Hai semua.. Saya ingin menyambung pembahasan kita sebelumnya mengenai deteksi dini gangguan jiwa. Kali ini saya akan menyampaikan mengenai perawatan Gangguan jiwa.
Gangguan jiwa itu sendiri merupakan gangguan dalam cara
berpikir (cognitive), kemauan (volition,emosi (affective), tindakan
(psychomotor) (Yosep, 2007). Gangguan jiwa menurut Depkes RI (2000)
adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya
gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu
dan atau hambatan dalam melaksanakan peran social. Berdasarkan 2
definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa gangguan jiwa adalah suatu
perubahan dalam fungsi jiwa baik itu dalam proses berpikir, kemauan
maupun tindakan yang mengakibatkan gangguan dalam peran sosial.
- Penggolongan gangguan jiwa
Gangguan jiwa digolongkan ke
dalam 2 bagian yaitu ;
- Neurosa
Neurosa ialah kondisi psikis
dalam ketakutan dan kecemasan yang kronis dimana tidak ada rangsangan
yang spesifik yang menyebabkan kecemasan tersebut.
2) Psikosa
Psikosis merupakan gangguan
penilaian yang menyebabkan ketidakmampuan seseorang menilai realita
dengan fantasi dirinya. Hasilnya, terdapat realita baru versi orang
psikosis tersebut. Psikosis dapat pula diartikan sebagai suatu
kumpulan gejala atau sindrom yang berhubungan gangguan psikiatri
lainnya, tetapi gejala tersebut bukan merupakan gejala spesifik
penyakit tersebut.
B. Tanda dan gejala gangguan jiwa
1) Ketegangan (tension), rasa
putus asa dan murung, gelisah, cemas, perbuatan-perbuatan yang
terpaksa (Convulsive), hysteria, rasa lemah, tidak mampu mencapai
tujuan, takut, pikiran-pikiran buruk.
2) Gangguan kognisi pada persepsi: merasa mendengar (mempersepsikan) sesuatu bisikan yang menyuruh membunuh, melempar, naik genting, membakar rumah, padahal orang di sekitarnya tidak mendengarnya dan suara tersebut sebenarnya tidak ada hanya muncul dari dalam diri individu sebagai bentuk kecemasan yang sangat berat diarasakan. Hal ini sering disebut halusinasi, klien bisa mendengar sesuatu, melihat sesuatu atau merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada menurut orang lain.
3) Gangguan kemauan: klien memiliki kemauan yang lemah (abulia) susah membuat keputusan atau memulai tingkah laku, susah sekali bangun pagi, mandi, merawat diri sendiri sehingga terlihat kotor, bau dan acak-acakan.
2) Gangguan kognisi pada persepsi: merasa mendengar (mempersepsikan) sesuatu bisikan yang menyuruh membunuh, melempar, naik genting, membakar rumah, padahal orang di sekitarnya tidak mendengarnya dan suara tersebut sebenarnya tidak ada hanya muncul dari dalam diri individu sebagai bentuk kecemasan yang sangat berat diarasakan. Hal ini sering disebut halusinasi, klien bisa mendengar sesuatu, melihat sesuatu atau merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada menurut orang lain.
3) Gangguan kemauan: klien memiliki kemauan yang lemah (abulia) susah membuat keputusan atau memulai tingkah laku, susah sekali bangun pagi, mandi, merawat diri sendiri sehingga terlihat kotor, bau dan acak-acakan.
4) Gangguan emosi: klien merasa
senang, gembira yang berlebihan (Waham kebesaran). Klien merasa
sebagai orang penting, sebagai raja, pengusaha, orang kaya, titisan
Bung karno tetapi di lain waktu ia bisa merasa sangat sedih,
menangis, tak berdaya (depresi) sampai ada ide ingin mengakhiri
hidupnya.
5) Gangguan psikomotor : Hiperaktivitas, klien melakukan pergerakan yang berlebihan naik ke atas genting berlari, berjalan maju mundur, meloncat-loncat, melakukan apa-apa yang tidak disuruh atu menentang apa yang disuruh, diam lama tidak bergerak atau melakukan gerakan aneh.
(Yosep, 2007).
5) Gangguan psikomotor : Hiperaktivitas, klien melakukan pergerakan yang berlebihan naik ke atas genting berlari, berjalan maju mundur, meloncat-loncat, melakukan apa-apa yang tidak disuruh atu menentang apa yang disuruh, diam lama tidak bergerak atau melakukan gerakan aneh.
(Yosep, 2007).
C. Penanganan Gangguan Jiwa
- Terapi psikofarmaka
Psikofarmaka atau obat
psikotropik adalah obat yang bekerja secara selektif pada Sistem
Saraf Pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental
dan perilaku, digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik yang
berpengaruh terhadap taraf kualitas hidup klien (Hawari, 2001).
Obat psikotropik dibagi menjadi
beberapa golongan, diantaranya: antipsikosis, anti-depresi,
anti-mania, anti-ansietas, anti-insomnia, anti-panik, dan anti
obsesif-kompulsif,. Pembagian lainnya dari obat psikotropik antara
lain: transquilizer, neuroleptic, antidepressants dan psikomimetika
(Hawari, 2001).
- Terapi somatik
Terapi ini hanya dilakukan pada
gejala yang ditimbulkan akibat gannguan jiwa sehingga diharapkan
tidak dapat mengganggu sistem tubuh lain. Salah satu bentuk terapi
ini adalah Electro Convulsive Therapy.
Terapi elektrokonvulsif (ECT)
merupakan suatu jenis pengobatan somatik dimana arus listrik
digunakan pada otak melalui elektroda yang ditempatkan pada pelipis.
Arus tersebut cukup menimbulkan kejang grand mal, yang darinya
diharapkan efek yang terapeutik tercapai.Mekanisme kerja ECT
sebenarnya tidak diketahui, tetapi diperkirakan bahwa ECT
menghasilkan perubahan-perubahan biokimia didalam otak (Peningkatan
kadar norepinefrin dan serotinin) mirip dengan obat anti depresan.
(Townsend alih bahasa Daulima, 2006).
3) Terapi Modalitas
Terapi modalitas adalah suatu
pendekatan penanganan klien gangguan yang bervariasi yang bertujuan
mengubah perilaku klien gangguan jiwa dengan perilaku maladaptifnya
menjadi perilaku yang adaptif. Ada beberapa jenis terapi modalitas,
antara lain: terapi keluarga, terapi individual, terapi lingkungan,
terapi kognitif, terapi kelompok dan terapi perilaku.
Selain tiga penanganan
tersebut, orang dengan penderita gangguan jiwa juga perlu diberikan
rehabilitasi. Rehabilitasi adalah segala tindakan fisik, penyesuaian
psikososial dan latihan vokasional sebagai usaha untuk memperoleh
fungsi dan penyesuaian diri yang optimal serta mempersiapkan klien
secara fisik, mental, sosial dan vokasional untuk suatu kehidupan
penuh sesuai dengan kemampuannya (Nasution, 2006).
Maksud dan tujuan
rehabilitasi klien mental dalam psikiatri yaitu mencapai perbaikan
fisik dan mental sebesarbesarnya, penyaluran dalam pekerjaan
dengan kapasitas maksimal dan penyesuaian diri dalam hubungan
perseorangan dan sosial sehingga bisa berfungsi sebagai anggota
masyarakat yang mandiri dan berguna.
Sekian dan Terima kasih..
DAFTAR PUSTAKA
Guze, B., Richeimer, S., dan
Siegel, D.J. (2000). The Handbook of Psychiatry.
Hamid.(2007). Buku Ajar Riset Keperawatan.Jakrta : EGC.
Hawari.(2001). Pendekatan
Holistic pada Gangguan Jiwa Skizofrenia.FKUI: Jakarta.
Keliat, Budi Ana. (2005). Proses
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi kedua. Jakarta : EGC.
Keliat dan Akemat (2004).
Keperawatan Jiwa : Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC.
Kusnanto.(2004). Keperawatan
Profesional.. Jakarta : EGC.
Maslim, R. (2001). Diagnosis
Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III. Jakarta: FK-Atmajaya.
Maramis, W.F.(2004). Catatan Ilmu
Kedokteran Jiwa. Edisi Ketujuh. Surabay : Airlangga Universitas
Press.
Rasmun.(2001). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga. Edisi Pertama. Jakarta : PT Fajar Interpratama.
Rasmun.(2001). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga. Edisi Pertama. Jakarta : PT Fajar Interpratama.
Stuart & Laraia. (2006).
Principle and Practice of Psychiatric Nursing Eighth Edition.
Mosby-Year Book Inc, St. Louis-USA.
Stuart, GW.( 2006). Buku Saku
Keperawatan Jiwa. Terjemahan dari Pocket Guide to Psychiatric Nursing
Alih bahasa Kapoh. Jakarta: EGC.
Yosep, Iyus. (2007). Keperawatan
Jiwa. Bandung : Refika Aditama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar Anda