Hai semua.. saya ingin memaparkan mengenai keteraampilan konseling. Menjalin hubungan dengan klien adalah sangat
penting, karena hubungan dengan klien merupakan pusat dalam proses
konseling serta sangat dibutuhkan dalam mempelajari teknik konseling
sebagai upaya meningkatkan efektivitas proses konseling. Bruce
Hosking (1988) mengemukakan keterampilan-keterampilan dasar konseling
sebagai berkut: (1) memperhatikan klien, (2) membuka percakapan, (3)
membuka penjelasan dengan kata-kata sendiri, (4) merefleksikan
perasaan, (5) membuat ringkasan, (6) melakukan konfrontasi, (7)
mengidentifikasi perasan dan emosi, dan (8) mengintegrasikan bersama
berbagai keterampilan.
Hal-hal yan harus dilakukan dalam konseling adalah:
1. Pembukaan adalah ketrampilan membuka
atau memulai wawancara konseling dalam
hubungan konseling.
a.
Penyambutan
secara
lisan, misalnya memberi atau menjawab
salam, mempersilahkan duduk, menyebut nama
konseli, rapport.
dengan tanpa lisan, misalnya segera membuka pintu setelah
mendengar ketukan pintu, menjabat tangan dengan
senyum ceria, mendampingi konseli menuju
tempat duduk. Topic netral, berupa
pembicaraan yang bersifat umum dan tidak
menyinggung perasaan konseli (misalnya:
berupa kejadian-kejadian hangat, hobi, gambar, keluarga)
Opening dalam kegiatan konseling disebut juga dengan teknik
rapport. Teknik ini berarti suatu
kondisi saling memahami mengenai tujuan
bersama. Tujuan utama teknik rapport adalah untuk
menjembatani huhungan antara konselor dengan konseli.
Untuk membangun hubungan sehingga tercipta suasana
hubungan yang akrab yang ditandai
dengan saling mempercayai.
Hal
yang perlu dilakukan diawal adalah menunjukka adanya penerimaan.
Acceptance merupakan teknik yang digunakan konselor unluk
menunjukkan minat dan pemahaman terhadap hal-hal yang dikemukakan
konseli. Acceptance atau penerimaan artinya menerima apa
adanya, menerima pribadi klien sebagai suatu keseluruhan.Sebaliknya
membenarkan (menyetujui) atau tidak menyetujui segi-segi kepribadian
atau kelakuan seorang klien, bukan merupakan bentuk penerimaan.
Ada
dua bentuk Acceptance, yaitu
- Lisan / Verbal
Bentuk Panjang
- Saya memahami…
- Saya mengerti……
- Saya dapat merasakan…
- dll
- Bentuk Pendek
Seperti:
teruskan. ….., terus, oh…..ya, dll
Catatan:
Kata-kata perasaan ini penggunaannya disesuiakan dengan isi pesan
yang diungkapkan klien
- Non verbal
Bahasa
tubuh (postur): misalnya cara duduknya…
Gestural
( ekspresi wajah, anggukkan kepala, gerakan tangan…)
Hal ini bertujuan untuk menunjukkan
kedekatan daripada sikap dan menunjukkan tingkat keterbukaan dan
ketulusan hati konselor. Untuk membangun hubungan
lebih dekat dengan konseli sehingga tercipta suasana
hubungan yang akrab yang ditandai
dengan saling mempercayai.
2.
Keterampilan memperhatikan (attending
skills)
Keterampilan memperhatikan meliputi: posisi tubuh (postural
position), kontak mata (eye contact), dan mendengarkan
(listening).
a. Posisi tubuh (postural
position)
1) Duduk dengan badan menghadap klien
2) Posisi tangan di atas pangkuan tanpa kaku, artinya pelu dengan
gerakan-gerakan tengan yang menhikuti komunikasi verbal
3) Duduk dengan kepala tegak tetapi tidak kaku dan badan agak condong
kearah klien untuk menunjukkan konselor “bersama klien”
4) Ekspresi muka yang ekspresif, misalnya senyum secara spontan atau
mengangguk tanda menegrti/setuju dan menggeleng tanda kurang
mengerti.
b. Kontak mata (eye
contact)
1) Memandang klien secara sekilas dan spontan yang menunjukkan
perhatian dan keinginan untuk berespon
2) Memandang klien pada saat klien berbicara
c. Mendengarkan (Listening)
1) Memelihara perhatian penuh terhadap klien
2) Mendengarkan semua apa yang dikemukakan
3) Mendengarkan klien dalam keseluruhan pribadinya: kata-kata,
perasaan, dan perilakunya
4) Berespons dengan baik terhadap apa yang dikatakan
klien setelah ia selesia bercerita dan tidak
melompat ke topik yang lain.
3.
Keterampilan membuka percakapan (open
invitation to talk)
Keterampilan ini meliputi: pertanyaan-pertanyaan open-ended yang
memungkinkan jawaban baru yang lain, dan rangsangan minimal untuk
berbicara. Diawal pembicaraan, konselor padat
mengeksplorasi percakapan. Exporation (Eksplorasi)
Adalah suatu ketrampilan konselor untuk menggali perasaan
pengalaman, dan pikiran konseli. Ada
3 jenis eksplorasi:
(1)
eksplorasi perasaan, yaitu ketrampilan untuk
menggali perasaan konseli yang tersimpan.
Misalnya: “Bisakah Anda menjelaskan apa perasaan bingung
yang dimaksudkan (2) Eksplorasi
pengalaman, yaitu ketrampilan konselor untuk
menggali pengalaman-pengalaman yang dilalui oleh konseli. Misalnya:
“Saya terkesan dengan pengalaman yang Anda
lalui. Namun saya ingin memahami lebih
jauh tentang pengalaman tersebut dan pengaruhnya terhadap
pendidikan Anda”.
(3) Eksplorasi pikiran, yaitu ketrampilan konselor untuk
menggali ide, pikiran dan pendapat konseli Misalnya: “ Saya
yakin Anda dapat menjelaskan lebih jauh ide Anda tentang sekolah
sambil bekerja”. “Saya kira pendapat
Anda mengenai hal ini baik sekali.
Dapatkan Anda menguraikan lebih lanjut?”.
menggali perasaan pengalaman, dan pikiran konseli karena
kebanyakan konseli menyimpan rahasia batin, menutup diri,
atau tidak mampu mengemukakan pendapatnya
dengan terus terang.. Mungkin dia hadir dengan terpaksa,
sehingga enggan untuk mengemukakan perasaan atau pikirannya.
dapat digunakaan pada sesi tengah atau akhir dan menyesuaikan
percakapan.
Selanjutnya konselor dapat melakukan Focusing
(Pemusatan). Pemusatan adalah
ketrampilan konselor yang memungkinkan
mengarahkan arus pembicaraan konseli ke
arah daerah atau bidang yang konselor
inginkan. Ada beberapa focusing yang
dapat dilajkukan oleh konselor, yaitu:
Pemusatan
terarah kepada:
a)
Klien: ”Tom, Anda mengatakan bahwa Anda mengkhawatirkan masa
depan Anda mengenai…..”
b)
Tema atau masalah: “ Ceritakanlah lebih lanjut mengenai
ketidakberhasilan Anda, Bagaimana hal itu bisa terjadi?”.
c)
Konteks lingkungan/cultural: “Sekarang angka
pengganguran sangat tinggi. Dalam keadaan
ini jenis pekerjaan apa yang mungkin
masih terbuka untuk Anda?”.
d)
Orang lain: “ Roni telah membuat
kamu menderita. Terangkan tentang dia,
dan apa yang telah dilakukannya?”.
e)
Topik: “Pengguguran kandungan?”. Kamu
memikirkan aborsi?” Sebaiknya pikirkan masak-masak dengan
berbagai pertimbangan!”.
Focusing dapat
membantu konseli untuk memusatkan perhatian
pada pokok pembicaraan. dapat
digunakaan pada sesi tengah atau akhir dan menyesuaikan percakapan.
Konselor juga dapat melakukan
Directing (Mengarahkan).
Directing adalah suatu ketrampilan konseling
yang mengatakan kepada konseli agar dia
berbuat sesuat, atau dengan kata lain
mengarahkannya agar melakukan sesuatu.
Misalnya meminta konseli untuk bermain peran dengan konselor,
atau mengkhayalkan sesutau.
Misalnya:
Konseli
: “ ayah saya sering marah-marah
tanpa sebab, saya tidak dapat lagi
menahan diri. Akhirnya terjadi pertengkaran sengit”.
Konselor:
“
Dapatkah
Anda memerankan di depan saya bagaimana sikap dan kata-kata
ayah
Anda jika memarahi Anda?”.. Memberikan
arahan kepada konseli agar lebih memahami masalhah yang di hadapi.
dapat digunakaan pada sesi tengah atau akhir dan menyesuaikan
percakapan
Selain itu konselor harus dapat memberikan
saran. Advice adalah ketrampilan konselor
untk memberikan informasi/nasehat
kepada
konseli agar ia menjadi lebih
jelas/lebih pasti mengenai apa yang
hendak dilakukan. Ada 3 jenis Advice
, yaitu:
(1)
direct advice, diberikan jika konseli tidak tahu sama
sekali, atau pemberian nasehat secara langsung bagi permintaan
konseli berupa fakta, yang dia sama sekali tidak mempunyai informasi
tentang hal itu. Misalnya konseli menanyakan suatu
informasi yang tidak diketahuinya kepada
konselor dan kebetulan konselor tidak
tahu, misalnya informasi mengenai kegiatan
ekstrakurikuler, maka respon konselor: “Kebetulan ibu tidak tahu
mengenai informasi itu, maka sebaiknya Anda
datang langsung kesekretariat kegiatan
ekstra yang Anda maksudkan”.
(2)
persuasive advice atau nasehat persuasive,
diberikan jika konseli sudah mengetahui alasan-alasan
logis atas rencananya. Misalnya konseli
menceritakan mengenai keadaannya,
bahwa dia tidak kerasan
tinggal
ditempat kosnya karena dia tidak bisa
konsentrasi belajar, dengan mengemukakan berbagai alasan,
maka respon konselor: “Berdasarkan alasan-alasan yang
anda kemukakan maka bagus, bila
rencana itu dilaksanakan”.
(3) alternative advice atau nasehat
alternatif, diberikan setelah konseli mengetahui
kelebihan dan kelemahan dari setiap alternatif tindakan yang
akan diputuskan. diharapkan dari
advice ini adalah jika
advice diterapkan secara efektif dan
bekerjasama, konseli akan menggunakan
informasi baru untuk memikirkan perbuatan dengan
cara-cara baru pula. dapat digunakaan pada
sesi tengah atau akhir dan menyesuaikan percakapan.
4.
Keterampilan membuat penjelasan dengan kata-kata sendiri
(para-phrasing).
Paraphrasing adalah suatu keterampilan dasar komunikasi
untuk memperbaiki hubungan interpersonal antara konselor dengan
klien, dengan cara menangkap perasaaan dan ucapan-ucapan klien
serta mengungkapkan kembali hal-hal tersebut dengan
kata-kata sendiri kepada klien. Paraphrasing
yang baik mencakup pernyataan kembali pesan dasar klien secara
sama dengan kata-kata sederhana, yang ditandai dengan suatu kalimat
awal, seperti:
“Apakah yang anda katakan adalah……………?”
“Nampaknya yang anda katakan adalah………………….”
Pokok-pokok yang disarankan untuk paraphrasing:
a. Dengarkan secara teliti pesan dasar yang disampaikan klien
b. Nyatakan kembali kepada kien kesimpulan atau ringkasan singkat
dari pesan dasar yang dikemukakannya
c. Amatilah apakah klien memberikan respons yang tegas terhadap
paraphrase yang diberikan oleh konselor. Mintalah untuk
tegas.
5.
Keterampilan merefleksikan perasaan
(reflection of feeling)
Salah satu usaha untuk memelihara komunikasi dan untuk mendorong
pengungkapan perasaan klien, adalah dengan jalan melakukan refleksi
perasaan; di mana konselor berusaha meneruskan kepada klien apa
yang konselor pahami sendiri dari perasaan klien, yang juga untuk
memberikan penguatan terhadap kebebasan klien serta menghargai
ekspresi perasaan klien. Refleksi perasaan juga merupakan suatu
persecption check yang baik di mana melalui refleksi
perasaan klien, konselor mencoba untuk menghadapkan secara jelas
perasaan-perasaan klien dan dikembalikan kepada klien sendiri agar ia
dapat memahami lebih baik lagi perasaannya sendiri
.
Refleksi yang baik termasuk juga bagaimana pengamatan kita terhadap
perasaannya, tidak hanya merefleksikan apa yang klien ucapkan ettapi
juga bagaiman ia mengucapkannya. Dengan demikian, konselor tidak
hanya mencoba masuk ke dalam isi perasaan, tetapi juga harus mampu
membaca keseluruhan perasaan diri klien, baik ucapan, cara
mengkomunikasikannya secara verbal dan non-verbal.
Dari sini kemudian konselor merefleksikan kepada klien dalam suatu
bentuk yang sama dengan mengadakan paraphrase yang lebih
dekat dengan perasaan utama yang diungkapkan klien.
Merefleksikan perasan tidak semudah kalau merefleksikan isi. Jika
seorang konselor hanya merefleksikan isi. Maka sebenarnya konselor
belum dapat memahami makna pengalaman yang dialami kliennya.
Refleksi perasaan seperti:
a. Bahasa yang sesuai dengan tingkat pendidikan atau budaya klien
b. Tidak mencoba untuk merefleksikan setiap
hal
c. Berusaha mendalami perasaan klien dengan
dipersiapkan lebih dahulu
Reflection of Meaning (Pemantulan Makna ).Pemantulan
makna adalah konselor memantulkan berkenaan
dengan pikiran, perasaan dan sikap yang
ada di balik pengalaman hidup yang
dinyatakan konseli (dilihat dari perspektif konseli bukan
perspektif konselor).
Contoh
bentuk pemantulan makna Misalnya:
“
Apakah maknanya hal itu bagi Anda?”, , “Apakah nilai-nilai yang
ada di belakang tindakan Anda?”.
Dengan pemantulan makna maka konselor dapat mengharapkan
konseli untuk menggali lebih dalam
aspek-aspek dari pengalaman hidupnya.
Pada sesi tengah pada saat Bimbingan dan konseling atau kondisional
menyesuaikan ungkapan kata-kata oleh klien.
diharapkan bahwa konseli akan mendiskusikan
cerita, isu dan masalah secara lebih
dalam dengan menekankan pada makna,
nilai dan pemahaman yang mendalam di
balik cerita tersebut
Konselor juga dapat melakukan Clarification ,
adalah ketrampilan konselor mengungkapkan
kembali isi
prnyataan
kilen dengan menggunakan kata-kata konselor sendiri yang baru dan
segar. Bentuk kata Clarification biasanya didahului dengan kata-kata
pendahuluan, misalnya:
pada dasarnya …
pada pokoknya ……
pada intinya ………
untuk mengecek persepsi konselor sendiri, tujuannya untuk
meyakinkan bahwa konselor mengerti apa yang digambarkan konseli .
Pada sesi tengah pada saat Bimbingan dan konseling atau
kondisional menyesuaikan percakapan.
memberikan umpan balik kepada isi dari
pernyataan konseli dengan kata-kata yang
berbeda sehingga dapat menegaskan masalah.
Konselor juga dapat melakukan Restatement
(Pengulangan). restatement
adalah suatu ulangan dari pikiran atau
perasaan konseli yang penting yang
diungkapkan konseli sebelumnya.
Bentuk kata Restatement (Pengulangan)variatif menyesuaikan
konseli, sebagi contoh;
Conseli
: “Saya kalau membantu uang belum pernah.
Tapi waktu kami sehat saya sering memberi jajan dan temanku ini saya
ajak makan bersama. Tidak tegasaya makan sendiri di tempatnya,
sedangkan dia memang tidak mempunayi uang”
(kata
yang dianggap penting/ clue-nya :
Conselor: “Tidak tega?”.
untuk mengecek persepsi konselor sendiri, tujuannya
untuk meyakinkan bahwa konselor mengerti apa yang digambarkan konseli
dan bisa juga untuk merealisasikan komentar
konseli dengan mengulang apa yang telah
konseli katakan dalam cara-cara yang
lebih tepat. Pada sesi tengah pada
saat Bimbingan dan konseling atau kondisional menyesuaikan ungkapan
kata-kata oleh klien. memberikan
umpan balik kepada isi dari pernyataan
konseli dengan kata-kata yang berbeda
Konselor juga dapat melakukan Reassurance
adalah teknik yang dipergunakan untuk
memperkuat atau mendukung pernyataan positif
konseli agar iamenjadi lehih yakin dan
percaya diri. (a) Prediction
reassurance (penguatan prediksi), yaitu
penguatan yang dilakukan konselor terhadap
pernyataan konseli yang berisi rencana
positif yang akan dilaksanakan, Contoh:
”Bagus, apabila anda mau menolong
teman anda, kemungkinan besar mereka juga
akan menolong Anda”; Jika benar-benar
Anda lakukan rencana itu, ….maka” (prediksi).
(b)
Postdiction reassurance (penguatan postdiksi) yaitu penguatan
konselor lerhadap tingkah laku positif yang telah dilakukan klien dan
tampak hasilnya.
(c) Factual reassurance (penguatan faktual)
yaitu penguatan yang dipergunakan konselor
untuk mengurangi beban penderitaan
psikologis (pengalaman yang tidak menyenangkan)
konseli, karena pengalaman demikian tidak
hanya konseli sendiri yang mengalaminya, akan tetapi akan dialami
oleh semua orang. Penguatan ini lebih
bersifat menghibur konseli dengan tujuan agar beban
yang dialami oleh konseli menjadi berkurang. Contoh: Pada
saat konseli mengalami musibah, misalnya,
konselor dapat membantu meringankan beban
konseli dengan memberikan dukungan faktual
bahwa apa yang dialami konseli juga
dapat dialami oleh orang lain dan merasakan seperti
apa yang dirasakan konseli saat ini. konseli
akan mampu mengantisipasi secara
lebih baik konsekuensi dari perbuatan
dan perubahan pikiran, perasaan dan
perilakunya. Setidak-tidaknya konseli akan memahami
dampaknya bagi dirinya. dapat digunakaan
pada sesi tengah dan menyesuaikan percakapan.
6.
Keterampilan membuat ringkasan (summarizing)
Summarizing adalah suatu proses mengikat bersama hal-hal
yang diungkapkan klien ke dalam suatu pernyataan dengan beberapa ide
persasaan pada akhir dari suatu unit pembahasan atau akhir wawancara.
Bila kita melakukan summarizing, kita mencoba membuat:
rekapitulasi, kondensasi, kristalisasi, terhadap esensi dari apa-apa
yang dibicarakan.
Keterampilan summarizing, meliputi:
a. Perhatian terhadap apa yang dikatakan klien, yang selanjutnya
merupakan perluasan dari keterampilan paraphrase
b. Bagaimana ia mnegemukakan hal itu (feelings), yang
selanjutnya merupakan perluasan dari keterampilan “refleksi
perasaan”
c. Tujuan, waktu, dan efek dari pernyataan-pernyataan klien (proses),
yaitu suatu pernyataan dimana proses bantuan itu dimulai dan
berlangsung hingga akhir.
Beberapa petunjuk untuk summarizing:
a. Refleksikan pada bermacam-macam tema dan dengan nada suara
emosional sebagaimana klien mengucapkannya
b. Ambillah bersama klien persamaan dan ide-ide kunci ke dalam
pernyataan umum dari pengertian dasarnya
c. Jangan menambahkan ide baru dalam suatu summary
d. Putuskan jika hal itu sangat mmebantu anda sebagai konselor dan
nyatakan summary anda atau mintalah untuk memutuskannnya.
summary adalah teknik
yang dipergunakan konsetor
untuk menyimpulkan hal-hal yang dikomunikasikan selama
session bantuan dan hal-hal tersebut
merupakan bagian-bagian yang penting.
Summary dibedakan menjadi dua,
yaitu: (1) kesimpulan bagian, dan (2)
kesimpulan akhir. Kesimpulan bagian dibuat
pada percapakan konseli dan konseloryang
dipandang telah sampai pada titik
penting, dan dibuat dengan menggunakan
kata-kata, seperti: “untuk
sementara ini….”, “sejauh percakapan
kita ini…..”,“sampai saat ini…”.
Kesimpulan akhir dibuat setelah
konselor menganggap bahwa percapakan telah
sampai pada titik akhir Simpulan akhir
merupakan review dari keseluruhan wawancara pada
suatu sesi konseling. Dalam membuat kesimpulan akhir, biasanya
menggunakan kata-kata pendahuluan, seperti:“dari
awal dan akhir percakapan kita, maka
dapat disimpulkan….”, Summary
bermanfaat sangat penting bagi konselor
dan konseli, karena memberi kesempatan
berpartisipasi pada keduanya. Selain itu
summary sangat penting untuk mengakhiri satu bagian atau
bagian pertama yang kemudian dilanjutkan pada bagian
berikutnya dan juga memberikan kesempatan
bagi konselor untuk mendorong konseli mengutarakan
perasaannya mengenai proses konseling. dapat
digunakaan pada sesi tengah atau akhir dan menyesuaikan percakapan.
7.
Keterampilan melakukan konfrontasi (confrontation)
Konfrontasi: suatu teknik dalam wawancara konseling untuk
menghadapkan kepada klien pertimbangan yang agak bersifat
kontradiktif atau diskrepans dalam perilakunya, dengan
memberikan komentar konfrontatif. Komentar ini agak berbeda
dengan paraphrase dan refleksi perasaan, di mana
klien mempertimbangkan diskrepansi antar perilaku dan pernyataannya
sendiri berdasar komentar yang diberikan oleh konselor. Tujuan dari
keterampilan konfrontasi adalah menolong klien untuk menghancurkan
pertahanan yang ia latakkan dalam suatu medan komunikasi, sehingga ia
dapat meningkatkan suatu komunikasi yang lebih akrab. Teknik
konfrontasi ini sangat sensitive, oleh karena itu diperlukan
kehati-hatian dalam melaksanakannya.
Konfrontasi ini sifatnya membantu klien, bukan dimaksudkan untuk
menyerang klien tetapi dibatasi pada komentar-komentar khusus
terhadap perilaku klien yang tidak konsisten. Faktor penting dalam
konfrontasi adalah ketepatan waktu penyampaian dan sifatnya
yang non-judgemental, sehingga klien mampu menggunakan
kkomentar yang disampaikan itu untuk “melihat kembali dirinya”.
Contoh penggunaan konfrontasi yang baik:
a. Kontradikisi antara isi pernyataan dengan cara ia
menyampaikannya, contoh:
Konselor: Apa kabar hari ini?
Klien: Oh (nada datar) dalam keadaan baik-baik saja pak…(suara
rendah, posisi tubuh agak gelisah)
Konselor: Anda katakana anda baik-baik saja, tetapi anda kelihatan
seperti ada sesuatu yang kurang beres.
b. Inkonsistensi antara dua hal yang merupakan isi ucapan klien.
Contoh:
Konselor: Anda katakana bahwa nyatanya hal itu tidak penting bagi
anda, tetapi pada pertemuan yang lalu anda mengatakannya penting.
Konselor: Anda katakana bahwa anda selamanya menemui kegagalan,
tetapi nampaknya bertentangan dengan apa yang baru saja nada
ungkapkan beberapa menit yang lalu.
c. Inkonsistensi antara apa yang ia inginkan dan apa yang nyatanya
sedang ia lakukan
Contoh:
Konselor: Anda katakana bahwa bertele-tele adalah suatu problem bagi
anda. Anda ingin langsung bekerja saja, tetapi saya tidak dapat
menolong memberitahukan bahwa anda terus menerus bertele-tele dalam
sesi ini di sini tadi.
konfrontasi
adalah ketrampilan konselor untuk
menunjukkan adanya kesenjangan, diskrepensi,
atau inkongruensi dalam diri konseli dan
kemudian konselor mengumpanbalikkan kepada
konseli. Bentuk bervariasi sesuai
percakapan, sebagai contoh berikut ini ;
Conseli.:
“Sebenarnya sih saya
belum pindah sekolah karena sekarang ini
cari sekolah itu susah. Kalau saya tidak pindah teman sekelas saya
itu semakin besar kepala. Saya
mengalah terus, lagian saya harus mengalah
terus.
Conselor.:
“anda ingin tetap tinggal di
sekolah, anda tidak krasan karena perlakuan teman
anda itu”.
Tujuannya
Confronting adalah untuk membantu proses perkembangan konseli
yang sementara ini nampak terganggu
oleh adanya kesenjanagan tersebut.
dapat digunakaan apabila hubungan antara konselor dan konseli sudah
terbina dengan baik dan sudah mencapai
kepercayaan, jika tidak justru terjadi
resistensi di pihak konseli
8.
Keterampilan mengidentifikasi perasaan dan emosi
Bagaimana perasaan seseorang tentang suatu masalah adalah sangat
penting bahkan lebih penting dari hakekat masalah itu sendiri (isi
masalah). Perasaan itu sendiri terjalin erat dengan masalah yang
diajukan oleh seorang klien. Keberhasilan seseorang memecahkan
masalahnya, tergantung pada bagaimana orang itu memahami
perasaan-perasaannya sendiri. Untuk membantu klien
mengklarififkasikan perasaan dan emosinya, maka langkah pertama
adalah konselor itu harus familiar dengan emosinya sendiri. Oleh
karena itu, pada bagian ini akan dibicarakan bagaimana agar konselor
mampu mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaan-perasaannya
sendiri, serta juga mampu mengidentififkasi perasaan dan emosi orang
lain (klien).
Keterampilan-keterampilan yang perlu dimiliki, adalah:
a. Menggambarkan/mendeskripsikan perasaan konselor sendiri. Cara yang
dapat menolong mendeskripsikan perasaan dan emosi, adalah dengan
cara:
1) Mengidentifikasi dan menyebutkan perasaan itu sendiri, seperti:
a) Saya merasa marah
b) Saya merasa dipermalukan
c) Saya merasa senang dengan anda
2) Menggunakan kiasan, seperti:
a) Saya merasa seperti katak kecil di tengah kolam yang luas
b) Saya merasa seperti mendapatkan durian runtuh
c) Saya merasa seperti dilumat-lumat
3) Menggambarkan perasaan dalam action, seperti:
a) Saya merasa ingin merangkul dan merangkul anda
b) Saya rasanya ingin menampar anda
c) Saya rasanya ingin pergi dan meninggalkan anda
4) Memproyeksikan perasaan itu sendiri pada bagian tubuh anda,
seperti:
a) Perasaanku terasa tersumbat pada tenggorokan
b) Dadaku terasa terbakar
c) Hatiku terasa hancur rasanya
Kesimpulannya, bilamana kita mendeskripsikan perasaan kita sendiri,
tujuan kita adalah mencoba membuat jelas apa dan bagaimana perasaan
kita.
b. Menggunakan perception check
Perception check ini digunakan untuk memahami perasaan klien
melalui informasi yang disampaikannya sendiri kepada konselor
(verbal, non-verbal, situasional, ataupun pengalaman masa lalu).
Tugas konselor adalah mentransformasikan ekspresi perasaan klien ke
dalam suatu deskripsi tentatif mengenai perasaan klien
sendiri, yang selanjutnya deskripsi tentatif tersebut dihadapkan
kembali kepada klien. Contoh: “saya mendapat kesan bahwa anda marah
dengan saya”. Benarkah demikian? “Saya tidak tahu pasti, tetapi
saya mempunyai kesan bahwa komentar saya melukai perasaan anda,
mendongkolkan perasaan anda”.
9.
Keterampilan mengintegrasikan berbagai keterampilan
Keterampilan mengintegrasikan berbagai keterampilan konseling, pada
dasarnya adalah keterampilan konselor dalam menggunakan secara
integral bebrapa keterampilan konseling dalam sesi konseling dengan
berbagai kemampuan diri dan keterampilan yang utuh tanpa merasa cemas
ataupun gugup. Jadi, yang menjadi sasaran latihan ini adalah
dimilikinya keutuhan diri konselor dalam memadukan berbagai
keterampilan konseling dalam situasi yang nyata.
Pada beberapa sesi sebelumnya, nampaknya latihan yang dilakukan hanya
seperti dibuat-buat (artificial), dan berada di luar diri
kita. Sekarang peserta lain dengan kepribadian, potensi, dan
seterusnya perlu mencobakan keutuhan diri untuk melaksanakan suatu
layanan bantuan yang baik melalui suatu ”interaksi membantu”
(helping interaction) dengan klien dalam situasi yang utuh
pula. Untuk itu perlu terampil dalam mengintegrasikan berbagai
keterampilan yang telah dipelajarinya.
Konselor juga dapat melakukan Termination
merupakan teknik yang dipergunakan konselor
untuk mengakhiri wawancara konseling, baik mengakhiri untuk
dilanjutkan pada pertemuan berikutnya maupun mcngakhiri karena
wawancara konseling betul-betul tclah berakhir.
Brammer (1987) mengemukakan cara-cara mengakhiri konseling,
antara lain: (1) Merujuk pada keterbatasan waktu yang
telah disepakati bersama.
(2)
Meringkas atau merangkum
(3)
Merujuk pada waktu yang akan
datang. , misalnya “ Waktu kita hampir habis, kapan kamu
ingin kembali lagi ?“.
(4)
Berdiri. Berdiri merupakan persyaratan teknik persuasif
untuk mengakhiri konseling, maka konselor
dapat berdiri yang mengisyaratkan hahwa
konseling telah berakhir, dan hal ini
dapat dilakukan secara lemah lembut sebelum
konselin mempunyai kesempatan untuk pindah
kepada topik lain.
(5)
Gerak isyarat halus. Gerak isyarat halus ini bisa di lakukan
dengan melihat jam tangan atau jam dinding.
untuk mengakhiri wawancara konseling, baik mengakhiri untuk
dilanjutkan pada pertemuan berikutnya maupun mcngakhiri karena
wawancara konseling betul-betul tclah berakhir
dapat digunakaan pada sesi tengah atau akhir dan menyesuaikan
percakapan.
Buku Sumber:
Soeharto, dkk. 2011. Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru
(PLPG) Modul, Media, dan Evaluasi Bimbingan dan Konseling. Surakarta:
Panitia Sertifikasi Guru Rayon 113 Universitas Sebelas Maret
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar Anda