih cepat menurunkan
perilaku yang tidak diharapkan dibandingkan intermitten reinforcement.
g. Extinction bisa menghasilakan
perilaku agresi. Hal yang didapat diminimalisir apabila mengkombinasi antara
penghapusan (extinction) dengan
penguatan positif (positive rainforcement)
bagi perilaku alternatif yang muncul.
h. Perilaku yang sudah hilang dapat
muncul kembali setelah beberapa waktu ini disebut spontaneous recovery. Bila hal ini terjadi maka perlu dilakukan
kembali atau dilanjutkan program pengahapusan (extinction).
i.
Perinsip
penting dalam modifikasi tingkah laku adalah bila ingin perilaku muncul lebih
sering maka beri dia penguatan. Bila ingin perilaku menurun atau hilang maka
abaikanlah.[6]
[1]Bradley T. Erford. 40 Teknik Yang
Harus Diketahui Setiap Konselor. (Yogyakarta: PUSTAKA BELAJAR, 2017), h. 423
[2] Gantina Komalasari, Teori dan
Teknik Konseling, (Jakart: PT.Indeks, 2011), h.183
[3] Bradley T. Erford. 40 Teknik
Yang Harus Diketahui Setiap Konselor. (Yogyakarta: PUSTAKA BELAJAR, 2017), h.
423
[4] Rahmi Wahdatunisa, Ibid. h. 184
[5] Gantina Komalasari, M.Psi DKK,
Teori dan Teknik Konseling Jakarta: PT.INDEKS, 2012. h. 183
[6] ibid