Jumat, 30 Januari 2015

MODUL TERAPI SEFT



Hai Semua..Kali ini saya ingin memberikan contoh mengenai pembuatan modul terapi psikologi, yaitu:
MODUL
TERAPI SEFT PADA PENDERITA EPISODE DEPRESIF SEDANG DENGAN GEJALA SOMATIK

  1. Pendahuluan
Seseorang dikatakan depresi apabila aktifitas fisiknya menurun, berpikir sangat lamban dan diikuti oleh perubahan suasana hati. Sesorang yang mengalami depresi memiliki pemikiran yang negatif terhadap dirinya sendiri, terhadap masa depan, dan ingatan mereka menjadi lemah, serta kesulitan dalam mengambil keputusan.
Depresi adalah suatu bentuk gangguan suasana hati yang mempengaruhi kepribadian seseorang. Depresi juga merupakan perasaan sinonim dengan perasaan sedih, murung, kesal, tidak bahagia dan menderita. Individu umumnya menggunakan istilah depresi untuk merujuk pada keadaan atau suasana yang melibatkan kesedihan, rasa kesal, tidak mempunyai harga diri dan tidak bertenaga. Individu yang menderita depresi aktifitas fisiknya menurun, berpikir sangat lambat, kepercayaan diri menurun, semangat dan minat hilang, kelelahan yang sangat, insomnia, atau gangguan fisik seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, rasa sesak didada, hingga keinginan untuk bunuh diri.
Salah satu gejala depresi adalah pikiran dan gerakan motorik yang serba lamban (retardasi psikomotor), fungsi kognitif (aktifitas mental emosional untuk belajar, mengingat, merencanakan, mencipta, dan sebagainya) terganggu. Jadi depresi mencakup dua hal kesadaran yaitu menurunnya aktifitas dan perubahan suasana hati. Perubahan perilaku orang yang depresi berbeda - beda dari yang ringan sampai pada kesulitan - kesulitan yang mendalam disertai dengan tangisan, ekspresi kesedihan, tubuh lunglai dan gaya gerak lambat. Salah satu terapi yang dapat menurunkan depresi adalah dengan melakukan terapi SEFT.
SEFT bisa mengatasi berbagai permasalahan emosi pada manusia diantaranya: phobia (ketakutan berlebihan), trauma, depresi, gugup pada suatu hal, tidak percaya diri, latah, kesulitan konsentrasi belajar, mudah marah, kecemasan, dan stres (Bakara, Ibrahim, Sriati, 2013).

  1. Pengertian
Gangguan energi tubuh berpengaruh besar dalam menimbulkan gangguan emosi. Intervensi pada sistem energi tubuh dapat mengubah kondisi kimiawi otak yang selanjutnya akan mengubah kondisi emosi manusia. Tangan manusia mengandung energi electromagnetic, setiap sel dan organ dalam tubuh juga memiliki energi elektrik. Energi elektrik juga mengalir dalam system saraf kita. Medan energi elektrik melingkupi organ tubuh maupun seluruh tubuh manusia. Jika aliran energi ini terhambat atau kacau, maka timbullah gangguan emosi dan penyakit fisik (Zainuddin, 2006).
Zainuddin dalam Mariyati & Habibah (2011) menyatakan bahwa terapi SEFT adalah terapi dengan menggunakan gerakan sederhana yang dilakukan untuk membantu menyelesaikan permasalahan sakit fisik maupun psikis, meningkatkan kinerja dan prestasi, meraih kedamaian dan kebahagian hidup. Terapi ini menggunakan gabungan dari sistem energi psikologi dan spiritual (spiritual space) yang menghubungkan manusia dengan tuhannya. Hal ini dikarenakan doa dan zikir mengandung unsur spiritual yang dapat membangkitkan harapan (hope), rasa percaya diri (self confidence) pada seseorang, yang pada gilirannya kekebalan (imunitas) meningkat sehingga mempercepat problem fisik maupun psikis (Hawari dalam Mariyati & Habibah, 2011).
Spiritual Emotion Freedom Technique (SEFT) merupakan sebuah bentuk penyembuhan dengan distraksi secara nonfarmakologis untuk mengobati atau mengurangi berbagai macam keluhan baik fisik dan psikologis (Zainudin, 2010). SEFT adalah sebuah metode terapi yang bertujuan menghilangkan atau membuang energi negatif dalam tubuh, sehingga seseorang akan menjadi sehat fisik dan psikis. Feinstein & Gallo (Zainudin, 2010), mamberikan penjelasan bahwa “ketidakseimbangan kimia” dalam tubuh berperan dalam menimbulkan berbagai gangguan emosi seperti depresi, stres dan cemas. Hal ini menyebabkan psikiater memberikan obat anti depresan untuk penderita depresi dan para pecandu narkoba mengonsumsi ekstasi untuk menimbulkan rasa bahagia. Bukti ilmiah menunjukkan bahwa gangguan “energi tubuh” ternyata juga berpengaruh besar menimbulkan gangguan emosi. Intervensi pada sistem energi tubuh dapat mengubah “kondisi kimiawi otak” yang selanjutnya akan mengubah kondisi emosi seseorang. Teori Einsten (Zainudin, 2010) mengatakan bahwa setiap atom dalam tiap benda mengandung energi. Tangan manusia mengandung “energi elektromagnetik”, setiap sel dan organ dalam tubuh memiliki energi elektrik. Energi elektrik juga mengalir dalam sistem saraf. Dalam pengobatan kedokteran timur, energi elektromagnetis ini disebut dengan “chi”, dan energi ini dinyatakan dalam tubuh sebagai polaritas positif (disebut “yang”) dan negatif (disebut “yin”).
Energi “chi” ini sangat penting perannya dalam kesehatan, mengalir di sepanjang 12 jalur energi yang disebut “energi meridian”. Jika aliran energi ini terhambat atau kacau, maka timbullah gangguan emosi atau penyakit fisik. Dalam ilmu akupuntur dan akupresur, titik-titik di sepanjang 12 alur utama tersebut berperan penting untuk penyembuhan pasien. Hampir segala macam penyakit dapat diobati dengan merangsang kombinasi dari titik-titik akupuntur yang berjumlah 361 titik. SEFT menyederhanakan 361 titik tersebut menjadi 18 titik utama yang mewakili 12 jalur utama energi meridian.
Walaupun metode ini masih bisa dikatakan sebagai metode baru, namun bagi praktisi SEFT, teknik ini merupakan sebuah metode paling efektif untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan, karena SEFT merupakan gabungan dari 14 metode terapi diantaranya hypnotherapy, acupressure, dipadu dengan unsur doa (Zainudin, 2010). SEFT dikembangkan oleh Zainudin pada tahun 2005. Pada awalnya metode ini dikembangkan dari metode Emotional Freedom Technique (EFT) yang ditemukan oleh Gary Craid digabung dengan metode Thought Field Therapy (TFT) dari Roger Callahan.
Adapun keunggulan terapi ini yaitu: (1) metodenya mudah dan sederhana, sehingga orang awam pun dapat menerapkannya; (2) bisa diterapkan untuk diri sendiri, sehingga dapat menyembuhkan diri sendiri saat mengalami gangguan kesehatan; (3) meningkatkan motivasi, karena sebagian kegagalan yang dialami seseorang dalam berbagai hal, seringkali disebabkan oleh masalah psikis yang ada dalam dirinya, sehingga muncul perasaan kurang percaya diri atau mengalami gangguan pengendalian emosi, dan hal ini yang dapat menyebabkan gangguan dalam sistem tubuh. Jika tubuh sudah didominasi oleh energi negatif, dan dibiarkan saja, maka akan timbul gangguan kesehatan fisik maupun psikis, sehingga diperlukan suatu tindakan agar seseorang dapat mengatasi permasalahannya tersebut, dengan demikian seseorang akan berpikir jauh lebih baik dan akan timbul dampak positif terhadap keputusan yang diambil; (3) adanya unsur hipnoterapi yang bermanfaat untuk menyugesti dirinya sendiri dengan tujuan membangkitkan motivasi, karena dengan motivasi maka kualitas hidup seseorang akan meningkat; (4) yang membuat terapi ini efektif adalah do’a, tanpa adanya campur tangan Tuhan, maka segala sesuatu tidak akan berjalan sesuai kehendak, dan campur tangan Tuhan itu bisa terjadi dari do’a yang dipanjatkan (Zainudin, 2010).
Ada 2 langkah dalam melakukan SEFT (Zainudin, 2010) yaitu; (1) versi lengkap, (2) versi ringkas (short- cut). Keduanya terdiri dari 3 langkah yaitu, the set-up, the tune-in, dan the tapping. Perbedaannya terletak pada langkah ketiga (the tapping). Pada versi singkat, langkah ketiga dilakukan hanya pada 9 titik, sedangkan versi lengkap the tapping dilakukan pada 18 titik.
Pada modul SEFT ini sudah pernah digunakan pada remaja residen napza dan menunjukkan perubahan pada perilakunya. Keseluruhan tahapan dalam SEFT tidak terlepas dari aspek-aspek psikoreligiusitas, karena pada dasarnya manusia ada di alam ini karena kehendak dari Tuhan Yang Maha Kuasa, dan segala sesuatu yang terjadi pada diri manusia juga tidak akan lepas dari campur tangan Tuhan. Hal ini menunjukkan begitu lemahnya manusia, jika tidak ada campur tangan dari Tuhan YME.

  1. Tujuan Intervensi
  • Membantu klien dalam mencapai produktifitas dalam berperilaku.
  • Membantu klien mengendalikan pikiran dan emosi agar tidak mudah terganggu oleh keadaan negatif.
  • Membantu klien lebih ikhlas dalam kehidupannya.
  • Membantu klien menyelesaikan permasalahan sakit fisik maupun psikis
  • Membentu klien meningkatkan kinerja dan prestasi
  • Membantu klien meraih kedamaian dan kebahagian hidup.
  • Membentu klien untuk membangkitkan harapan, rasa percaya diri dan kekebalan tubuhnya meningkat sehingga mempercepat dalam menyelesaikan problem fisik maupun psikis.
  1. Rancangan intervensi


Tabel Rancangan Intervensi
Tritmen
Tujuan
Target perilaku
Rancangan pertemuan
Terapi SEFT
  • Membantu klien dalam mencapai produktifitas dalam berperilaku.
  • Membantu klien mengendalikan pikiran dan emosi agar tidak mudah terganggu oleh keadaan negatif
  • Membantu klien menyelesaikan permasalahan sakit fisik maupun psikis
  • Membentuk klien meningkatkan kinerja dan prestasi
  • Membantu klien meraih kedamaian dan kebahagian hidup.
  • Membantu klien untuk membangkitkan harapan, rasa percaya diri dan kekebalan tubuhnya meningkat sehingga mempercepat dalam menyelesaikan problem fisik maupun psikis.
  • Klien dapat lebih ikhlas menerima keadaannya saat ini.
  • Klien dapat mengendalikan pikiran dan emosinya dengan baik
  • Klien dapat berpikir lebih tenang dalam menjalani hari-harinya dan lebih produktif
  • Klien dapat mengurangi keluhan fisik dan psikisnya
  • Klien dapat lebih damai dan bahagia dalam hidup.
  • Klien menjadi lebih percaya diri dan memiliki harapan baik akan masa depannya.
4 kali pertemuan


  1. Tata ruang
  • Sebuah ruangan dengan ventilasi udara dan cahaya yang cukup
  • Satu set kursi tamu
  • Tempat kegiatan untuk berinteraksi dengan orang lain
  1. Media
Meja dan kursi
  1. Materi
Dalam Terapi SEFT, terapis membantu klien untuk memanfaatkan sistem energi tubuhnya dalam memperbaiki kondisi pikiran, emosi dan perilaku. Klien melakukan gerakan dengan mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik-titik tertentu di tubuhnya sambil memusatkan pikirannya ke tempat rasa sakit atau kejadian negatif. Diharapkan dengan melakukan ketukan beberapa kali akan berdampak pada ternetralisirnya gangguan emosi atau rasa sakit yang klien rasakan dan aliran energi tubuh berjalan dengan normal serta seimbang kembali.


  1. Prosedur
  1. Intake raport
Terapis membuka sesi pertemuan dengan membangun rapport yang baik dengan klien dengan cara melakukan pembincaraan ringan seputar kabar klien dan kesibukan klien selama beberapa hari terakhir agar klien merasa nyaman.
  1. Terapis memberikan informasi
Terapis melanjutkan dengan memberikan informasi mengenai keadaan psikis yang terganggu menyebabkan timbulnya gangguan fisik. Sebaliknya, keadaan fisik juga mempengaruhi keadaan psikis. Selain itu, keadaan emosi dapat memunculkan perilaku negatif.Penyebab segala macam emosi negatif disebabkan oleh terganggunya sistem energy tubuh. Gangguan energi tubuh berpengaruh besar dalam menimbulkan gangguan emosi. Intervensi pada sistem energi tubuh dapat mengubah kondisi kimiawi otak yang selanjutnya akan mengubah kondisi emosi manusia. SEFT langsung berurusan dengan gangguan sistem energy tubuh untuk menghilangkan emosi negatif. Dengan menselaraskan kembali sistem energy tubuh, maka emosi negatif yang dirasakan akan hilang dengan sendirinya.
3). The set-up
Bertujuan untuk memastikan agar aliran energi tubuh kita terarahkan dengan tepat. Langkah ini dilakukan untuk menetralisir psychological reversal atau perlawanan psikologis (biasanya berupa pikiran negatif spontan atau keyakinan bawah sadar negatif). Sambil menggosok the sore point atau tapping the karate chop, ulangi 3 kali doa berikut ini dengan khusyu’, ikhlas dan pasrah pada sang maha kuasa: “yaa allah, meskipun saya......, saya iklas, saya pasrah”.
  1. The Tune-in
Pada proses inilah (tune-in yang dibarengi tapping) kita menetralkisir emosi negatif atau rasa sakit fisik. Untuk masalah emosi, tune-in dengan cara memikirkan sesuatu atau peristiwa spesifik tertenti yang dapat membangkitkan emosi negatif yang ingin kita hilangkan. Ketika terjadi reaksi negatif (marah, sedih, takut, dsb) hati dan mulut kita mengatakan “ya allah...saya ikhlas...saya pasrah..”. Bayangkan kejadian spesifik yang membangkitkan emosi negatif anda, atau rasakan sakit anda, pusatkan pikiran anda ke tempat rasa sakit atau kejadian negatif tersebut. Lalu dengan sepenuh hati, katakan, “Yaa allah...saya ikhlas, saya pasrah...”
  1. The Tapping
Tapping adalah mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik-titik tertentu di tubuh kita sambil terus tune-in. Titik-titik ini adalah titik-titik kunci dari “The Major Energy Meridians”, yang tidak kita ketuk beberapa kali akan berdampak pada ternetralisirnya gangguan emosi atau rasa sakit yang kita rasakan. Karena aliran energi tubuh berjalan dengan normal dan seimbang kembali. Sambil terus tune-in, lakukan tapping pada 18 titik energi tubuh. Di titik terakhir (Gamut Spot), lakukan the 9 Gamut Procedure. Lalu kembali pada titik pertama hingga titik ke-17 (karate Chop). Dan akhiri dengan tarik nafas panjang, hembuskan dan ucapkan rasa syukur.
Berikut ini adalah titik-titik tersebut:
  • Tititk di bagaian atas kepala
  • Tititk di permulaan alis mata
  • Tititk diatas tulang disamping mata
  • Tititk 2 cm di bawah kelopak mata
  • Titik tepat di bawah hidung
  • Tititk diantara dagu dan di bawah bibir
  • Titik di ujung tempat bertemunay tulang dada, tulang leher dan tunga rusuk pertama
  • Titik di bawah ketiak
  • Tititk 2,5cm di bawah puting susu (pria) atau berbatasan antara tulang dada dan bagian bawah payudara (wanita)
  • Tititk-titik di bagian tangan
  1. Penutup
Terapis menutup sesi pertemuan dengan tetap menjaga raport yang baik dengan klien
  1. Metode
  • Ceramah dan praktek
  1. Waktu :
  • ± 60 menit

  1. Pelaksanaan
Pertemuan ke-1
Hari/Tanggal
Waktu
Uraian Kegiatan
Target subyek
Kamis, 12 Desember 2013
5 menit
Intake Raport
Klien

20 menit
Informasi
Klien

10 menit
The set-up
Klien

10 menit
The Tune-in

Klien

10 menit
The Tapping
Klien

5 menit
Penutup


Tujuan:
  1. Membantu klien dalam mengendalikan kemarahannya dan tidak melampiaskan kemarahan pada orang lain.
  2. Membantu klien mengatasi rasa lelah, mudah pusing dan sulit tidur
  3. Membantu klien untuk lebih ikhlas akan keadaannya saat ini sehingga ada keinginan untuk meninggalkan anak.
  4. Membantu Klien menjadi lebih produktif karena merasa kurang mampu melakukan pekerjaan.
Prosedur pelaksanaan:
  1. Terapis membuka pertemuan dan memperkenalkan diri.
  2. Terapis melakukan rapport kepada klien, untuk mencairkan dan merelaksakan suasana.
  3. Terapis menjelaskan tentang prosedur pelaksanaan terapi dan kontrak terapi SEFT.
  4. Terapis mempersiapkan klien dalam keadaan yakin, khusyu’, ikhlas, pasrah, dan syukur, agar terapi SEFT dapat berjalan dengan baik dan lancar.
  5. Terapis melakukan assessment, mengungkapkan segala permasalahan yang ada pada diri klien, dan mengungkap hambatan-hambatan psikologisnya, mengungkapkan kenapa permasalahan ini terjadi, orang-orang yang terlibat dan kapan permasalahan tersebut mula-mulanya terjadi. Terapis melanjutkan dengan memberikan informasi mengenai keadaan psikis yang terganggu menyebabkan timbulnya gangguan fisik.
  6. The set-up
Terapis memberikan gerakan yang dapat dilakukan oleh klien. Hal ini bertujuan untuk memastikan agar aliran energi tubuh terarahkan dengan tepat. Langkah ini dilakukan untuk menetralisir psychological reversal atau perlawanan psikologis (biasanya berupa pikiran negatif spontan atau keyakinan bawah sadar negatif). Sambil menggosok the sore point atau tapping the karate chop, ulangi 3 kali doa berikut ini dengan khusyu’, ikhlas dan pasrah pada sang maha kuasa: “yaa allah, meskipun saya......, saya iklas, saya pasrah”.
  1. The Tune-in
Pada proses inilah (tune-in yang dibarengi tapping), klien menetralkisir emosi negatif atau rasa sakit fisik. Untuk masalah emosi, tune-in dengan cara memikirkan sesuatu atau peristiwa spesifik tertenti yang dapat membangkitkan emosi negatif yang ingin klien hilangkan. Pada proses inilah (tune-in yang dibarengi tapping). Tune in dengan membayangkan kejadian spesifik yang membangkitkan emosi negatif, atau rasakan sakit, pusatkan pikiran ke tempat rasa sakit atau kejadian negatif tersebut dan ikhlas. Ketika terjadi reaksi negatif (marah, sedih, takut, dsb) hati dan mulut mengatakan “ya allah...saya ikhlas...saya pasrah..”. Bayangkan kejadian spesifik yang membangkitkan emosi negatif anda, atau rasakan sakit anda, pusatkan pikiran anda ke tempat rasa sakit atau kejadian negatif tersebut. Lalu dengan sepenuh hati, katakan, “Yaa allah...saya ikhlas, saya pasrah...”
  1. The Tapping
Pada tahap ini, yaitu Tapping adalah mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik-titik tertentu di tubuh kita sambil terus tune-in. Titik-titik ini adalah titik-titik kunci dari “The Major Energy Meridians”, yang tidak kita ketuk beberapa kali akan berdampak pada ternetralisirnya gangguan emosi atau rasa sakit yang kita rasakan. Karena aliran energi tubuh berjalan dengan normal dan seimbang kembali. Sambil terus tune-in, lakukan tapping pada 18 titik energi tubuh. Di titik terakhir (Gamut Spot), lakukan the 9 Gamut Procedure. Lalu kembali pada titik pertama hingga titik ke-17 (karate Chop). Dan akhiri dengan tarik nafas panjang, hembuskan dan ucapkan rasa syukur.
Berikut ini adalah titik-titik tersebut:
  • Tititk di bagaian atas kepala
  • Tititk di permulaan alis mata
  • Tititk diatas tulang disamping mata
  • Tititk 2 cm di bawah kelopak mata
  • Titik tepat di bawah hidung
  • Tititk diantara dagu dan di bawah bibir
  • Titik di ujung tempat bertemunay tulang dada, tulang leher dan tunga rusuk pertama
  • Titik di bawah ketiak
  • Tititk 2,5cm di bawah puting susu (pria) atau berbatasan antara tulang dada dan bagian bawah payudara (wanita)
  • Tititk-titik di bagian tangan
  1. Penutup
Terapis menutup pertemuan dan menentukanjanji untuk pertemuan selanjutnya.

Pertemuan ke-2
Hari/Tanggal
Waktu
Uraian Kegiatan
Target
Selasa, 16 Desember 2013
5 menit
Intake Raport
Klien

20 menit
Informasi
Klien

10 menit
The set-up
Klien

10 menit
The Tune-in

Klien

10 menit
The Tapping
Klien

5 menit
Penutup



Tujuan:
  1. Membantu klien untuk lebih bersabar dalam menghadapi perilaku anaknya
  2. Membantu klien dalam mengatasi kesulitan tidur karena terlalu banyak memikirkan mengenai gangguan pada anaknya.


Prosedur
  1. Terapis membuka pertemuan dan memberikan informasi yang dibutuhkan selama pertemuan hari ini.
  2. Mendeteksi hambatan-hambatan psikologis seperti:
    1. Saya tidak bisa tidur, karena jika saya tidur maka saya akan bermimpi buruk”
    2. Saya tidak dapat tidur lebih awal, karena saya terbiasa dengan tidur pada waktu dini hari”
    3. Saya tidak bisa menghindari rasa bersalah yang terus menerus menghantui hidup saya”
    4. Saya......saya.....saya.....dan lain sebagainya”.
  3. Jika keyakinan atau pikiran negatif seperti contoh di atas terjadi, maka yang perlu dilakukan adalah The set up words, yaitu beberapa kata yang perlu diucapkan dengan penuh perasaan untuk menetralisasi perlawanan psikologis (keyakinan dan pikiran negatif).
  4. Mengucapkan kalimat doa seperti; ”Yaa Allah (Ya Tuhan YME), meskipun saya (disebutkan keluhannya), saya ikhlas menerima masalah atau rasa sakit ini, saya pasrahkan padaMu kesembuhan saya” (dengan penuh rasa khusyu’, ikhlas dan pasrah sebanyak 3 kali).
  5. The set-up
Bertujuan untuk memastikan agar aliran energi tubuh kita terarahkan dengan tepat. Langkah ini dilakukan untuk menetralisir psychological reversal atau perlawanan psikologis (biasanya berupa pikiran negatif spontan atau keyakinan bawah sadar negatif). Mengucapkan dengan penuh perasaan, sambil menekan, tepatnya di bagian “sore spot” (titik nyeri), yaitu daerah di sekitar dada atas yang jika ditekan terasa agak sakit. Cara lain juga dapat dilakukan dengan mengetuk dengan dua ujung jari bagian “karate chop” yaitu, di samping telapak tangan, bagian yang digunakan untuk mematahkan balok saat karate.
  1. Melakukan tune-in dengan cara merasakan rasa sakit yang dialami, lalu mengarahkan pikiran ke tempat rasa sakit, dibarengi dengan ucapan dalam hati seperti,”Ya Allah (Ya Tuhan YME)(Ya Tuhan YME)(Ya Tuhan YME) saya ikhlas, saya pasrah..” atau “Ya Allah (Ya Tuhan YME)(Ya Tuhan YME)(Ya Tuhan YME) saya ikhlas menerima sakit saya ini, saya pasrahkan padaMu kesembuhan saya”, dan kemudian diakhiri dengan tapping.
  2. The Tapping
Tapping adalah mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik-titik tertentu di tubuh kita sambil terus tune-in. Titik-titik ini adalah titik-titik kunci dari “The Major Energy Meridians”, yang tidak kita ketuk beberapa kali akan berdampak pada ternetralisirnya gangguan emosi atau rasa sakit yang kita rasakan. Karena aliran energi tubuh berjalan dengan normal dan seimbang kembali. Sambil terus tune-in, lakukan tapping pada 18 titik energi tubuh. Di titik terakhir (Gamut Spot), lakukan the 9 Gamut Procedure. Lalu kembali pada titik pertama hingga titik ke-17 (karate Chop). Dan akhiri dengan tarik nafas panjang, hembuskan dan ucapkan rasa syukur.
  1. Terapis mengakhiri pertemuan.

Pertemuan ke-3
Hari/Tanggal
Waktu
Uraian Kegiatan
Target
Kamis, 19 Desember 2013
5 menit
Intake Raport
Klien

20 menit
Informasi
Klien

10 menit
The set-up
Klien

10 menit
The Tune-in

Klien

10 menit
The Tapping
Klien

5 menit
Penutup


Tujuan:
  1. Membantu klien untuk lebih mudah dalam mengendalikan emosinya.
  2. Membantu klien dalam mengatasi rasa pusing dan mudah lelah yang masih sering dirasakannya.
  3. Membantu Klien menjadi lebih produktif karena merasa kurang mampu melakukan pekerjaan dan lebih termotivasi dalam menjalani hari-harinya.

Prosedur:
  1. Terapis membuka pertemuan dengan menanyakan kabar klien
  2. Terapis mengatakan : “kemarin kita sudah belajar bersama mengenai SEFT, setelah anda pelajari lagi di luar sesi terapi, apa yang anda dapatkan? Atau ada kesulitan apa ayang anda alami?atau ada hal-hal yang belum jelas silahkan ditanyakan kembali?
  3. Melakukan tahapan SEFT for success dan seft for happiness dengan memberikan gerakan SEFT.
  4. The set-up
Bertujuan untuk memastikan agar aliran energi tubuh kita terarahkan dengan tepat. Langkah ini dilakukan untuk menetralisir psychological reversal atau perlawanan psikologis (biasanya berupa pikiran negatif spontan atau keyakinan bawah sadar negatif). Sambil menggosok the sore point atau tapping the karate chop, ulangi 3 kali doa berikut ini dengan khusyu’, ikhlas dan pasrah pada sang maha kuasa: “yaa allah, meskipun saya......, saya iklas, saya pasrah”.
  1. The Tune-in
Pada proses inilah (tune-in yang dibarengi tapping) kita menetralkisir emosi negatif atau rasa sakit fisik. Untuk masalah emosi, tune-in dengan cara memikirkan sesuatu atau peristiwa spesifik tertenti yang dapat membangkitkan emosi negatif yang ingin kita hilangkan. Ketika terjadi reaksi negatif (marah, sedih, takut, dsb) hati dan mulut kita mengatakan “ya allah...saya ikhlas...saya pasrah..”. Bayangkan kejadian spesifik yang membangkitkan emosi negatif anda, atau rasakan sakit anda, pusatkan pikiran anda ke tempat rasa sakit atau kejadian negatif tersebut. Lalu dengan sepenuh hati, katakan, “Yaa allah...saya ikhlas, saya pasrah...”
  1. The Tapping
Tapping adalah mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik-titik tertentu di tubuh kita sambil terus tune-in. Titik-titik ini adalah titik-titik kunci dari “The Major Energy Meridians”, yang tidak kita ketuk beberapa kali akan berdampak pada ternetralisirnya gangguan emosi atau rasa sakit yang kita rasakan. Karena aliran energi tubuh berjalan dengan normal dan seimbang kembali. Sambil terus tune-in, lakukan tapping pada 18 titik energi tubuh. Di titik terakhir (Gamut Spot), lakukan the 9 Gamut Procedure. Lalu kembali pada titik pertama hingga titik ke-17 (karate Chop). Dan akhiri dengan tarik nafas panjang, hembuskan dan ucapkan rasa syukur.
  1. Terapis menutup pertemuan dan melihat perkembangan terapi di hari berikutnya.


Pertemuan ke-4
Hari/Tanggal
Waktu
Uraan Kegiatan
Target Subyek
Sabtu, 21 Desember 2013
5 menit
Intake Raport
Klien

20 menit
Informasi
Klien

10 menit
The set-up
Klien

10 menit
The Tune-in

Klien

10 menit
The Tapping
Klien

5 menit
Penutup

Tujuan:
  1. Membantu klien dalam mengatasi kesulitannya dalam mengatasi emosinya.
  2. Klien masih merasa bersalah atas keadaan yang menimpanya.
Prosedur:
  1. Terapis membuka pertemuan dengan menanyakan kabar klien
  2. Terapis mencoba menggali kembali hambatan-hambatan psikologis yang dirasakan oleh klien seperti:
  1. Saya mudah marah”
  2. Saya tidak dapat tidur lebih awal, karena saya terbiasa dengan tidur pada waktu dini hari”
  3. Saya tidak bisa menghindari rasa bersalah yang terus menerus menghantui hidup saya”,
  4. Saya......saya.....saya.....dan lain sebagainya”.
  1. Jika keyakinan atau pikiran negatif seperti contoh di atas terjadi, maka yang perlu dilakukan adalah The set up words, yaitu beberapa kata yang perlu diucapkan dengan penuh perasaan untuk menetralisasi perlawanan psikologis (keyakinan dan pikiran negatif).
  2. Mengucapkan dengan penuh perasaan, sambil menekan, tepatnya di bagian “sore spot” (titik nyeri), yaitu daerah di sekitar dada atas yang jika ditekan terasa agak sakit. Cara lain juga dapat dilakukan dengan mengetuk dengan dua ujung jari bagian “karate chop” yaitu, di samping telapak tangan, bagian yang digunakan untuk mematahkan balok saat karate.
  3. Melakukan tune-in dengan cara merasakan rasa sakit yang dialami, lalu mengarahkan pikiran ke tempat rasa sakit, dibarengi dengan ucapan dalam hati seperti,”Ya Allah, saya ikhlas, saya pasrah..” atau “Ya Allah.. saya ikhlas menerima sakit saya ini, saya pasrahkan padaMu kesembuhan saya”, dan kemudian diakhiri dengan tapping.
  4. Melakukan evaluasi dari keseluruhan terapi, kemudian memberikan apresiasi berupa kenang-kenagan kepada para residen, karena telah bersedia mengikuti keseluruhan sesi terapi SEFT.




DAFTAR PUSTAKA
Bakara, D.M., Ibrahim, K., Sriati, A. (2013). Pengaruh Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Terhadap gejala Depresi, Kecemasan dan Stress pada Pasein Sindrom Koroner Akut (SKA) Non Percutaneous Coronary intervention (PCI). Jurnal Keperawatan Padjajaran. Vol. 1. No. 1. Universitas Padjajaran Bandung.

DC, John Thie & Elizabeth Demuth.2007.Touch for Health: Petunjuk Praktis untuk Kesehatan yang Alami dengan Sentuhan Akupresure. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia

Lely ,Mariyati., & Habibah,Nur. (2011). Terapi SEFT (Spiritual emotional freedom technique) untuk mengurangi kecenderungan merokok pada remaja awal. Psikologi Jurnal Ilmiah Psikologi, Fak. Psikologi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.

Verasari, M. (2012). Modul terapi spiritual emotion freedom technique (SEFT) pada remaja sebagai residen NAPZA. Tesis (tidak diterbitkan). Universitas Mercu Buana, Yogyakarta.

Zainuddin, Faiz. (2009). Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT).  Jakarta: AFZAN Publishing.


Senin, 26 Januari 2015

MODUL Terapi Supportif Pada Penderita Skizofrenia Residual


Hai semua... kali ini saya ingin memberikan contoh mengenai pembuatan modul terapi psikologi, yaitu:
MODUL
Terapi Supportif Pada Penderita Skizofrenia Residual

  1. Pendahuluan
Skizofrenia adalah gangguan psikis/ kejiwaan yang disebabkan oleh kelainan pada jaringan syaraf otak sebelah kanan, yang mengganggu fungsi sistemik dan impuls syaraf otak. kondisi ini mengakibatkan kegagalan dalam mengolah informasi ke otak sehingga timbul proyeksi yang tidak seharusnya.
Skizofrenia alias penyakit yang diakibatkan gangguan susunan sel-sel syaraf pada otak manusia, ternyata bisa dikendalikan, tanpa harus memasukkan penderita ke rumah sakit jiwa. Dukungan keluarga dan teman, menjadi salah satu obat penyembuh yang sangat berarti, selain dukungan para ahli medis. Seperti itu dari hasil penelitian dalam dekade terakhir menunjukkan bahwa gangguan skizofrenia memang lebih dominan akibat faktor genetik, stres dan lingkungan pada awal perkembangan anak (selama kehamilan dan kelahiran, dan / atau anak usia dini). Faktor-faktor ini mengakibatkan perubahan halus dalam otak yang membuat seseorang rentan untuk mengalami skizofrenia.Tekanan fakor lingkungan dan stres berkepanjangan (selama masa kanak-kanak, remaja dan dewasa muda), dapat merusak otak lebih lanjut dan memicu skizofrenia. Bahkan para ahli sekarang mengatakan bahwa skizofrenia (dan semua penyakit mental lainnya) disebabkan oleh kombinasi biologis, psikologis dan faktor-faktor sosial dan pemahaman tentang penyakit mental disebut bio-psiko-model sosial.
Gejala penderita skizofrenia seperti delusi, halusinasi, cara bicara/berpikir yang tidak teratur, perilaku negatif, seperti kasar, kurang termotivasi, muram, perhatian menurun. Hal yang dapat dilakukan adalah menunjukkan sikap menerima yang merupakan langkah awal penyembuhan. Penderita perlu tahu penyakit apa yang diderita dan bagaimana melawannya. Dukungan keluarga akan sangat berpengaruh. Perawatan yang dilakukan para ahli bertujuan mengurangi gejala skizpofrenia dan kemungkinan gejala psychotic. Penderita skizofrenia biasanya menjalani pemakaian obat-obatan selama waktu tertentu, bahkan mungkin harus seumur hidup. Meskipun mekanisme yang tepat yang mendasari perkembangan skizofrenia baru saja mulai dipahami, penelitian menunjukkan tindakan penting individu dan keluarga dapat mengambil (atau menghindari) untuk menurunkan risiko skizofrenia dan penyakit mental lainnya.
Salah satu terapi yang dapat diberikan kepada penderita skizoprenia adalah terapi supportif. Terapi Supportif (Supportive Therapy) merupakan terapi dalam psikoterapi yang mempunyai tujuan untuk menguatkan daya tahan mental yang dimilikinya, mengembangkan mekanisme daya tahan mental yang baru dan yang lebih baik untuk mempertahankan fungsi pengontrolan diri (Maramis, 2005). Selain itu terapi supportif dapat meningkatkan kemampuan adaptasi lingkungan, mengevaluasi situasi kehidupan pasien saat ini, beserta kekuatan serta kelemahannya, untuk selanjutnya membantu pasien melakukan perubahan realistik apa saja yang memungkinkan untuk dapat berfungsi lebih baik (Tomb, 2004).
Terapi supportif ini dapat menggunakan beberapa metode dan  teknik pendekatan, diantaranya dengan bimbingan (guidance), mengubah lingkungan (environmental manipulation), pengutaraan dan penyaluran arah minat, tekanan dan pemaksaan, penebalan perasaan (desensitization), penyaluran emosional, sugesti dan penyembuhan inspirasi berkelompok (inspirational group therapy).





  1. Pengertian
Menurut Rockland (dalam Setyoadi & Kusharyadi, 2011), terapi suportif (relationship oriented psychotherapy) merupakan jenis psikoterapi individual yang lazim dilakukan dan terdapat dalam orientasi yang berpusat pada penyampaian pemahaman.
Terapi suportif menjadi terapi keperawatan terhadap klien dengan kemampuan bersosialisasi yang rendah dan merupakan salah satu tindakan terapi yang efektif pada klien Skizofrenia (Angriani, dkk, 2013)
Lebih lanjut menurut Kaplan, Sadock & Grebb (2010), Psikoterapi suportif menawarkan dukungan kepada pasien dari terapis selama periode penyakit, kekacauan atau dekompensasi sementara. Pendekatan ini memiliki tujuan untuk memulihkan dan memperkuat pertahanan pasien dan mengintegrasikan kapasitas yang telah terganggu. Cara ini memberikan suatu periode penerimaan dan ketergantungan bagi pasien yang membutuhkan bantuan untuk menghadapi rasa bersalah, malu, dan kecemasan dan dalam menghadapi frustasi atau tekanan eksternal yang mungkin terlalu kuat untuk di hadapi.
Adapun hal penting dalam terapi suportif menurut Peterson & Zderad (dalam Setyoadi & Kusharyadi, 2011) antara lain:
  1. Kongruen
  2. Penghargaan positif yang terkondisi
  3. Empati
Cara ini menggunakan teknik membantu klien agar merasa diterima, terlindungi, terdorong dan aman serta tidak merasa cemas (Kaplan, Sadock & Grebb, 2010). Klien memerlukan terapi soportif karena kurang dapat mengekspresikan dirinya dalam menghadapi tekanan eksternal yang membuat klien mengalami gangguan. Lingkungan membuat klien menjadi individu yang tertutup dan tidak terbiasa untuk menjalin hubungan sosial dengan orang lain sehingga klien mengalami kesulitan saat berada di dalam lingkungan. Klien akan merasa tidak nyaman saat berada dikeramaian karena ia tidak percaya diri dan rendah diri. Dengan terapi suportif diharapkan klien akan mendapatkan kepercayaan diri dan dapat meningkatkan harga dirinya saat berada dalam lingkungan sosial serta mencari jalan keluar mengenai masalah yang dihadapi klien.
Tahapan dalam memberikan terapi suportif yaitu:
  1. Ventilasi/ katarsis
Ventilasi merupakan suatu bentuk psikoterapi suportif yang membiarkan kesempatan seluas-luasnya kepada klien untuk mengemukakan apa yang ada di dalam hatinya, dan sebagai hasilnya klien merasa lebih lega karena keluhan yang dirasakannya sudah berkurang. Sikap terapis saat berhadapan dengan klien adalah menjadi pendengar yang baik, menunjukkan adanya empati sehingga klien akan merasa tenang dan mempercayai terapis. Topik pembincaraan yang dibahas yaitu permasalahan yang menjadi stres utamanya.
  1. Persuasi
Suatu bentuk psikoterapi suportif yang dilakukan dengan memberikan penjelasan secara masuk akal tentang gejala penyakit yang timbul akibat dari cara berpikir, perasaan dan sikapnya terhadap masalah yang dihadapinya yang diinterpretasikan secara negatif. Dalam memberikan terapi, terapis berusaha untuk membangun, mengubah dan menguatkan impuls tertentu yang ada pada klien serta berusaha menyakinkan klien bahwa gejalanya akan hilang dan membebaskannya dari impuls yang mengganggu secara masuk akal dengan tidak menyinggung perasaan klien.
  1. Sugestif
Suatu bentuk psikoterapi suportif yang berusaha menanamkan kepercayaan pada pasien bahwa gejala dari gangguannya akan hilang, dengan sikap terapis yang menyakinkan secara tegas bahwa gejala yang dialaminya pasti akan hilang. Pada terapi ini, terapis menjelaskan kepada klien bahwa gejala yang muncul merupakan hasil dari pemikiran yang salah terhadap diri sendiri dan orang lain.
  1. Reassurance
Suatu bentuk psikoterapi suportif yang berusaha menyakinkan klien bahwa klien memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi. Sikap terapis adalah dengan menyakinkan dengan menunjukkan hasil-hasil yang pernah dicapai klien sebelum gangguan. Topik pembicaraan adalah pengalaman klien yang berhasil secara nyata.
  1. Bimbingan
Suatu bentuk psikoterapi suportif dimana saat terapis menyampaikan dan memberi nasihat atau masukan secara halus, lugas dan mudah dimengerti oleh klien. Terapis mencoba memberikan pandangan tentang cara berfikir, menentukan sikap, cara menjalin relasi dan cara komunikasi yang baik.


  1. Tujuan Intervensi
  • Membantu klien untuk mengevaluasi situasi kehidupan klien saat ini
  • Membantu klien dalam mengevaluasi kekuatan dan kelemahannya
  • Memberikan dukungan ego
  • Membantu klien untuk dapat bersosialisasi dengan baik
  • Membantu klien untuk dapat menghadapi rasa bersalah, malu, dan kecemasan
  • Membantu klien menghadapi frustasi atau tekanan eksternal yang mungkin terlalu kuat untuk di hadapi.
  • Membantu klien agar dapat mengekspresikan dirinya pada lingkungan
  • Membantu klien agar dapat menjalin hubungan baik dengan orang lain
  • Menumbuhkan rasa aman, nyaman dan percaya diri pada diri klien saat berada di lingkungan sekitarnya
  • Membantu klien untuk dapat mencari pemecahan dari masalahnya


  1. Rancangan intervensi
Tabel Rancangan Intervensi
Tritmen
Tujuan
Target perilaku
Rancangan pertemuan
Terapi Supportif
  • Membantu klien untuk mengevaluasi situasi kehidupan klien saat ini
  • Membantu klien dalam mengevaluasi kekuatan dan kelemahannya
  • Memberikan dukungan ego
  • Membantu klien untuk dapat bersosialisasi dengan baik
  • Membantu klien untuk dapat menghadapi rasa bersalah, malu, dan kecemasan
  • Membantu klien menghadapi frustasi atau tekanan eksternal yang mungkin terlalu kuat untuk di hadapi.
  • Membantu klien agar dapat mengekspresikan dirinya pada lingkungan
  • Membantu klien agar dapat menjalin hubungan baik dengan orang lain
  • Menumbuhkan rasa aman, nyaman dan percaya diri pada diri klien saat berada di lingkungan sekitarnya
  • Membantu klien untuk dapat mencari pemecahan dari masalahnya
  • Klien dapat mengeluarkan keluh kesahnya tanpa ganjalan
  • Klien dapat memahami bahwa kecemasan yang dirasakanya dapat berdampak buruk bagi kesehatan jiwanya.
  • Klien dapat lebih nyaman dan percaya diri saat berada di keramaian.
  • klien dapat mengevaluasi mengevaluasi kekuatan dan kelemahannya
  • Klien dapat menghadapi kecemasan dan frustasinya serta dapat menyelesaikan masalahnya dengan baik.
  • Klien dapat mengekspresikan dirinya dan dapat menjalin hubungan baik dengan orang lain
3 kali pertemuan

  1. Target perilaku terapi suportif
  • Klien dapat mengeluarkan keluh kesahnya tanpa ganjalan
  • Klien dapat memahami bahwa kecemasan yang dirasakanya dapat berdampak buruk bagi kesehatan jiwanya.
  • Klien dapat lebih nyaman dan percaya diri saat berada di keramaian.
  • klien dapat mengevaluasi mengevaluasi kekuatan dan kelemahannya
  • Klien dapat menghadapi kecemasan dan frustasinya serta dapat menyelesaikan masalahnya dengan baik.
  • Klien dapat mengekspresikan dirinya dan dapat menjalin hubungan baik dengan orang lain
  1. Tata ruang
  • Sebuah ruangan dengan ventilasi udara dan cahaya yang cukup
  • Satu set kursi tamu
  • Klien dan terapis dalam posisi berhadapan
  1. Media
Alat tulis, meja dan kursi
  1. Materi
Dalam terapi suportif, klien diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mengungkapkan perasaannya, apa yang dipikirkan mengenai masalah yang bersumber stresor utama klien. Terapis memberikan kesempatan kepada klien untuk melakukan review mengenai masalah yang menjadi stressor utama klien yang paling klien rasakan mengganggu klien selama ini. Dengan demikian diharapkan klien merasakan kelegaan dan kecemasan terhadap masalah yang dihadapinya akan berkurang serta mengetahui bagaimana caranya supaya klien dapat meningkatkan kepercayaan diri dan harga dirinya.
Terapis membantu klien untuk melihat proporsi masalah yang sebenarnya. Adapun sikap dari terapis adalah menunjukkan sikap empatinya baik dalam bentuk verbal maupun non verbal serta tidak terlalu banyak menginterupsi pembicaraan dari klien. Terapis menjelaskan mengenai dampak dari emosi negatif yang dirasakan klien akibat terlalu memikirkan masalah yang dihadapi klien. Pemberian sanjungan kepada klien untuk lebih banyak melakukan interaksi dengan lingkungan seosialnya serta memberikan pemahaman tentang pentingnya melakukan interaksi dengan lingkungan sosialnya sebagai kegiatan positif yang dapat dilakukan oleh klien.
  1. Prosedur
  1. Intake raport
  • Terapis membuka sesi pertemuan dengan membangun rapport yang baik dengan klien dengan cara melakukan pembincaraan ringan seputar kabar klien dan kesibukan klien selama beberapa hari terakhir agar klien merasa nyaman.
  1. Ventilisasi
  • Terapis kemudian mengarahkan pembicaraan kearah yang lebih serius dengan topik pembicaraan seputar masalah yang menjadi stressor utama klien.
  • Klien diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk menceritakan masalah yang dihadapinya serta perasaan klien selama ini. .
  • Terapis menjadi pendengar yang baik dan tidak memotong pembicaraan klien memberikan empati dan dukungan kepada klien.
  1. Persuasi
  • Klien diminta untuk menjelaskan bagaimana cara berpikir, perasaan dan sikapnya ketika klien menghadapi masalah yang menjadi sumber stressor utama klien.
  • Menerangkan secara masuk akal tentang gejala-gejala penyakit yang timbul akibat masalah yang dihadapinya.
  • Terapis berusaha untuk membangun, mengubah dan menguatkan apa yang menjadi kelebihan klien dengan tujuan dapat mengurangi gejala yang mengganggu.
  • Memberikan anjuran kepada klien untuk melakukan kegiatan yang lebih positif, termasuk melakukan interaksi sosial dengan lingkungan sosialnya.
  1. Sugestif
  • Terapis secara halus menanamkan pikiran positif pada klien agar dapat meningkatkan harga dirinya.
  • Memberikan motivasi kepada klien untuk membuat hidupnya menjadi lebih positif dengan memperbaiki dan melakukan interaksi sosial dengan lingkungan sosialnya.
  1. Reassurance
  • Terapis berusaha menyakinkan klien bahwa klien memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi.
  • Sikap terapis adalah dengan menyakinkan dengan menunjukkan hasil-hasil yang pernah dicapai klien sebelum gangguan dan pengalaman klien yang berhasil secara nyata.
  1. Bimbingan
  • Terapis menyampaikan dan memberi nasihat atau masukan secara halus, lugas dan mudah dimengerti oleh klien.
  • Terapis mencoba memberikan pandangan tentang cara berfikir, menentukan sikap, cara menjalin relasi dan cara komunikasi yang baik.
  1. Penutup
  • Terapis menutup sesi pertemuan dengan tetap menjaga raport yang baik dengan klien
  1. Metode
  • Ceramah dan katarsis
  1. Waktu :
  • ± 160 menit




DAFTAR PUSTAKA
Angriani, S., Dahrianis. & Jallo, A., H. (2013). Pengaruh terapi suportif terhadap kemampuan bersosialisasi pada klien isolasi sosial di rumah sakit khusus daerah provinsi sulawesi selatan. Jurnal e-STIKES Nani Hasanuddin, Vol 2 No.6. Makasar: Stikes Hani Hasanuddin.


Kaplan. HI., Saddock, BJ. & Grebb. JA. (2010). Synopsis of psychiatry (Jilid 2). Jakarta: Binarupa Aksara.


Maramis, W. F. (2005). Catatan ilmu kedokteran jiwa. Surabaya: Airlangga University Press


Pinsker, H (1997). A Prime of supportive psychotherapy, The Analytic. New Jersey: Press Inc., Hillsdale.


Tomb, D. A. (2004). Buku saku psikiatri. Edisi keenam. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC.


Winston, Rosenthal dan Pinsker (2004). Introduction to supportive psychotherapy. USA: American Psychiatric Publishing,Inc.