Hai semua.. apa kabar? Kali ini saya ingin membicarakan tentang kepemimpinan. Melihat keadaan negara kita yang akhir-akhir ini mengalami kemunduran dalam kepemimpinan dimana banyak para pejabat yang menyalahgunakan kepemimpinannya. Banyak kasus korupsi dimana-mana, tidak amanah dalam menjalankan tugas, sering meinggalkan rapat dengan segala macam alasan dan masih banyak lagi yang pemimpin lakukan tidak sesuai dengan jiwa seorang pemimpin. Nah oleh dari ini alangkah baiknya kita mempelajari makna kepemimpinan itu dulu dengan harapan agar para calon pemimpin nanti dapat menjadi pemimpin yang terbaik dari pemimpin sebelumnya.
Secara etimologi pemimpin berasal dari
kata pimpin yang berarti kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi
dan menggerakan orang-orang sedemikian rupa untuk memperoleh kepatuhan,
kepercayaan, respek dan kerjasama secara loyal untuk menyelesaikan suatu tugas.
Menurut Sarros dan Butchatsky (1996),
Menurut definisi tersebut kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu
perilaku dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para anggota
kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat
individu dan organisasi.
Kepemimpinan adalah proses ketika seorang
atasan mendorong bawahannya untuk berperilaku sesuai dengan keinginannya.
Karena kepemimpinan adalah fenomena kompleks yang melibatkan pemimpin para
pengikut, dan situasi. Di dalam kepemimpinan memusatkan perhatiannya pada
kepribadian, karakter fisik, atau perilaku si pemimpin, sementara yang lain
mempelajari hubungan antara para pemimpin dan pengikutnya, dan mempelajari cara
aspek situasi dapat mempengaruhi para pemimpin tersebut bertindak.
Kepemimpinan melibatkan sisi rasional dan
emosional dalam pengalaman hidup manusia. Kepemimpinan meliputi sejumlah
tindakan dan pengaruh yang didasari oleh alasan dan logika serta inspirasi dan
panggilan jiwa. Setiap orang memiliki pikiran, perasaan, harapan, mimpi,
kebutuhan, ketakutan, tujuan, ambisi, kekuatan, dan kelemahan yang
berbeda-beda., sehingga situasi kepemimpinan bisa menjadi sangat kompleks. Jadi
para pemimpin dapat menggunakan teknik rasional dan daya tarik emosional untuk
memengaruhi pengikut-pengikutnya, tetapi mereka harus menimbang konsekuensi
logis dan emosional yang dapat timbul dari tindakan-tindakan mereka.
Pemimpin yang memiliki beberapa karakter,
nilai, atau perilaku tertentu akan lebih mudah melakukan beberapa perilaku
kepemimpinan dibanding yang lainnya. Karena perilaku berada dibawah kendali
sadar, kita selalu bisa mengubah perilaku kita sebagai pemimpin bila kita mau.
Pengikut dan situasi merupakan dua faktor besar lain yang perlu dipertimbangkan
saat mengevaluasi perilaku kepemimpinan. Maka demikian pengikut dan faktor situasional
dapat membantu menentukan perilaku kepemimpinan “buruk” atau “baik”. misalnya
seorang pemimpin memberikan instruksi yang sangat terperinci dalam cara
menyelesaikan sebuat tugas kepada kelompok pengikutnya. Bila pengikutnya adalah
orang baru dalam organisasi atau tidak pernah melakukan tugas ini sebelumnya,
instruksi yang terperinci mungkin akan membantu pemimpin mendapatkan hasil yang
lebih baik dari semuanya. Tetapi, bila pengikutnya adalah orang yang sudah
berpengalama, prilaku kepemimpinan yang sama kemungkinan akan berefek negatif.
Macam-macam
Teori Kepemimpinan
1.
Teori Kepemimpinan Sifat (Trait
Theory)
Analisis ilmiah tentang kepemimpinan
berangkat dari pemusatan perhatian pemimpin itu sendiri. Teori sifat berkembang
pertama kali di Yunani Kuno dan Romawi yang beranggapan bahwa pemimpin itu
dilahirkan, bukannya diciptakan yang kemudian teori ini dikenal dengan “the
greatma theory”.
Sesuai
dengan namanya, maka teori ini mengemukakan bahwa efektivitas kepemimpinan
sangat tergantung pada kehebatan karakter pemimpin. “Trait” atau sifat-sifat
yang dimiliki antara lain kepribadian, keunggulan fisik dan kemampuan social.
Penganut teori ini yakin dengan memiliki keunggulan karakter di atas, maka
seseorang akan memiliki kualitas kepemimpinan yang baik dan dapat menjadi
pemimpin yang efektif. Karakter yang harus dimiliki oleh seseorang menurut
Judith R. Gordon mencakup kemampuan yang istimewa dalam (1) Kemampuan
Intelektual (2) Kematangan Pribadi (3) Pendidikan (4) Status Sosial dan Ekonomi
(5) “Human Relations” (6) Motivasi Intrinsik dan (7) Dorongan untuk maju
(achievement drive).
2. Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi
Berdasarkan penelitian, perilaku seorang
pemimpin yang mendasarkan teori ini memiliki kecenderungan kearah dua hal :
Pertama Konsiderasi yaitu kecenderungan pemimpin yang menggambarkan
hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal ini seperti:
membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi
dengan bawahan.
Kedua struktur inisiasi yaitu kecenderungan seorang
pemimpin yang memberikan batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat
dilihat, bawahan mendapat instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana
pekerjaan dilakukan, dan hasil apa yang akan dicapai.
Jadi berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana
seorang pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan
terhadap hasil yang tinggi juga.
Kemudian juga timbul teori kepemimpinan situasi dimana seorang pemimpin
harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus bersifat fleksibel,
sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.
3. Teori kontingensi
Mulai berkembang tahun 1962, teori ini menyatakan bahwa tidak ada satu
sistem manajemen yang optimum, sistem tergantung pada tingkat perubahan
lingkungannya. Sistem ini disebut sistem organik (sebagai lawan sistem
mekanistik), pada sistem ini mempunyai beberapa ciri:
§
Substansinya adalah manusia bukan tugas.
§
Kurang menekankan hirarki
§
Struktur saling berhubungan, fleksibel, dalam bentuk
kelompok
§
Kebersamaan dalam nilai, kepercayaan dan norma
§
Pengendalian diri sendiri, penyesuaian bersama
4. Teori Behavioristik
Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu
hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental.
Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat
dan perasaan individu dalam suatu belajar. Pendekatan ini menekankan bahwa
manajemen yang efektif bila ada pemahaman tentang pekerja – lebih berorientasi
pada manusia sebagai pelaku.
Mengacu pada keterbatasan peramalan efektivitas kepemimpinan melalui
teori “trait”, para peneliti pada era Perang Dunia ke II sampai era di awal
tahun 1950-an mulai mengembangkan pemikiran untuk meneliti “behavior” atau
perilaku seorang pemimpin sebagai cara untuk meningkatkan efektivitas
kepemimpinan. Fokus pembahasan teori kepemimpinan pada periode ini beralih dari
siapa yang memiliki kemampuan memimpin ke bagaimana perilaku seseorang untuk
memimpin secara efektif (Yukl, 2005).
5. Teori Humanistik
Teori ini lebih menekankan pada prinsip kemanusiaan. Teori humanistik biasanya dicirikan dengan adanya
suasana saling menghargai dan adanya kebebasan.
Teori Humanistik dengan para pelopor Argryris,
Blake dan Mouton, Rensis Likert, dan Douglas McGregor. Teori ini secara umum berpendapat, secara alamiah manusia
merupakan “motivated organism”. Organisasi
memiliki struktur dan sistem kontrol tertentu. Fungsi dari kepemimpinan adalah
memodifikasi organisasi agar individu bebas untuk merealisasikan potensi
motivasinya didalam memenuhi kebutuhannya dan pada waktu yang sama sejalan
dengan arah tujuan kelompok. Apabila dicermati, di dalam Teori
Humanistik, terdapat tiga variabel pokok, yaitu:
(1) kepemimpinan yang sesuai dan memperhatikan hati nurani anggota dengan
segenap harapan, kebutuhan, dan kemampuan-nya
(2) organisasi yang disusun dengan baik agar tetap relevan dengan
kepentingan anggota disamping kepentingan organisasi secara keseluruhan.
(3) interaksi yang akrab dan harmonis antara pimpinan dengan anggota untuk
menggalang persatuan dan kesatuan serta hidup damai bersama-sama. Blanchard,
Zigarmi, dan Drea bahkan menyatakan, kepemimpinan
bukanlah sesuatu yang Anda lakukan terhadap orang lain, melainkan sesuatu yang
Anda lakukan bersama dengan orang lain (Blanchard & Zigarmi, 2001).
GAYA KEPEMIMPINAN
Ada beberapa gaya kepemimpinan dari
masing-masing pemimpin yaitu terdiri atas :
a. Tipe instruktif
tipe ini ditandai dengan adanya
komunikasi satu arah. Pemimpin membatasi peran bawahan dan menunjukkan kepada
bawahan apa, kapan, di mana, bagaimana sesuatu tugas harus dilaksanakan.
Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan semata-mata menjadi wewenang
pemimpin, yang kemudian diumumkan kepada para bawahan. Pelaksanaan pekerjaan
diawasi secara ketat oleh pemimpin.
Ciri-cirinya :
1.
Pemimpin memberikan pengarahan tinggi dan rendah
dukungan.
2.
Pemimpin memberikan batasan peranan bawahan.
3.
Pemimpin memberitahukan bawahan tentang apa, bilamana,
dimana, dan bagaimana bawahan melaksanakan tugasnya.
4.
Inisiatif pemecahan masalah dan pengambilan keputusan
semata-mata dilakuakn oleh pemimpin.
5.
Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan diumumkan
oleh pemimpin, dan pelaksanaannya diawasi secara ketat oleh pemimpin
b. Tipe konsultatif
Kepemimpinan tipe ini masih memberikan
instruksi yang cukup besar serta penetapan keputusan-keputusan dilakukan oleh
pemimpin. Bedanya adalah bahwa tipe konsultatif ini menggunakan komunikasi dua
arah dan memberikan suportif terhadap bawahan mendengar keluhan dan perasaan
bawahan tentang keputusan yang diambil. Sementara bantuan ditingkatkan,
pengawasan atas pelaksanaan keputusan tetap pada pemimpin.
Ciri-cirinya :
1.
Pemimpin memberikan baik pengarahan maupun dukungan
tinggi.
2.
Pemimpin mengadakan komunikasi dua arah dan berusaha
mendengarkan perasaan, gagasan, dan saran bawahan.
3.
Pengawasan dan pengambilan keputusan tetap pada
pemimpin.
c. Tipe partisipatif
sebab kontrol atas pemecahan masalah dan pengambilan keputusan seimbang
antara pemimpin dan bawahan, pemimpin dan bawahan sama-sama terlibat dalam
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Komunikasi dua arah makin
bertambah frekuensinya, pemimpin makin mendengarkan secara intensif terhadap bawahannya.
Keikutsertaan bawahan untuk memecahkan masalah dan mengambil keputusan makin
banyak, sebab pemimpin berpendapat bahwa bawahan telah memiliki kecakapan dan
pengetahuan yang cukup luas untuk menyelesaikan tugas.
Ciri-cirinya :
1. Pemimpin memberikan dukungan tinggi
dan sedikit/rendah pengarahan.
2. Posisi kontrol atas pemecahan masalah
dan pengambilan keputusan dipegang secara berganti antara pemimpin dan bawahan.
3. Komunikasi dua arah ditingkatkan.
4. Pemimpin mendengarkan bawahan secara
aktif.
5. Tanggung jawab pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan sebagian besar pada bawahan.
d. Tipe delegatif
sebab pemimpin mendiskusikan masalah-masalah yrng dihadapi dengan para
bawahan dan selanjutnya mendelegasikan pengambilan keputusan seluruhnya kepada
bawahan. Selanjutnya menjadi hak bawahan untuk menentuykan bagaimana pekerjaan
harus diselesaikan. Dengan demikian bawahan diperkenankan untuk menyelesaikan
tugas-tugas sesuai dengan keputusannya sendiri sebab mereka telah dianggap
memiliki kecakapan dan dapat dipercaya untuk memikul tanggung jawab untuk
mengarahkan dan mengelola dirinya sendiri.
Ciri-cirinya :
1.
Pemimpin memberikan maupun pengarahan sedikit/rendah.
2.
Peminpin mendiskusikan masalah bersama-sama dengan
bawahan sehingga tercapai kesepakatan tentang definisi masalah yang dihadapi.
3.
Pengambilan keputusan didelegasikan sepenuhnya kepada
bawahan.
4.
Bawahan memiliki kontrol untuk memutuskan tentang cara
melaksanaan tugas.
Itu tadi sedikit penjelasan tentang kepemimpinan semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Sekian dan terima kasih...
DAFTAR PUSTAKA
Ambarita Domu D. 2013. Jokowi Spirit Bantaran Kali Anyar.
Jakarta : PT. Elex Media Komputindo
Feist,
Jess. Gregory J. Feist. 2008. Theories of Personality (edisi keenam. Yogyakarta
: Pustaka Pelajar.
Fattah, Nanang, Landasan Manajemen
Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004.
Hill.
Mc Graw. 2012. Leadership. Jakarta :
Salemba Humanika.
Ivancevich, John, M, Konopaske, & Matteson.
2008. Perilaku dan Manajemen Organisasi. Jakarta : Erlangga.
Yukl, Gary. 2005. Kepemimpinan dalam Organisasi.
Edisi ke 5. Jakarta : Indeks
http://entertainment.kompas.com.