Rabu, 01 Desember 2021

Self Management

 Hai... kali ini aku mau ngebahas mengenai teori yang berhubungan dengan Self management , semoga bermanfaat.  

Teknik Self management meliputi pemantauan diri (self-monitoring), penguasaan terhadap rangsangan (stimulus-control) dan reincforcement yang positif (self-reward). Secara praktis, teknik self management memiliki keunggulan-keunggulan yaitu: menambah pemahaman individu terhadap lingkungan dan mengurangi ketergantungan terhadap konselor atau yang lain, praktis, tidak mahal dan gampang serta mudah dijawab.[1]

       Self Management adalah suatu proses dimana konseli mengarahkan perubahan tingkah laku mereka sendiri, dengan menggunakan satu strategi atau kombinasi strategi. Konseli harus aktif menggerakkan variabel internal, eksternal, untuk melakukan perubahan yang diinginkan. Walaupun konselor yang mendorong dan melatih prosedur ini, konselilah yang mengontrol pelaksanaan strategi ini. Dalam menggunakan prosedur self management, konseli mengarahkan usaha perubahan dengan mengubah aspek-aspek lingkungannya atau dengan mengatur konsekuensi.[2]

       Self-management adalah menunjuk pada suatu teknik dalam terapi kognitif behavioral berlandaskan pada teori belajar yang dirancang untuk membantu para klien mengontrol dan mengubah tingkah lakunya sendiri ke arah tingkah laku yang lebih efektif, sering dipadukan dengan ganjar diri (self-reward).[3]


Prosedur Self management

       Ada empat strategi dalam self management, yaitu: memanajemen diri sendir, mengubah stimulus lingkungan, belajar respon alternative, dan mengubah konsekuensi respons.[4]

       Ada tiga strategi atau prosedur self management yaitu : Self-Monitoring, Stimulus- Control, Self-Reward.. Ketiga prosedur tersebut diklasifikasikan sebagai Self management karena dalam setiap prosedur tersebut konseli dalam satu tampilan yang mengarahkan diri, mengubah atau mengendalikan anteseden atau konsekuensi untuk menghasilkan perubahan perilaku yang diharapkan, strategi tersebut seperti:[5]

a.  Self monitoring

monitor diri (self-monitoring) adalah proses yang mana konseli mengobservasi dan mencatat sesuatu tentang dirinya sendiri dan interaksinya dengan situasi lingkungan. Dalam tahap ini konseli diminta untuk mengamati perilaku sendiri dan membuat catatan. Monitor diri digunakan untuk menilai masalah, sebab data pengamatan dapat menjelaskan kebenaran atau perubahan laporan verbal tentang perilaku bermasalah. Selain itu konseli juga diminta untuk mengamati perilaku bermasalah, mengontrol penyebab dan konsekuensi hasil.[6]

b.  Stimulus-control yaitu penyusunan/perencanaan kondisi lingkungan yang telah ditentukan sebelumnya, yang membuat terlaksananya/ dilakukan tingkah laku tertentu. Kondisi lingkungan berfungsi sebagai tanda/Anteseden dari suatu respon tertentu. Dengan kata lain anteseden merupakan suatu stimulus untuk suatu respon tertentu. Tujuan utama dari strategi stimuluscontrol adalah mengurangi jumlah petunjuk/tanda/syarat yang berhubungan dengan suatu yang tidak diinginkan dan secara stimulan menambah syarat/petunjuk anteseden yang dihubungkan dengan respons yang diinginkan.

c.  Self-reward digunakan untuk memperkuat atau untuk meningkatkan respons yang diharapkan. Bila suatu stimulus (benda atau kejadian) diharapkan sebagai akibat/konsekuensi suatu perilaku dan bila karenanya perilaku tersebut dapat meningkatkan atau terpelihara, maka peristiwa tersebut disebut selfreward. Pengukuhan ini dapat menggunakan berbagai bentuk perangsang benda, makanan, simbolis verbal, aktivitas fisik, maupun imajinasi. Perangsang yang baik ialah yang wajar dan bersifat intrinsik, seperti senyum puas terhadap keberhasilan

 

 



[1] Nursalim, Mochamad. dkk. 2005. Strategi Konseling. Surabaya: Unesa University Press

 

[2] Ibid

 

[3] Mappiare, Andi. 2006. Kamus Istilah Konseling dan Terapi. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada

 

[4] Ibid

 

[5] Ibid

 

[6] Nursalim, Mochamad. dkk. 2005. Strategi Konseling. Surabaya: Unesa University Press

Rabu, 24 November 2021

   Hai semua..kali ini saya ingin berbagi sedikit poin mengenai isi buku yang pernah saya baca. Bukunya berjudul "THE LAST LECTURE" karya Ausberg. Buku ini bertema mengenai kuliah terakhir dan menjadi salah satu buku best-seller pada tahun 2007. di buku ini menyebutkan bahwa ada kunci yang bisa membuat hidup anda menjadi lebih baik, yaitu PERSONALITY, COMMUNITY dan LIFE. Saya mencoba untuk sedikit menjelaskan mengenai buku ini. 

   A.  PERSONALITY:

  Personality atau yang biasa dipahami sebagai kepribadian. Dalam buku ini menyebutkan untuk menjadi pribadi yang baik maka:

1. Jangan membandingkan hidup Anda dengan orang lain karena Anda tidak pernah tahu apa yang telah mereka lalui dan rasakan. semua orang punya masalahnya masing-masing dan memiliki problem solvingnya sendiri. Semua orang juga punya kekurangan dan kelebihan yang tidak bisa dibandingkan dengan siapapun. cukup fokus pada kebaikan diri sendiri dan jalani dengan cara yang terbaik.

2. Jangan berpikir negatif akan hal-hal yang berada di luar kendali Anda, melainkan salurkan energi Anda menuju kehidupan yang Anda jalani saat ini, secara positif. Tuhan tidak akan memberikan cobaan melebihi kemampuan hambanya sendiri. 

3. Jangan bekerja terlalu keras, jangan lewati batasan Anda. Pahami diri, jangan memaksakan sesuatu yang sebenarnya sudah kita usahakan dengan begitu keras. Peralahan kerjakan semampunya dan liat apa yang akan terjadi. Apapun yang akan terjadi nanti, selama kita sudah mengusahakan yang terbaik maka itu hasil terbaik.

4. Jangan paksa diri Anda untuk selalu perfect, tidak ada satu orang pun yang sempurna. Pahami diri dan buat rencana baik untuk diri sendiri.

5. Jangan membuang waktu Anda yang berharga untuk gosip. waktu akan terus berjalan dan bergosib tidak akan merubah keadaan anda saat ini. Kebanyakan gosib hanya menyebarkan rumor yang tidak benar dan dikembangkan dari kebohongan tanpa kita tau salah dan benarnya. Setelah berita gosib berkembang besar, bisa mempengaruhi bawah sadar dan hanya terfokus pada hal negative sehingga memberikan tekanan tersendiri pada diri, baik pada pikiran maupun perasaan

6. Bermimpilah saat anda bangun (bukan saat tertidur).  ini salah satu cara untuk bisa memotivasi diri kita untuk tetap mengusahakan yang terbaik untuk diri. Keluarlah dari zona amanmu, agar bisa mendapatkan pengalaman terbaik dalam hidup dan bisa memilih hidup yang seperti apa yang mau dijalani

7. Iri hati membuang-buang waktu, Anda sudah memiliki semua kebutuhan Anda. Semua orang punya takdirnya masing-masing. syukuri apa yang sudah dimiliki maka anda akan sangat bahagia.

8. Lupakan masa lalu. Jangan mengungkit kesalahan saudara, pasangan dan teman Anda pada masa lalu. Hal itu akan merusak kebahagiaan Anda saat ini. Tidak ada orang baik yang tidak punya masa lalu dan tidak ada orang jahat yang tidak punya masa depan.

9. Hidup terlalu singkat untuk membenci siapa pun itu. Jangan pernah membenci. Saat kita merasa senang melihat kesalahan orang lain, maka kita telah gagal mengambil hikmah terbaik dari kesalahannya yang bisa jadi di sisi tuhannya telah diampuni. Saat kita membeci siapapun atas dosa dan kesalahan orang lain, seolah pintu ampunan langit sudah tertutup untuknya, maka sama saja kita tidak berharap akan ada yang mengasihani kita atas setiap dosa yang kita perbuat.

10.Berdamailah dengan masa lalu Anda agar hal tersebut tidak mengganggu masa kini Anda. Masa lalu tidak akan berubah, sekeras apapun kita berusaha, tapi masa depan dan hari ini, masih bisa kita ubah dengan belajar dari kesalahan di masa lalu maka kita akan menjadi pribadi yang lebih baik.

11. Tidak ada seorang pun yang bertanggung jawab atas kebahagiaan Anda kecuali Anda. Kita yang menentukan jalan kita, maka pilih jalan terbaik untuk mendapatkan yang terbaik

12. Sadari bahwa hidup adalah sekolah, dan Anda berada di sini sebagai pelajar. Masalah adalah bagian daripada kurikulum yang datang dan pergi seperti kelas aljabar (matematika) tetapi, pelajaran yang Anda dapat berlangsung seumur hidup.

13. Senyumlah dan tertawalah sesering mungkin agar Anda lebih dapat menikmati hidup ini

14. Anda tidak dapat selalu unggul dalam perbedaan pendapat. Belajarlah menerima kekalahan dan bertoleransilah. Pahami bahwa banyak hal yang bisa dipelajari dari pengalaman hidup, proses lebih baik daripada hasil. Lihatlah segala hal dalam perspektif yang lebih luas agar pikiran dan perasaan lebih tenang.

  

      B. COMMUNITY:

1. Hubungi keluarga Anda sesering mungkin. Semakin dewasa seseorang maka semakin sedikit kebersamaannya dengan keluarga maka jangan hubungi keluarga anda untuk tetap menjalin kedekatan

2. Setiap hari berikan sesuatu yang baik kepada orang lain. Memberikan hal baik tidak akan membawa keburukan pada diri. Hal sederhana yang bisa kita berikan pada orang lain adalah senyuman

3. Ampuni setiap orang untuk segala hal. Mengampuni akan memberikan ketenangan batin

4. Habiskan waktu dengan orang-orang di atas umur 70 dan di bawah 6 tahun. Meraka membutuhkan banyak perhatian dari sekitarnya.

5. Coba untuk membuat paling sedikit 3 orang tersenyum setiap hari. Senyuman adalah ibadah.

6. Apa yang orang lain pikirkan tentang Anda bukanlah urusan Anda. Semua orang pasti punya pendapat masing-masing mengenai diri kita, dan hal itu diluar control kita. Namun kita bisa mengontrol diri sendiri dengan tidak memperdulikan apapun hal buruk yang dikatakan oleh orang lain kepada kita. Itu urusan mereka. Jangan pikirkan hal tsb

7. Pekerjaan Anda tidak akan menjaga Anda pada saat Anda sakit, tetapi keluarga dan teman Anda. Tetaplah berhubungan baik dgn mereka dan lingkungan Anda.

 

          C. LIFE:

1. Jadikan Tuhan sebagai yang pertama dalam setiap pikiran, perkataan, dan perbuatan Anda.

2. Tuhan menyembuhkan segala sesuatu.

3. Lakukan hal yang benar.

4. Sebaik atau seburuk apapun sebuah situasi, hal tersebut akan berubah. Tidak akan selamanya dalam kondisi yang sama

5. Tidak peduli bagaimana perasaan Anda, maka bangun, berpakaian, dan beraktivitaslah. Aktiitas akan tetap membuat hari-hari anda tidak akan sia-sia.

6. Yang terbaik belumlah tiba, tapi nikmati saja yg ada. Semua aka nada waktunya

7. Buang segala sesuatu yang tidak berguna, tidak indah, atau mendukakan.

8. Ketika Anda bangun di pagi hari, berterima kasihlah pada Tuhan untuk itu.

9. Jika Anda mengenal Tuhan, Anda akan selalu bersukacita.

 

Banyak orang yang memahami bahwa mati tidak harus menunggu tua atau sakit. Kematian bisa datang kapanpun, dimanapun dan bagaimanapun. Kita memang harus tetap menikmati hidup, sebelum hidup tidak bisa lagi kita nikmati, namun pastikan kita hidup tetap dalam koridor yang pas, jangan melakukan hal yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Tetap bersyukur dan berpikir positif.

 

 


Kamis, 18 November 2021

Systematic De-Sensitization

 

 Hai... kali ini aku mau ngebahas mengenai teori yang berhubungan dengan pSystematic De-Sensitization, semoga bermanfaat. 

Teknik desensitisasi sistematis termasuk teknik spesifik dengan pendekatan behavioristik yang dikembangkan oleh Wolpe bahwa semua perilaku neurotic adalah bentuk ekspresi dari kecemasan.[1] Dalam mengatasi kecemasan yang dialami seseorang dengan memberikan rangsangan yang membuat rasa cemas sedikit demi sedikit diberikan secara berangsur-angsur hingga tidak merasa cemas lagi. Hal ini dapat dipahami bahwa teknik desensitisasi sistematis mengatasi sesuatu yang menimbulkan kecemasan dengan menghapus respons-respon tidak baik melalui counter conditioning. Sedangkan Asmani mengungkapkan bahwa teknik desensitisasi sistematis merupakan teknik yang dapat memberikan ketenangan dan kenyamanan dari ketegangan yang dialami siswa dengan mengajarkan siswa untuk rileks. Esensi (intisari) teknik desensitisasi sistematis menghilangakan perilaku yang diperkuat secara negatif menyertakan respon berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan. Dengan pengkodisian klasik, respon-respon tidak baik dapat dihilangkan secara bertahap.[2]

       Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa teknik desensitisasi sistematis ialah teknik spesifik dalam pendekatan behavioristik yang mana siswa diberikan pelatihan untuk tetap tenang meskipun muncul situasi yang menimbulkan kecemasan. Hal tersebut dilakukan secara bertahap yang mana siswa membayangkan suatu hal menegangkan dan kemudian diminta untuk tetap rileks sampai pada kondisi yang paling mencemaskan.

       Desensitisasi sistematis dipakai untuk menghilangkan tingkah laku yang diperkuat secara negative dalam menghadapi situasi pembelajaran, dan menyertai tingkah laku yang berlawanan dengan kondisi kecemasan yang dialami oleh seseorang. Gerakan relaksasi diharapkan mampu membuat peserta didik merasa nyaman dan rileks.[3]

 

2.1 Proses Systematic De-Sensitization

Adapun proses pelaksanaan teknik desensitisasi sistematis yaitu:

a.       Analisis perilaku yang menimbulkan kecemasan.

b.      Menyusun jenjang-jenjang situasi yang menimbulkan kecemasan dari mulai yang kurang hingga yang paling mencemaskan konseli.

c.       Memberi latihan relaksasi otot-otot tubuh seperti otot lengan, kepala, bahu, leher, dada, perut dan anggota tubuh bagian bawah.

d.      Konseli diminta membayangkan atau mengimajinasi suatu kondisi yang menyenangkan seperti berkumpul bersama keluarga, bermain di pantai atau di tengah taman yang hijau ataupun hal-hal yang dianggap menyenangkan bagi konseli.

e.        Konseli kemudian memejamkan mata, dan mengimajinasi atau membayangkan situasi yang kurang mencemaskan, apabila konseli sanggup tanpa cemas berarti situasi tersebut dapat diatasi oleh konseli. Demikian seterusnya hingga ke situasi yang paling mencemaskan.

f.       Bila dalam suatu situasi konseli merasa cemas dan dan gelisah, maka konselor memerintahkan konseling supaya membayangkan situasi yang menyenangkan tadi untuk menghilangkan kecemasan yang baru terjadi pada diri konseli.

g.      Dilakukan terus secara bertahap sampai tingkat kecemasan yang lebih tinggi dari sebelumnya.

h.      Terapi selesai apabila konseli mampu tetap santai ketika membayangkan situasi yang sebelumnya paling mencemaskan.

 

2.2 . Kelebihan dan Kekurangan Systematic De-Sensitization

a.       Kelebihan teknik desensitisasi sistematis

Teknik desensitisasi sistematis memiliki kelebihan yaitu diantaranya:

1)      Mengurangi maladaptasi kecemasan seperti fobia namun juga dapat diterapkan pada masalah lain.

2)      Dapat melemahkan atau mengurangi perilaku negatifnya atau menghilangkannya.

3)      Konseli mampu mengaplikasikan teknik ini dalam kehidupan sehari-hari tanpa harus adanya konselor yang memandu.

4)       Menghilangkan tingkah laku yang diperkuat secara negatif kemudian menyertakan perilaku baru yang berlawanan dengan tingkah laku yang ingin dihilangkan.

 

b.      Kekurangan teknik desensitisasi sistematis

Wolpe mengatakan teknik desensitisasi sistematis dapat menyebabkan kegagalan dalam pelaksanaannya, yaitu: [4]

1)      Kesulitan-kesulitan dalam relaksasi yang bisa menjadi kesulitan dalam berkomunikasi antara konselor dengan konseli.

2)       Ketidak memadai dalam membayangkankan atau imajinasinya.

 

2.3 Tujuan Teknik Systematic De-Sensitization

Tujuan desensitisasi sistematis adalah untuk menghapus perilaku yang diperkuat secara negatif, berupa kecemasan dengan mengkondisikan respon berlawanan agar tetap merasa nyaman.[5] Sebagaimana yang dikutip Latipun, bahwa tujuan teknik desensitisasi respon-respon perilaku yang berlawanan atas stimulus berupa bayanganbayangan mengenai pengalaman yang mencemaskan. Hal ini dipahami bahwa teknik desensitisasi sistematis bertujuan agar siswa tetap nyaman meski dihadapkannya dalam kecemasan.[6] Tujuan dari implementasi teknik desensitisasi sistematis, Willis menegaskan bahwa teknik tersebut mengajarkan siswa untuk memberikan respon yang tidak konsisten terkait dengan kecemasan yang dialaminya. Prinsip utama teknik desensitisasi sistematik yaitu relaksasi dan mengubah respon negative menjadi respon positive secara bertahap setelah berhasil mengubah gangguan kecemasan konseli menjadi kecemasan wajar.[7]

 

.

 

 

 

 

 

 



[1] Sofyan Willis, Konseling Individual Teori dan Praktek, Alfabeta, Bandung, 2010, hlm. 71.

 

[2] Jamal Ma’mur Asmani, Panduan Efektif Bimbingan & Konseling di sekolah, Diva

Press, Yogyakarta, 2010, hlm. 224.

 

[3] Komang Meida Depiani, Ni Ketut Suarni, dan Dewi Arum Wmp, “EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL DENGAN TEKNIK DESENSITISASI SISTEMATIS DAN MODELING UNTUK MEMINIMALISASI KECEMASAN DALAM MENGHADAPI PRAKERIN SISWA KELAS XI TATA BOGA DI SMK NEGERI 2 SINGARAJA TAHUN PELAJARAN 2013/2014” 2, no. 1 (2014): 3.

[4] Setiawati, Keefektifan Cognitive Restructuring dan Desensitisasi Sistematis Untuk Mengatasi Siswa SMP dan SMA. Jurnal. FIP UNESA. diunduh 20 Agustus 2020. h. 10

 

[5] Jamal Ma’mur Asmani, Panduan Efektif Bimbingan & Konseling di sekolah, Diva Press, Yogyakarta, 2010, hlm. 225.

 

[6] Latipun. Psikologi Konseling, UMM Press, Malang, 2004, hlm.118.

 

[7] Budi Sugiantoro, “Teknik Desensitisasi Sistematis (Systematic Desensitization) dalam Mereduksi Gangguan Kecemasan Sosial (Social Anxiety Disorder) yang dialami Konseli,” Nusantara of Research : Jurnal Hasil-hasil Penelitian Universitas Nusantara PGRI Kediri 5, no. 2 (28 Oktober 2018): 72–82, https://doi.org/10.29407/nor.v5i2.13078.


Senin, 18 Oktober 2021

Extinction

 Hai... kali ini aku mau ngebahas mengenai teori yang berhubungan dengan pengubahan tingkah laku, semoga bermanfaat. 

Extinction adalah sebuah teknik perilaku klasik yang didasarkan pada hukuman yang melibatkan menahan pemberian reinforcement guna mengurangi frekuensi perilaku tertentu seperti bentuk-bentuk hukuman lain, extinction sering kali lebih efektif jika dikombinasikan dengan reinforcement positif terhadap sebuah perilaku alternatif. Strategi mengganti dengan perilaku yang lebih diharapkan untuk perilaku yang tidak diharapkan kadang-kadang disebut sebagai counter conditioning. Sangat penting untuk dicatat bahwa extinction sering menghasilkan peningkatan temporer pada perilaku target sebelum perilaku tersebut kemudian menurun. Peningkatan perilaku negatif ini disebut extinction burst. Disamping itu, ketika dilakukan sendirian, extinction menghasilkan pengurangan gradual, bukan pengurangan segera, pada perilaku yang dimaksud. Akan tetapi, mengkombinasikan extinction dengan reinforcement konsisten terhadap sebuah perilaku alternatif dapat membuahkan hasil yang lebih permanen dan lebih cepat. [1]


  Langkah – Langkah Teknik Extinction[2]

1.      Tentukan tingkah laku yang akan dibentuk dengan analisis ABC

A = Antecedent (pencetus perilaku)

B = Behavior (perilaku yang dipermasalahkan)

C = Consequence (konsekuensi atau akibat perilaku tersebut)

2.      Bila tingkah laku itu ditampilkan guru atau orang tua diam dan tidak memberikan indikasi bahwa guru atau orang tua melihat tingkah laku tersebut.

3.      Exctinction akan lebih kuat bila dikombinasikan dengan teknik penguatan positif. [3]

 

 Kelebihan dan Kelemahan Prosedur Teknik Extinction

Kelebihan Prosedur Teknik Extinction:

1. Prosedur ini dikombinasikan dengan prosedur lain telah terbukti efektif diterapkan dalam berbagai macam situasi. Berlangsung cepat apabila di kombinasikan dengan penguatan perilaku yang di inginkan.

2. Prosedur penghapusan menimbulkan efek yang tahan lama.

3. Prosedur penghapusan tidak menimbulkan efek samping se-negatif prosedur-prosedur yang menggunakan stimulus aversif.

Kelemahan Prosedur Teknik Extinction: [4]

Efek penghapusan biasanya tidak terjadi dengan segera dan tidak  seketika terjadi. Setelah konsekuensi yang mengukuhkan dihilangkan, perilaku sasaran tetep berlangsung sampai waktu tertentu. Ini dapat menimbulkan masalah dalam penerapannya.

2.      Frekuensi dan intensitas sementara meningkat, pada saat-saat permulaan penguatan tidak diberikan, frekuensi dan intensitas perilaku sasaran cendrung.

 

 Faktor-faktor dalam Pelaksanaan Teknik Penghapusan (Extinction)

Adapun hal-hal yang menjadi faktor dalam pelaksanaan teknik extinction agar harapan dalam melaksanakan konseling dapat tercapai dengan baik dan teknik extinction dapat dilaksanakan dengan terarah, maka ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan penghapusan yaitu[5]

a.       kontrol terhadap pemberian penguatan bagi perilaku yang akan diturunkan atau dihapuskan. Saat perilaku diabaikan jangan sampai ada orang lain yang mamberikan perhatian atau penguatan pada perilaku yang tidak diharapkan.

b.      Penurunan perilaku dikombinasikan dengan penguatan positif bagi perilaku alternatif. Penguatan diberi secara gradual. Misalnya saat anak menangis menjerit-jerit diabaikan, kemudian setelah anak diam menangis selama 15 detik -25 detik-1 menit kemudian deberi penguatan positif.

c.       Lakukan pada situasi yang memaksimalkan program extinction dan meminimalkan situasi yang memungkinkan pihak lain memperkuat perilaku yang tidak diharapkan. Misalanya anak temper tantrum disuper market akan sulit ditenangkan dibandingkan dilakukan dirumah.

d.      Memberi intruksi dengan membuat aturan. Contoh suami setiap pulang kantor selalu mengeluh kemacetan lalu lintas. Istri mengatakan “ Tono, kemacetan terjadi setiap hari dan tidak ada yang bias dilakukan dengan mengeluh. Saya lebih suka bicara dengan kamu tentang hal lain. Tapi kalau satu saat nanti kamu pulang dan complain lagi tentang lalu lintas, saya akan mengabaikannya”. Ini perlu dilakukan beberapa kali agar benarbenar menurun.

e.      Extinction akan berlangsung cepat setelah diikuti continuous reinforcement pemberian penguatan setiap kali perilaku diharapkan muncul. Contohnya anak meminta perhatian saat ibu sedang bicara di telepon, ibu mengabaikannya. Begitu anak diam dan tenang ibu langsung memperhatikan dan memberikan apa yang dibutuhkan anak.

f.        Pemberian continuous reinforcement pada extinction akan lebih cepat menurunkan perilaku yang tidak diharapkan dibandingkan intermitten reinforcement.

g.       Extinction bisa menghasilakan perilaku agresi. Hal yang didapat diminimalisir apabila mengkombinasi antara penghapusan (extinction) dengan penguatan positif (positive rainforcement) bagi perilaku alternatif yang muncul.

h.      Perilaku yang sudah hilang dapat muncul kembali setelah beberapa waktu ini disebut spontaneous recovery. Bila hal ini terjadi maka perlu dilakukan kembali atau dilanjutkan program pengahapusan (extinction).

i.         Perinsip penting dalam modifikasi tingkah laku adalah bila ingin perilaku muncul lebih sering maka beri dia penguatan. Bila ingin perilaku menurun atau hilang maka abaikanlah.[6]

 

 



[1]Bradley T. Erford. 40 Teknik Yang Harus Diketahui Setiap Konselor. (Yogyakarta: PUSTAKA BELAJAR, 2017), h. 423

 

[2] Gantina Komalasari, Teori dan Teknik Konseling, (Jakart: PT.Indeks, 2011), h.183

 

[3] Bradley T. Erford. 40 Teknik Yang Harus Diketahui Setiap Konselor. (Yogyakarta: PUSTAKA BELAJAR, 2017), h. 423

 

[4] Rahmi Wahdatunisa, Ibid. h. 184

 

[5] Gantina Komalasari, M.Psi DKK, Teori dan Teknik Konseling Jakarta: PT.INDEKS, 2012. h. 183

[6] ibid