Hai semua.. kali ini saya akan memberikan informasi
mengenai Ratardasi Mental dan Down Sindrom.
Banyak wilayah di Indonesia, khususnya di daerah-daerah yang jauh dari
pusat kota, di mana sebagian besar penduduknya mungkin belum mengetahui banyak
informasi mengenai Down Syndrome dan retardasi mental, para penderita ganggua
ini mendapat perlakuan yang tidak selayaknya. Perlakuan yang tidak layak dalam
konteks ini adalah mungkin dianggap ‘gila’ oleh masyarakat atau tidak mendapat
perawatan yang tepat. Labeling ini lah yang menghambat proses
pengoptimalisasian potensi yang dimiliki anak-anak dengan gangguan mental dan
Down Syndrome. Tak jarang juga keluarga penderita juga mendapat atribusi yang
tidak mengenakkan dari masyarakat.
Berkaca
dari keadaan para penderita baik gangguan mental maupun Down Syndrome di luar
negeri, eksistensi mereka di Indonesia pun dapat dioptimalkan. Jika di luar di
negeri kita sering mendengar mereka dapat bersekolah, bekerja, bahkan di Rusia
ada yang berhasil menjadi aktor, di Indonesia pun tak ada kata tidak mungkin
untuk melakukannya.
Apa sih gangguan
Ratardasi Mental itu? Retardasi Mental (Mental
Retardation/Mentally Retarded) berarti terbelakang mental. Retardasi mental sering disepadankan dengan
istilah-istilah, sebagai berikut:
1. Lemah fikiran ( Feeble-minded);
2. Terbelakang mental (Mentally Retarded);
3. Bodoh atau dungu (Idiot);
4. Pandir (Imbecile);
5. Tolol (Moron);
6. Oligofrenia (Oligophrenia);
7. Mampu Didik (Educable);
8. Mampu Latih (Trainable);
9. Ketergantungan penuh (Totally Dependent) atau Butuh Rawat;
10. Mental Subnormal;
11. Defisit Mental;
12. Defisit Kognitif;
13. Cacat Mental;
14. Defisiensi Mental;
15. Gangguan Intelektual
2. Terbelakang mental (Mentally Retarded);
3. Bodoh atau dungu (Idiot);
4. Pandir (Imbecile);
5. Tolol (Moron);
6. Oligofrenia (Oligophrenia);
7. Mampu Didik (Educable);
8. Mampu Latih (Trainable);
9. Ketergantungan penuh (Totally Dependent) atau Butuh Rawat;
10. Mental Subnormal;
11. Defisit Mental;
12. Defisit Kognitif;
13. Cacat Mental;
14. Defisiensi Mental;
15. Gangguan Intelektual
Di Amerika Serikat
prevalensi gangguan ini adalah 3:100 orang (The Arc, 2001). American
Psychiatric Accociation tahun 2000 (dalam Rathus, 2005, h.149-153)
menyatakan penyebab dari retardasi mental dapat disebabkan oleh:
a. Sindrom down dan abnormalitas
kromosom lainnya
Wade pada tahun
2000 menyatakan abnormalitas kromosom yang paling umum menyebabkan retardasi
mental adalah sindrom down yang ditandai oleh adanya kelebihan kromosom atau
kromosom ketiga pada pasangan kromosom ke 21, sehingga mengakibatkan jumlah
kromosom menjadi 47.
Anak dengan sindrom
down dapat dikenali berdasarkan ciri-ciri fisik tertentu, seperti wajah bulat,
lebar, hidung datar, dan adanya lipatan kecil yang mengarah kebawah pada kulit
dibagian ujung mata yang memberikan kesan sipit. Lidah yang menonjol, tangan yang
kecil, dan berbentuk segi empat dengan jari-jari pendek, jari kelima yang
melengkung, dan ukuran tangan dan kaki yang kecil serta tidak proporsional
dibandingkan keseluruhan tubuh juga merupaka ciri-ciri anak dengan sindrom
down. Hampir semua anak ini mengalami retardasi mental dan banyak diantara
mereka mengalami masalah fisik seperti gangguan pada pembentukan jantung dan
kesulitan pernafasan.
b. Sindrom Fragile X dan
Abnormalitas genetik lainnya
Sindrom fragile X
merupakan tipe umum dari retardasi mental yang diwariskan. Gangguan ini
disebabkan oleh mutasi gen pada kromosom X. gen yang rusak berada pada area
kromosom yang tampak rapuh, sehingga disebut sindrom fragile X. sindrom ini
menyebabkan retardasi mental pada 1000-1500 pria dan hambatan mental pada setiap
2000-2500 perempuan. Efek dari sindrom fragile X berkisar antara gangguan
belajar ringan sampai retardasi parah yang dapat menyebabkan gangguan bicara
dan fungsi yang berat.
Phenylketonuria (PKU) merupakan gangguan genetik
yang terjadi pada satu diantara 10000 kelahiran. Gangguan ini disebabkan adanya
satu gen resesif yang menghambat anak untuk melakukan metabolisme.
Konsekuensinya, phenilalanin dan turunannya asam phenilpyruvic,
menumpuk dalam tubuh, menyebabkan kerusakan pada system saraf pusat yang
mengakibatkan retardasi mental dan gangguan emosional.
c. Faktor prenatal
Penyebab retardasi
mental adalah infeksi dan penyalahgunaan obat selama ibu mengandung. Infeksi
yang biasanya terjadi adalah Rubella, yang dapat menyebabkan kerusakan otak.
Penyakit ibu juga dapat menyebabkan retardasi mental, seperti sifilis, cytomegalovirus,
dan herpes genital. Obat-obatan yang digunakan ibu selama kehamilan dapat
mempengaruhi bayi melalui plasenta. Sebagian dapat menyebabkan cacat fisik dan
retardasi mental yang parah.
Anak-anak yang
ibunya minum alkohol selama kehamilan sering lahir dengan sindrom fetal fetal,
dan merupakan kasus paling nyata sebagai penyebab retardasi mental. Komplikasi
kelahiran, seperti kekurangan oksigen atau cedera kepala, infeksi otak, seperti
encephalitis dan meningitis, terkena racun, seperti cat yang mengandung timah
sangat berpotensi menyebabkan retardasi mental.
d. Faktor-faktor psikososial
Penyebab retardasi
mental pada sebagian kasus disebabkan faktor psikososial, seperti lingkungan rumah,
atau sosial yang miskin, yaitu yang tidak memberikan stimulasi intelektual,
penelantaran, atau kekerasan dari orang tua dapat menjadi penyebab atau memberi
kontribusi dalam perkembangan retardasi mental.
Kasus yang
berhubungan dengan aspek psikososial disebut sebagai retardasi budaya-keluarga
(cultural-familial retardation). Individu dalam keluarga miskin
kekurangan keperluan untuk menerima pendidikan dan pengembangan
keterampilan-keterampilan. Akibatnya, individu menjadi retardasi mental akibat
dari kemiskinan, tidak menerima pendidikan dan larangan-larangan pada budaya
tertentu untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan individu.
Menurut PPDGJ III
Retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau
tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh adanya penurunan keterampilan selama
masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada semua tingkat intelegensi yaitu
kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial.
American Asociation on Mental Deficiency/AAMD mendefinisikan Retardasi mental
sebagai kelainan:
1. Yang meliputi fungsi intelektual
umum di bawah rata-rata (Sub-average),
yaitu IQ 84 ke bawah berdasarkan tes;
2. Yang muncul sebelum usia 16
tahun;
3. Yang menunjukkan hambatan dalam
perilaku adaptif.
Sedangkan
pengertian Retardasi mental menurut Japan
League for Mentally Retarded (1992) sebagai berikut:
1. Fungsi intelektualnya lamban,
yaitu IQ 70 kebawah berdasarkan tes inteligensi baku.
2. Kekurangan dalam perilaku adaptif
3. Terjadi pada masa perkembangan,
yaitu antara masa konsepsi hingga usia 18 tahun.
PENYEBAB RETARDASI MENTAL
Retardasi mental dapat disebabkan
oleh beberapa faktor:
1. Genetik.
a. Kerusakan/Kelainan Biokimiawi.
b. Abnormalitas Kromosomal (chromosomal Abnormalities).
c. Anak retardasi mental yang lahir disebabkan oleh faktor ini pada umumnya adalah Sindroma Down atau Sindroma mongol (mongolism) dengan IQ antar 20 – 60, dan rata-rata mereka memliki IQ 30 – 50.
b. Abnormalitas Kromosomal (chromosomal Abnormalities).
c. Anak retardasi mental yang lahir disebabkan oleh faktor ini pada umumnya adalah Sindroma Down atau Sindroma mongol (mongolism) dengan IQ antar 20 – 60, dan rata-rata mereka memliki IQ 30 – 50.
2. Pada masa sebelum kelahiran
(pre-natal).
a. Infeksi Rubella (Cacar)
b. Faktor Rhesus (Rh)
b. Faktor Rhesus (Rh)
3. Pada saat kelahiran (perinatal)
Retardasi mental/tunagraita yang
disebabkan oleh kejadian yang terjadi pada saat kelahiran adalah luka-luka pada
saat kelahiran, sesak nafas (asphyxia), dan lahir rematur.
4. Pada saat setelah lahir
(post-natal)
Penyakit-penyakit akibat infeksi
misalnya: Meningitis (peradangan pada selaput otak) dan problema nutrisi yaitu
kekurangan gizi misalnya: kekurangan protein yang diderita bayi dan awal masa
kanak-kanak dapat menyebabkan retardasi mental.
5. Faktor sosio-kultural.
Sosio kultural atau sosial budaya
lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan intelektual manusia.
6. Gangguan Metabolisme/Nutrisi.
a. Phenylketonuria. Gangguan pada metabolisme asam amino, yaitu gangguan pada enzym Phenylketonuria.
b. Gargoylisme. Gangguan metabolisme saccharide dalam hati, limpa kecil, dan otak.
c. Cretinisme. Gangguan pada hormon tiroid yang dikenal karena defisiensi yodium.
a. Phenylketonuria. Gangguan pada metabolisme asam amino, yaitu gangguan pada enzym Phenylketonuria.
b. Gargoylisme. Gangguan metabolisme saccharide dalam hati, limpa kecil, dan otak.
c. Cretinisme. Gangguan pada hormon tiroid yang dikenal karena defisiensi yodium.
Secara umum,
Grossman et al, 1973, menyatakan penyebab retardasi mental akibat dari:
- infeksi dan/atau intoxikasi,
- rudapaksa dan/atau sebab fisik lain,
- gangguan metabolisma, pertumbuhan atau gizi (nutrisi),
- penyakit otak yang nyata (kondisi setelah lahir/post-natal),
- akibat penyakit atau pengaruh sebelum lahir (pre-natal) yang tidak
diketahui,
- akibat kelainan kromosomal,
- gangguan waktu kehamilan (gestational disorders),
- gangguan pasca-psikiatrik/gangguan jiwa berat (post-psychiatrik
disorders),
- pengaruh-pengaruh lingkungan, dan
kondisi-kondisi lain yang tak tergolongkan.
KLASIFIKASI RETARDASI MENTAL
Pengklasifikasian/penggolongan Anak Retardasi mental
untuk keperluan pembelajaran menurut American Association on Mental Retardation
dalam Special Education in Ontario Schools (p. 100) sebagai berikut:
1. EDUCABLE
Anak pada kelompok ini masih mempunyai kemampuan dalam akademik setara dengan anak reguler pada kelas 5 Sekolah dasar.
Anak pada kelompok ini masih mempunyai kemampuan dalam akademik setara dengan anak reguler pada kelas 5 Sekolah dasar.
2. TRAINABLE
Mempunyai kemampuan dalam mengurus diri sendiri, pertahanan diri, dan penyesuaian sosial. Sangat terbatas kemampuanya untuk mendapat pendidikan secara kademik.
Mempunyai kemampuan dalam mengurus diri sendiri, pertahanan diri, dan penyesuaian sosial. Sangat terbatas kemampuanya untuk mendapat pendidikan secara kademik.
3. CUSTODIAL
Dengan pemberian latihan yang terus menerus dan khusus, dapat melatih anak tentang dasar-dasar cara menolong diri sendiri dan kemampuan yang bersifat komunikatif. Hal ini biasanya memerlukan pengawasan dan dukungan yang terus menerus.
Dengan pemberian latihan yang terus menerus dan khusus, dapat melatih anak tentang dasar-dasar cara menolong diri sendiri dan kemampuan yang bersifat komunikatif. Hal ini biasanya memerlukan pengawasan dan dukungan yang terus menerus.
Sedangkan penggolongan Retardasi mental untuk Keperluan
Pembelajaran adalah sebagai berikut:
- Taraf perbatasan (borderline) dalam pendidikan disebut sebagai lamban
belajar (slow learner) dengan IQ 70 – 85.
- Retardasi mental mampu didik (educable mentally retarded) dengan IQ 50
– 75 atau 75.
- Tunagrahit mampu latih (trainable mentally retarded) dengan IQ 30 – 50
atau IQ 35 – 5
- Retardasi mental butuh rawat (dependent or profoundly mentally
retarded) dengan IQ dibawah 25 atau 30
Penggolongan Retardasi mental secara Medis-Biologis
menurut Roan, 1979, adalah sebagai berikut:
1. Retardasi mental taraf perbatasan (IQ: 68 – 85).
2. Retardasi mental ringan (IQ: 52 – 67).
3. Retardasi mental sedang (IQ: 36 – 51).
4. Retardasi mental berat (IQ: 20 – 35).
5. Retardasi mental sangat berat (IQ: kurang dari 20); dan
6. Retardasi mental tak tergolongkan.
2. Retardasi mental ringan (IQ: 52 – 67).
3. Retardasi mental sedang (IQ: 36 – 51).
4. Retardasi mental berat (IQ: 20 – 35).
5. Retardasi mental sangat berat (IQ: kurang dari 20); dan
6. Retardasi mental tak tergolongkan.
Adapun penggolongan Retardasi mental secara
Sosial-Psikogis terbagi 2 (dua) kriteria yaitu: psikometrik dan perilaku
adaptif.
Ada 4 (empat) taraf Retardasi mental berdasarkan kriteria
psikometrik menurut skala inteligensi Wechsler (Kirk dan Gallagher,
1979, dalam B3PTKSM, p. 26), yaitu:
- Retardasi mental ringan (mild mental retardation) dengan IQ 55 – 69.
- Retardasi mental sedang (moderate mental retardation) dengan IQ 40
–54.
- Retardasi mental berat (severe mental tetardation) dengan IQ: 20 – 39.
- Retardasi mental sangat berat (profound mental retardation) dengan IQ
20 kebawah.
- Penggolongan anak Retardasi mental menurut kriteria perilaku
adaptif tidak berdasarkan taraf inteligensi, tetapi berdasarkan
kematangan sosial. Hal ini juga mempunyai 4 (empat) taraf, yaitu:
- Ringan;
- Sedang;
- Berat; dan
- Sangat Berat
TINGKAT RETARDASI MENTAL
Derajat keparahan
|
Perkiraan tentang IQ
|
Jumlah penyandang Retardasi mental dalam rentang ini.
|
Retardasi mental ringan (mild)
|
50-55 sampai sekitar 70
|
Kira-kira 85%
|
Retardasi mental sedang (moderate)
|
35-40 sampai 50-55
|
10%
|
Retardasi mental berat (severe)
|
20-25 sampai 35-40
|
3-4%
|
Retardasi mental parah (profound)
|
Di bawah 20-25
|
1-2%
|
TINGKAT RETARDASI MENTAL, PERKIRAAN RENTANG IQ, DAN JENIS
TINGKAH LAKU ADAPTIF YANG TERLIHAT
Perkiraan rentang skor IQ
|
Usia prasekolah 0-5 tahun
kematangan&perkembangan
|
Usia sekolah 6-21 tahun
Pelatihan dan pendidikan
|
Ringan 50-70
|
Sering terlihat tidak memiliki gangguan tetapi lambat
dalam berjalan, makan sendiri dan bicara dibanding anak-anak lainnya
|
Menguasai keterampilan praktis serta kemampuan membaca
dan aritmatika sampai kelas 3-6 SD dengan pendidikan khusus. Dapat diarahkan
pada konformitas sosial.
|
Sedang 35-49
|
Keterlambatan yang nyata pada perkembangan motorik,
terutama dalam bicara ; berespon terhadap pelatihan dalam berbagai aktivitas
self help
|
Dapat mempelajari komunikasi sederhana, perawatan
kesehatan dan keselamatan dasar, serta keterampilan tangan sederhana; tidak
mengalami kemajuan dalam fungsi membaca atau aritmatika
|
Berat 20-34
|
Ditandai dengan adanya keterlambatan dalam perkembangan
motorik, kemampuan komunikasi yang minim atau tidak ada sama sekali; dapat
berespon terhadap pelatihan self help mendasar misalnya makan sendiri.
|
Biasanya mampu berjalan, tetapi memiliki ketidakmampuan
yang spesifik; dapat mengerti pembicaraan dan memberikan respon; tidak
memiliki kemajuan dalam kemampuan membaca atau aritmatika
|
Parah dibawah 20
|
Retardasi motorik kasar; kapasitas minimal untuk
berfungsi pada area sensori motor; membutuhkan bantun rawat
|
Keterlambatan yang terlihat jelas dalam semua area
perkembangan; dapat menunjukkan respon emosional dasar; mungkin berespon
terhadap pelatihan keterampilan dengan menggunakan kaki, tangan, dan
rahang;memerlukan supervisi/ pengawasan yang ketat
|
TREATMENT RETARDASI MENTAL
Pendekatan yang dapat diberikan kepada anak retardasi
mental adalah:
1. Occuppasional Therapy (Terapi
Gerak)
Terapi ini diberikan kepada anak retardasi
mental untuk melatih gerak funsional anggota tubuh (gerak kasar dan halus).
2. Play therapy (Terapi bermain)
Terapi yang diberikan kepada anak retardasi mental dengan cara bermain, misalnya: memberikan pelajaran tentang hitungan, anak diajarkan dengan cara sosiodrama, bermain jual-beli.
Terapi yang diberikan kepada anak retardasi mental dengan cara bermain, misalnya: memberikan pelajaran tentang hitungan, anak diajarkan dengan cara sosiodrama, bermain jual-beli.
3. Activity Daily Living (ADL) atau Kemampuan
Merawat Diri
Untuk memandirikan anak retardasi mental, mereka harus diberikan pengetahuan dan keterampilan tentang kegiatan kehidupan sehari-hari (ADL) agar mereka dapat merawat diri sendiri tanpa bantuan orang lain dan tidak tergantung kepada orang lain.
Untuk memandirikan anak retardasi mental, mereka harus diberikan pengetahuan dan keterampilan tentang kegiatan kehidupan sehari-hari (ADL) agar mereka dapat merawat diri sendiri tanpa bantuan orang lain dan tidak tergantung kepada orang lain.
4. Life Skill (Keterampilan hidup)
Anak yang memerlukan layanan khusus, terutama anak dengan IQ di bawah rata-rata biasanya tidak diharapkan bekerja sebagai administrator. Bagi anak retardasi mental yang memiliki IQ dibawah rata-rata, mereka juga diharapkan untuk dapat hidup mandiri. Oleh karena itu, untuk bekal hidup, mereka diberikan pendidikan keterampilan. Dengan keterampilan yang dimilikinya mereka diharapkan dapat hidup di lingkungan keluarga dan masyarakat serta dapat bersaing di dunia industri dan usaha.
Anak yang memerlukan layanan khusus, terutama anak dengan IQ di bawah rata-rata biasanya tidak diharapkan bekerja sebagai administrator. Bagi anak retardasi mental yang memiliki IQ dibawah rata-rata, mereka juga diharapkan untuk dapat hidup mandiri. Oleh karena itu, untuk bekal hidup, mereka diberikan pendidikan keterampilan. Dengan keterampilan yang dimilikinya mereka diharapkan dapat hidup di lingkungan keluarga dan masyarakat serta dapat bersaing di dunia industri dan usaha.
5. Vocational Therapy (Terapi
Bekerja)
Selain diberikan latihan keterampilan. Anak retardasi mental juga diberikan latihan kerja. Dengan bekal keterampilan yang telah dimilikinya, anak retardasi mental diharapkan dapat bekerja.
Selain diberikan latihan keterampilan. Anak retardasi mental juga diberikan latihan kerja. Dengan bekal keterampilan yang telah dimilikinya, anak retardasi mental diharapkan dapat bekerja.
SINDROM DOWN (DOWN
SYNDROME)
- Pengertian Sindrom Down
Down syndrome pertama kali dideskripsikan dan dipublikasikan oleh John
Langdom Down pada tahun 1886, namun baru sekitar awal tahun 1960-an ditemukan
diagnosis pastinya setelah penelitian pada kromosom penderita yang diduga
mengalami down syndrome.
Ciri dan
karakteristik fisik yang nampak dari penderita down syndrome antara lain bagian belakang kepala rata (flattening of the back of the head),
mata sipit karena adanya tambahan lipatan kulit sepanjang kelopak mata, alis
mata miring (slatning of the eyelids),
telinga lebih kecil, mulut yang mungil,otot lunak, persendian longgar (loose ligament) dan tangan serta kaki
mungil.
Masalah-masalah
kesehatan yang sering dialami anak yang menderita down syndrome antara lain :
1. sakit jantung berlubang
2. mudah mendapat salesma, radang
tenggorok, radang paru-paru
3. kurang pendengaran
4. lambat/bermasalah dalam bertutur
5. penglihatan kurang jelas
- Klasifikasi Down Syndrome
Berdasarkan tipe
gangguan kromosom yang ditemukan, down
syndrome dibagi menjadi :
- Non disjunction
Tipe ini paling banyak terjadi
dan dialami oleh penderita down syndrome. Penyebabnya adalah terdapat kelebihan
kromosom pada sel telur yang seharusnya 23 menjadi 24, penambahan terjadi pada
kromosom 22. Hal ini mengakibatkan distribusi kromosom pada waktu pembelahan
sel tidak merata. Beberapa hal yang dapat menyebabkan hal ini terjadi antara
lain :
a. Genetik, peningkatan resiko
berulang pada keluarga dengan penderita down syndrome
b. Radiasi, yang terjadi di daerah
perut ibu sebelum melakukan konsepsi yang mempengaruhi terhadap jumlah kromosom
ibu.
c. Umur ibu, yaitu ibu yang
mendekati masa menopause lebih besar terkena resiko down syndrome pada anak
yang dikandungnya.
- Mozaikisme
Sama seperti non disjunction,
pnyebab utamanya adalah karena distribusi kromosom tidak merata saat terjadi
pembelahan sel. Perbedaannya pada mozaikisme, distribusi kromosom tadi terjadi
setelah pembuahan normal dan tidak disebabkan oleh faktor herediter sehingga
tidak semua gejala down syndrome akan terlihat, tergantung dari banyaknya sel
yang normal dalam tubuh.
- Translokasi
Translokasi dapat diturunkan
secara herediter. Kebanyakan adalah translokasi Robertsonian, yaitu adanya
pelekatan lengan panjang kromosom 14, 21, atau 22. Translokasi kromosom 21 ke
dalam kromosom lainnya atau translokasi dalam bentuk bergandengan sangat
panjang.
C. Penyebab
Down
Syndrome disebabkan adanya gangguan pada kromosom ke-21. manusia memiliki 23
pasang kromosom. Tapi pada anak down syndrome, kromosom mereka yang ke-21 tidak
sepasang (dua) melainkan tiga kromosom (trisomi). Jadi dengan kata lain down
syndrome adalah gangguan genetik. Jumlah seluruh kromosom mencapai 47 buah.
Akibatnya, terjadi gangguan sistem metabolisme di dalam sel .
Hubungan seks (coitus) yang dilakukan saat
pasangan atau salah satu pasangan stres, bisa menghasilkan keturunan (anak)
yang kelak mengidap down syndrome. Hipotesa itu diungkapkan ahli
penyakit down syndrome Dr. Dadang Syarief Effendi "Pada saat coitus
atau hubungan seks dimungkinkan terjadi pembuahan. Namun, jika hubungan seks
dilakukan dalam kondisi stres, pada saat pembuahan proses pembelahan kromosom
terjadi secara tidak sempurna. Secara normal, manusia memiliki 23 pasang
kromosom. Pada penderita down syndrome, kromosom nomor 21 membelah
menjadi tiga bagian (trisomi). Padahal pada mutasi yang normal, kromosom
tersebut seharusnya membelah menjadi dua bagian," katanya.
Selain stres, melahirkan di usia tua juga bisa
menyebabkan anak yang dilahirkan mengidap down syndrome. Mutasi gen pada
saat sperma dan ovum bertemu, menyebabkan hasil pembuahan terkena down
syndrome.
D. Karakteristik
1. Bagian belakang kepala rata (Flattening
of the back of the head),
2. Mata sipit karena adanya
tambahan lipatan kulit sepanjang kelopak mata,
3. Alis mata miring (slanting of the
eyelids),
4. Telinga lebih kecil, sehingga
mudah terserang infeksi
5. Mulut yang mungil, lidah
tebal dan pangkal mulut yang cenderung dangkal. Di samping itu, otot mulut
mereka juga kerap lemah, sehingga menghambat kemampuan bicara. Pertumbuhan gigi
geligi mereka pun lambat dan tumbuh tak beraturan. Gigi yang berantakan ini
juga menyulitkan pertumbuhan gigi permanen.
6. Otot lunak,
7. Persendian longgar (loose
ligament),
8. Tangan mungil ruas jari
kelingking mereka kadang tumbuh meiring atau malah tidak ada sama sekali
9. Di telapak tangan mereka
terdapat garis melintang yang disebut simian crease
10. Kaki yang mungil, simian
crease juga terdapat di kaki mereka, yaitu di telunjuk dan ibu jari yang
cenderung lebih jauh dari pada kaki orang normal. Keadaan telunjuk dan ibu jari
yang berjauhan itu disebut juga sandal foot.
11. Hidung mereka cenderung
lebih kecil dan datar. Ini tak jarang diikuti dengan saluran pernapasan yang
kecil pula, sehingga mereka sering kesulitan bernapas
12. Rambut mereka lemas,
tipis, dan jarang
TREATMENT SINDROM
DOWN
1. Mengajarkannya ketrampilan untuk
merawat diri sehingga mereka menjadi mendiri
2.
Melakukan kegiatan atau permainan bahasa yang dapat
menarik perhatian mereka
3. Memilih alat permainan sesuai tahap
perkembangan anak-anak
4. Senam otak adalah sejenis
kegiatan therapy berbentuk senam yang ditujukan untuk memberikan
kondisi relaksasi pada otak. Pada umumnya senam otak hanyalah gerakan-gerakan
sederhana yang bisa dilakukan agar otak menjadi lebih rileks.
KESIMPULAN
Retardasi Mental (Mental Retardation/Mentally Retarded)
berarti terbelakang mental. Down syndrome adalah kelainan dengan ciri dan
karakteristik fisik antara lain bagian belakang kepala rata (flattening of the back of the head),
mata sipit karena adanya tambahan lipatan kulit sepanjang kelopak mata, alis
mata miring (slatning of the eyelids),
telinga lebih kecil, mulut yang mungil,otot lunak, persendian longgar (loose ligament) dan tangan serta kaki
mungil.
Down Syndrome disebabkan adanya
gangguan pada kromosom ke-21. manusia memiliki 23 pasang kromosom. Tapi pada
anak down syndrome, kromosom mereka yang ke-21 tidak sepasang (dua) melainkan
tiga kromosom (trisomi). Jadi dengan kata lain down syndrome adalah gangguan
genetik. Jumlah seluruh kromosom mencapai 47 buah. Akibatnya, terjadi gangguan
sistem metabolisme di dalam sel
Abnormalitas kromosom yang paling
umum memnyebabkan retardasi mental adalah down syndrome. Anak-anak down
syndrome menderita berbagai defisit dalam belajar dan perkembangan. Anak-anak
ini mengalami defisit memori, khususnya untuk informasi ynag ditampilkan secara
verbal. Sehingga sulit untuk belajar di sekolah. Mereka juga mengalami
kesulitan mengikuti instruksi dari guru, dan mengekspresikan pemikiran dan
kebutuhan mereka dengan jelas secara verbal dengan pendidikan yang tepat dan
dukungan yang baik mereka dapat belajar membaca, menulis, dan mengerjakan tugas
aritmatika sederhana.
SARAN
1. bagi orang tua yang memiliki
anak Down Syndrome dan retardasi mental tidak perlu malu menerima keadaan
anaknya dan mengusahakan konsultasi dengan pihak yang berkompeten agar dapat
memberikan pendidikan yang tepat dan dukungan yang baik bagi anak.
2. Menerapkan terapi yang tepat
untuk tumbuh kembang anak yang optimal meski memiliki kebutuhan khusus.
Daftar Pustaka
Rathus, S.A., Nevid, J.J. 2005. Abnormal Psychology.
New Jersey: Prentice Hall, Englewood Cliffs.
The Arc of the United States. 2004. Mental
Retardation http://www.nichcy.org/pubs/factshe/fs8txt.htm. Diakses tanggal 26 September
2007
Down Syndrome. http://www.kidshealth.org/parent/medical/genetic/down_syndrome.html.
dfiakses tanggal 27 September 2007
Sekian dan Terima kasih...