Hai
semua.. kalian pasti sudah mengerti tentang psikologikan? Dan psikologi itu
mempunyai banyak terapi yang dapat digunakan untuk membantu orang-orang yang
membutuhkan secara psikis, salah satunya adalah terapi Rational Emotif
Therapy. Sekarang
saya akan membahas terapi tersebut.
Teori
Ret menggunakan pendekatan rasional emotif yaitu berdasarkan teori
Albert Ellis bahwa ada tiga pilar yang membangun tingkah laku individu dengan
ABC. A adalah activating experiences
atau pengalaman-pengalaman pemicu, seperti kesulitan-kesulitan keluarga,
kendala-kendala pekerjaan, trauma-trauma masa kecil, dan hal-hal lain yang kita
anggap sebagai penyebab ketidakbahagiaan. B adalah beliefs, yaitu keyakinan-keyakinan, terutama yang bersifat
irasional dan merusak diri sendiriyang merupakan sumber ketidakbahagiaan. Dan C
adalah consequence, yaitu
konsekuensi-konsekuensi berupa gejala neurotik dan emosi-emosi negatif seperti
panik, dendam dan amarah karena depresi yang bersumber dari keyakinan-keyakinan
yang keliru. Walaupun pemicunya adalah pengalaman-pengalaman nyata dan memang
benar-benar menyebabkan penderitaan, namun sesungguhnya keyakinan irasional
yang memperumit dan memperbesar persoalan. Ellis menambahkan D dan E untuk
rumus ABC ini. Seorang terapis harus melawan (dispute; D) keyakinan-keyakinan irasional itu agar kliennya dapat
menikmati dampak-dampak, (effect: E)
psikologis positif dari keyakinan-keyakinan yang rasional. Ada beberapa jenis
“pikiran-pikiran yang keliru” yang biasnya diterapkan orang, diantaranya:
1.
Mengabaikan
hal-hal yang positif
2.
Terpaku
pada yang negatif, dan akhirnya
3.
Terlalu
cepat menggeneralisasi.
Secara ringkas, Ellis mengatakan bahwa ada tiga keyakinan
irasional:
1.
“Saya
harus punya kemampuan sempurna, atau saya akan jadi orang yang tidak berguna”.
2.
“Orang
lain harus memahami dan mempertimbangkan saya, atau mereka akan menderita”.
3.
“Kenyataan
harus memberi kebahagiaan pada saya, atau saya binasa”.
Ellis juga menegaskan
bahwa betapa pentingnya kerelaan menerima “kerelaan diri sendiri”. Dia
mengatakan dalam terapi RET, tidak seorang pun yang akan disalahkan,
dilecehkan, apalagi dihukum atas keyakinan atau tindakan mereka yang keliru.
Kita harus menerima diri sebagaimana adanya, menerima sebagaimana apa yang kita
capai dan hasilkan.
Menurut Ellis, memang
ada alasan-alasan tertentu kenapa orang mengedepankan diri atau egonya, yaitu
kita ingin menegaskan bahwa kita hidup dan dalam keadaan baik-baik saja, kita
ingin menikmati hidup, dan lain sebagainya. Akan tetapi, jika hal ini dilihat
lebih jauh lagi, ternyata mengedepankan diri atau ego sendiri malah menyebabkan
ketidaktenangan, seperti yang diperlihatkan oleh keyakinan-keyakinan irasional
berikut ini:
Aku ingin punya kelebihan
atau tak berguna.
Aku ini harus dicintai atau
orang yang selalu diperhatikan.
Aku harus abadi.
Aku harus jadi orang baik
atau orang jahat.
Aku harus membuktikan diriku.
Aku harus mendapatkan apa
pun yang saya inginkan.
Ellis berpendapat
bahwa evaluasi diri yang keterlaluan akan menyebabkan depresi dan represi,
sehingga orang akan mengingkari perubahan. Yang harus dilakukan manusia demi
kesehatan jiwanya adalah berhenti menilai-nilai diri sendiri (dalam George.
1997).
Rancangan
Intervensi Rational Emotif Therapy
Materi
|
Rincian Kegiatan dan Tujuan
|
a. Asertive adaptif
b. Bermain Peran
c. Imitasi
d. Reinforcement
e. Sosial Modeling
f. Home Work Assigments
g. Latihan Assertive
|
a. Melatih, mendorong dan membiasakan subjek untuk secara terus menerus
menyesuaikan dirinya dengan tingkah laku yang diinginkan. Latihan-latihan
yang diberikan bersifat pendisiplinan diri subjek.
b. Subjek diajak untuk dapat mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang
menekannya (perasaan-perasaan yang negatif) melalui suatu suasana yang
dikondisikan sedemikian rupa sehingga subjek dapat secara bebas mengungkapkan
dirinya sendiri melalui peran tertentu.
c. Subjek diajak untuk menirukan
secara terus-menerus suatu model tingkah laku tertentu dengan maksud untuk
menghadapi dan menghilangkan tingkah lakunya sendiri yang negatif
d. Mendorong subjek ke arah tingkah laku yang lebih rasional dan logis
dengan cara memberikan pujian verbal (reward) ataupun hukuman (punishment).
Bertujuan untuk membongkar sistem nilai dan keyakinan yang irrasional pada
diri subjek dan menggantinya dengan sistem nilai yang positif. Dengan
memberikan reward ataupun punishment, maka subjek akan menginternalisasikan
sistem nilai yang diharapkan kepadanya.
e. Diberikan untuk membentuk tingkah laku-tingkah laku baru pada subjek dan
agar subjek dapat hidup dalam suatu model sosial yang diharapkan dengan cara
imitasi (meniru), mengobservasi, menyesuaikan dirinya, dan
menginternalisasikan norma-norma dalam sistem model sosial dengan masalah
tertentu yang telah disiapkan oleh peneliti. Sehingga pada saat subjek
menghadapi permasalahan yang sebenarnya, subgjek dapat menganalisanya dengan
menyesuaikan dirinya terhadap tingkah laku tertentu.
f. Subjek melaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah untuk melatih,
membiasakan diri, dan mengginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntut
pola tingkah laku yang diharapkan. Dengan tugas-tugas rumah yang diberikan,
subjek diharapkan dapat mengurangi atau menghilangkan ide-ide dan
perasaan-perasaan yang tidak rasional dan tidak logis dengan mempelajari
bahan-bahan tertentu yang ditugaskan untuk mengubah aspek-aspek kognisinya
yang keliru, dan mengadakan latihan-latihan tertentu berdasarkan tugas yang
diberikan. Tugas ini dilakukan bertujuan untuk membina dan mengembangkan
sikap-sikap tanggung jawab,
kepercayaan diri sendiri serta kemampuan untuk pengarahan diri, pengelolaan
diri subjek dan untuk mengurangi ketergantungannya pada peneliti.
g. Dilakukan untuk melatih keberanian subjek dalam mengekspresikan tingkah
laku-tingkah laku teertentu yang diharapkan melalui bermain peran, latihan,
ataupun meniru mdel-model sosial. Tujuan latihan assertive yang utama adalah:
1.
Mendorong kemampuan subjek mengekspresikan
berbagai hal yang berhubungan dengan emosinya.
2.
Membangkitkan kemampuan subjek dalam
mengungkapkan hak asasinya sendiri tanpa menolak atau memusuhi hak asasi
orang lain.
3.
Mendorong subjek untuk meningkatkan
kepercayaan diri dan kemampuan diri subjek.
4.
Meningkatkan kemampuan untuk memiliki
tingkahlaku-tingkah laku asertif yang cocok untuk diri sendiri.
|
DAFTAR PUSTAKA
Arif,
Iman Setiadi, M.Si., psi. 2006. Dinamika
kepribadian gangguan dan terapi. Bandung : PT. Refika Aditama.
Broeree, Dr. C. George. Personality
theories melacak kepribadian anda bersama psikolog dunia. Yogyakarta:
Prismaophie
Corey,
Gerald. 1995. Teori praktek konseling dan
psikoterapi. Refika Aditama, PT, Bandung
Davison,
G, C. 2006. Psikologi abnormal. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada
DSM IV – TR. Diagnostic ans
statistical manual of mental disorders
text revision.
Maslim.
2001. Diagnosis gangguan jiwa, rujukan ringkasan
PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya
Wiramihardja, Prof.Dr. Sutardjo. A, Psi. 2007. Pengantar psikologi klinis. PT. Refika Aditama. Bandung